Share

Bukti perselingkuhan

Penulis: Rini Annisa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-01 13:18:30

 "Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, tapi tidak dengan pengkhianatan. Apa kamu itu bodoh atau nggak tau diri, Mas. Selama ini Papa dan aku sudah banyak berkorban untuk keluargamu. Rumah Mas dibangun Papa menjadi megah, bahkan perusahaan ini pun dipercayakan Papa padamu. Namun, ini semua balasan yang kamu beri untukku? Dengan menikahi sahabatku sendiri dengan dalih ingin punya anak, kamu tega merampas kebahagiaanku." Akhirnya kata-kataku meledak di depannya. 

Biar Mas Adam tau, tidak bisa berbuat seenaknya. Agar dia ingat siapa dulu jati dirinya yang dari miskin menjadi kaya. 

"Tapi Mas terpaksa, Ra! Ibu mengancam akan pergi kalo Mas nggak mau menikahi Nilam, saat itu kenapa kamu menyetujui Mas menikah kalo akhirnya menyesal," sergah Mas Adam mulai emosi. 

"Aku hanya ingin menguji kamu, Mas. Ingin melihat sampai di mana kesetiaanmu padaku. Tapi, yang aku lihat justru kamu yang menyerah dan ingin menikah," ucapku membela diri. 

"Sudahlah, sekarang aku tak ingin mendengarkan apa-apa lagi darimu, Mas. Aku akan menyiapkan surat perceraian kita, kamu tinggal tanda tangan aja." Aku keluar dari ruangan rapat meninggalkan Mas Adam yang masih terpekur sedih. 

Memasuki kantor yang sudah bersih, kini yang terpampang di meja adalah namaku. Aku segera memanggil Pak Budi lewat telepon. 

"Permisi, Bu," kata Pak Budi begitu masuk. 

"Duduk!" 

"Sekarang Pak Budi mau gimana, masih mau bekerja atau tidak?" tanyaku. 

Pak Budi orang kepercayaan Mas Adam, sebenarnya aku ingin mengganti dirinya menjadi asistenku. Namun, aku ingin memberinya kesempatan. Kalo memang bisa dipercaya akan tetap menjadi asisten, jadi aku memberinya waktu. 

"Saya masih ingin bekerja, Bu. Saya membutuhkan pekerjaan ini demi keluarga saya," jawab Pak Budi gugup. 

"Pak Budi sudah lama bekerja dengan Mas Adam, apa saya bisa mempercayai kamu menjadi asistenku dan tidak menyeleweng?" kataku tegas. 

"Pak Budi pasti tau konsekuensinya jika menyeleweng. Saya minta jadikan Pak Adam itu sebagai contoh, sebagai suami sendiri saya tak segan memberinya pelajaran apalagi kamu!" ancamku menakuti Pak Budi agar dia bisa berubah memihakku. 

"I-iya Bu. Saya akan setia pada ibu, saya mohon jangan pecat saya!" ujarnya ketakutan. 

Sebenarnya aku juga tak ingin menjadi orang jahat yang menakuti semua orang. Namun, berada di perusahaan ini harus tegas agar tidak ada lagi yang buat ulah. Perusahaan ini juga di bangun Papa dengan susah payah, jadi aku ingin perusahaan ini terus berdiri. 

"Bagus, pegang perkataan pak Budi. Sekarang berikan saya data perusahaan selama dipimpin Adam," titahku. 

Pak Budi segera membawa berkas map semua data dan proyek kerjasama. Sebagian ada di selipan barang Adam, setelah minta izin Pak Budi mengambil berkas laporan itu. 

"Oh, ya Pak. Saya mau tanya, apa perusahaan kita sedang butuh pekerja entah itu satpam atau cleaning servis?" tanyaku. 

"Ada, Bu. Cleaning servis bagian membersihkan kantor ini belum ada. Pak Adam tidak mengizinkan siapapun membersihkan kantornya, kecuali satu orang, Bu," kata Pak Budi pelan hampir berbisik. 

"Oh, siapa dia. Pria atau wanita?" tanyaku keheranan. Mas Adam ternyata banyak menyimpan rahasia. 

"Wanita, Bu. Namanya kalo nggak salah saya dengar Lam ...." 

"Nilam?" potongku cepat. 

Pak Budi mengangguk, "Iya, itu Bu. Nilam nama wanita itu. Dia sering datang ke kantor ini. Pak Adam melarang saya untuk lapor pada ibu," kata Pak Budi gugup takut aku marah lagi. 

"Kurang ajar, ternyata selama ini diam-diam Mas Adam telah selingkuh di belakangku," ucapku geram tanpa peduli kalo Pak Budi masih di situ. 

"Trus, apa aja pekerjaan yang dilakukan wanita itu di sini?" tanyaku ingin mengorek lebih dalam lagi. 

"Selain membersihkan kantor, Pak Adam melarang tiap hari jam satu siang siapapun tidak boleh mengganggunya di kantor. Tapi Pak Adam tidak sendiri, Nilam selalu berada di dalam. Saya tidak tau, Bu apa yang mereka lakukan di dalam. Namun, banyak pegawai yang mendengar suara desahan dari kantor Pak Adam." 

"Kenapa Pak Budi tidak melapor pada saya, hah?" Aku menjadi emosi. 

"Maaf, Bu. Pak Adam melarang katanya akan memecat saya kalo saya melapor," ujarnya gugup kembali. 

"Ya sudah, kembalilah bekerja. Oh ya, panggil Adam kemari," kataku memberinya perintah. 

Pak Budi segera keluar, aku dengan gesit mengecek seluruh ruangan kantor ini. Ingin mendapatkan bukti atas perkataan Pak Budi tadi. Setengah ruangan sudah aku geledah tapi semua bersih, lalu mataku tertuju pada tong sampah. Untunglah belum sempat dibuang Pak Budi tadi. 

Aku pijak bagian bawah tong sampah hingga tutupnya terbuka sendiri. Di dalamnya banyak sampah kertas dan plastik, tapi tunggu ada yang ganjil. Di bawah tumpukan sampah ada seperti benda karet mirip stoking. 

Lalu dengan menggunakan sarung tangan, aku mengambil benda itu. Terkejut aku melihatnya, ternyata benda itu adalah kond*m. Pasti ini yang telah di pakai Mas Adam selama ini dengan Nilam. 

Begitu jauhnya hubungan mereka, sebelum menikah sudah melakukan perbuatan terlarang. Kamu lihat saja Mas, aku akan buka semua kelakuanmu. 

Secepatnya kumasukkan benda itu ke tong sampah. Sebelum Mas Adam masuk, aku akan berpura-pura tidak tau. Selain benda itu apalagi bukti yang harus kucari, aku berpikir sambil mendongak ke atas. Terlihat sebuah CCTV, ya pasti perbuatan mereka terekam juga. 

Segera kubuka laptop dan mencari data rekaman CCTV. Semua terekam dari tanggal sekian, karena penasaran aku buka mulai dari enam bulan yang lalu. 

Terlihat di rekaman itu, Nilam masuk ke ruangan Mas Adam membawa rantang makanan. Pasti dari sini Nilam sudah merayu Mas Adam, lalu tanpa malu Nilam mendekati kursi Mas Adam. Tangannya menggerayangi tubuh lelaki yang masih berstatus suamiku. 

Aku sangat jijik melihat kelakuan Nilam dan tidak menyangka sahabatku begitu rendah sampai menggoda suami orang. Lalu rekaman berikutnya terlihat perkembangan, Mas Adam mulai tertarik dan menerima pancingan Nilam. 

Di situ Nilam mulai menghasut Mas Adam dan memutar balikkan fakta curhatanku padanya. Hingga rekaman sampai yang terakhir, perkataan Pak Budi benar. Aku melihat sendiri, Mas Adam dan Nilam berzina di kantor ini. 

Sungguh tidak tau malu mereka, berbuat seperti itu di kantor dan banyak yang mendengar. Ya Allah, untung saja aku sudah berpisah dengannya sebelum semuanya jatuh ke tangan Mas Adam. 

Terdengar pintu kantor diketuk, setelah kupinta masuk terlihat Mas Adam yang masih lunglai. 

"Duduk, Mas!" 

"Kamu bilang masih mau bekerja di sini 'kan, oke aku izinkan. Kamu hanya menjadi cleaning servis, tapi cuma membersihkan kantor ini aja. Paham, Mas?" kataku dengan dada menahan gemuruh akibat mendapat kejutan tadi. 

Mas Adam mengangguk lesu dan pasrah. Aku tidak menghiraukannya, sudah bagus dia kuberi pekerjaan daripada menjadi gembel. 

"Sekarang Mas mulai pekerjaan, buka jasmu dan buang sampah di tong ini," titahku padanya.

Dia lalu membuka jas dan dasi, kini hanya tinggal kemeja. Digulung hingga sampai siku, lalu beranjak menuju tong sampah. Setelah itu akan keluar tapi kucegah. 

"Tunggu, keluarkan semua sampah di lantai itu. Barangkali ada data yang terbuang," ujarku beralasan untuk menjebak dan membuatnya terkejut. 

Mas Adam mematuhi perintah dan segera mengeluarkan sampah. Aku coba ikut memeriksa, lalu saat menggasak sampah aku mengambil kond*m tadi. Kuacungkan ke atas tepat di depan wajah Mas Adam.

"Ini apa, Mas?" kataku mendelik. Terlihat wajah Mas Adam pucat pasi. 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Harumi Aina
Parah banget ini lakinya, ceraikan aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Bertemu Tania

    Mas Adam mematuhi perintah dan segera mengeluarkan sampah. Aku coba ikut memeriksa, lalu saat menggasak sampah aku mengambil kond*m tadi. Kuacungkan ke atas tepat di depan wajah Mas Adam."Ini apa, Mas?" kataku mendelik. Terlihat wajah Mas Adam pucat pasi. "Anu, Ra. Mas nggak tau itu ada di sana, mungkin punya orang lain yang sengaja terbuang ke situ," jawab Mas Adam gugup. "Kamu nggak bohong, Mas?" tanyaku dengan mimik kesal, masih saja dia mengelak. "Nggak, Mas nggak bohong, Ra!" Mas Adam mulai berkeringat. "Bagaimana mungkin punya orang, ini 'kan dulu kantormu Mas. Atau mungkin ini memang punya kamu, iya 'kan?" kataku setengah membentak. Mas Adam tidak menjawab, dia hanya menundukkan wajahnya. Mungkin malu kedoknya dulu ketahuan olehku. "Berdiri, Mas! Aku mau menunjukkan sesuatu, mungkin yang ini nggak bisa buat kamu berbohong lagi," kataku sambil beranjak ke meja dan membuka laptop. Sekilas kulihat Mas Adam bangkit dengan grogi dan berjalan pelan ke arahku. Setelah kubuka r

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Keributan di Spa

    Sesampainya di SPA langganan kami, Tania memasukkan mobil ke area parkir. Akhir pekan lumayan ramai juga, mungkin banyak yang sedang berlibur atau kerja setengah hari. Setelah memarkirkan mobilnya, Aku dan Tania segera keluar dan masuk ke dalam gedung. Kami disambut baik oleh karyawan spa, mereka sudah hafal pada kami karena termasuk langganan dengan kartu VIP. Baru saja mendaftar dan akan masuk ke ruangan dalam, terdengar cekikan tawa wanita di belakang kami. Mungkin juga baru datang, aku yang sudah tau dari suaranya segera menoleh, ternyata memang dia. Saat mataku dan matanya beradu pandang, dia merasa terkejut. Mungkin tidak menyangka akan bertemu di spa. Aku juga kecewa ketemu di saat yang tak tepat. "Eh, Rara. Tumben ketemu di sini, ngapain kamu? Mau cari kerjaan ya, ckckck ... Kasihan sekali kamu," sindir Nilam sembari tertawa dengan temannya. Ya dia Nilam, wanita yang sudah merebut Mas Adam dari tanganku. Aku geram melihatnya, seolah tanpa rasa bersalah, kini dia malah men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Mengusir Adam

    Sesampainya di perusahaan, saat akan masuk ke kantor langkahku dicegah Pak Budi. "Tunggu, Bu!" "Ada apa, Pak Budi?" tanyaku heran. "Di dalam masih ada Pak Adam dan Nilam, Bu. Mereka sudah lama di dalam, belum keluar-keluar," jawab Pak Budi gugup. "Bukankah saya udah pesan, kalo mereka berbuat mesum lagi Pak Budi bisa melarang," sahutku ketus. "Saya udah melarang, Bu! Tapi nggak diindahkan Pak Adam." "Oke, saya yang akan menyuruhnya keluar!" kataku sambil membuka ponsel. Ponselku tersambung ke CCTV kantor, hingga terlihat jelas apa yang mereka lakukan di kantor. Aku terperangah, mereka benar-benar keterlaluan, gumamku geram. Secepatnya kugedor pintu kantor. "Adam, keluar kamu dari kantorku. Keluar !" teriakku. Tidak lama terdengar suara pintu terbuka. Terlihat Adam yang berpenampilan kusut karena buru-buru, setelah dia keluar aku melayangkan tamparan di pipinya. Plak !! "Dasar laki-laki nggak tau diuntung! Masih aja berbuat mesum di kantor ini, pergi kamu dari sini dan jangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Camping

    Sampai di rumah, kuhempaskan tubuhku di sofa. Hari ini rasanya lelah sekali, setelah ribut di spa masih juga ribut di kantor. Namun, aku bisa puas karena bisa mengusir Adam dari perusahaan. Awalnya dia yang memohon padaku tapi dia juga yang membuka kepura-puraannya sendiri. Adam memang laki-laki tak tau diri, menyesal aku dulu tak mendengarkan Papa. Adam juga tidak mudah dihadapi, dia tidak mau begitu saja menceraikan diriku. Ditambah sekarang Nilam sudah menghasutnya, pasti mereka hanya akan memanfaatkan kekayaanku. Aku harus bergerak cepat sebelum mereka menyerang. Memijat kepalaku yang terasa pusing, aku di kejutkan suara ponsel. Terlihat di layar Tania memanggil, dengan malas aku segera mengangkatnya. "Halo!" "Halo, Ra. Kamu di mana?" tanya Tania. "Baru aja sampai rumah," jawabku. "Ra, apa Randy sudah menelepon? Dia ingin mengajak ____ " "Naik gunung 'kan!" potongku cepat. "Kamu udah tau, Ra. Lalu gimana, kamu mau 'kan?" tanya Tania berharap. "Aku belum tau, Nia. Akhir-a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Jatuh ke jurang

    Esoknya, cuaca yang cerah cocok untuk melakukan travel ke puncak. Aku yang baru siap sarapan dan memakai sepatu, terdengar suara klakson mobil di luar rumah. Melongok dari jendela, aku sudah tau pasti Tania. Anak itu memang sangat setia kawan. Setelah pamitan pada Bi Ira, keluar rumah menjinjing tas dan tenda. Tania segera turun dari mobil dan membantuku mengangkat perlengkapan camping. Melihat mobil cuma ada Tania aku heran. "Suamimu nggak ikut, Nia?" "Ikut, dia bersama Randy menunggu kita. Aku menjemputmu dulu, baru kita berangkat bersama," jelas Tania. Aku hanya manggut-manggut, setelah itu mobil melaju ke arah rumah Tania. Di situ kami berkumpul, baru kemudian bareng. Tak lama kami sampai di rumah Tania, lalu memasukkan mobil ke dalam garasi. "Kita berangkat naik mobil, Randy aja," kata Tania begitu tau aku hendak bertanya. Aku tau, mobil Randy besar pasti bisa menampung banyak barang. Mobil merek Pajero sport, milik Randy terparkir di luar pagar. Randy segera membantu begit

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Bertemu penyelamat

    Randy dan suami Tania segera memasang tenda, aku dan Tania mencari ranting pohon untuk bahan bakar memasak. Saat menjelajahi hutan mencari kayu, aku terpisah dari Tania. Aku pun gugup, mana lagi sendiri. Kucoba mengingat jalan tapi tetap saja balik ke tempat semula. Aku mulai ketakutan dan saat lagi kebingungan kakiku terpeleset dan jatuh. Untunglah aku meraih akar pohon hingga tak terjatuh ke bawah. "Tolong .... Tolong aku!" teriakku. Aku tetap bertahan berpegangan pada akar pohon, sambil berteriak minta tolong. Namun, karena kecapekan dan banyak gerak akar pohon itu tak kuat menahan berat badanku. Krak !! Akhirnya akar pohon patah, aku terjatuh berguling-guling ke bawah dan saat menyampai dasar kakiku terkilir. "Aww," jeritku menahan sakit. "Tolong ... Tania, Randy ... Di mana kalian?" Aku menangis sambil melihat sekeliling. Aku coba mengambil ponselku di saku celana, syukurlah masih ada. Saat kuhidupkan sialnya tak ada sinyal hingga aku tak bisa menghubungi Tania. "Ya, Tuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Kemesraan

    Esoknya saat membuka mata, hari sudah terang dan aku sudah berada di tenda. Melirik ke sana kemari, tapi cuma aku yang berada di tenda. Mencoba bangun untuk duduk, tapi terasa kakiku berat. Rupanya sudah dililit perban, pasti mereka yang mengobatinya. Tetiba aku ingat tadi malam saat jatuh, saat Randy menolongku dan menggendongku naik. Dan ya, kuingat juga ucapan sebelum tertidur itu. Astaga! Benarkah aku ucapkan itu di telinga Randy. Apa dia mendengar? Duh, malunya mau ditaruh di mana mukaku, aku bergumam sendiri. "Ra ... Kamu udah bangun!" panggil Tania tiba-tiba masuk tenda dan membuatku terkejut. "Sudah, kamu dari mana Nia?" "Di luar, masak buat sarapan kita semua," jawab Tania senyum-senyum. Yaelah, nih anak kenapa senyum-senyum. Apa senang melihatku kena musibah, seharusnya sedih malah senang, tak setia kawan nih memang. "Kenapa kamu senyum-senyum, teman celaka malah senang!" tanyaku heran. "Tentu saja aku sedih saat tadi malam nggak bisa menemukan kamu, kami suda

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Kasmaran

    Sejak terjadi moment romantis di gunung itu bersama Randy, aku jadi sering melamun. Sosoknya sering kurindukan, apalagi jika aku sudah merasa kesepian di rumah. 'Apakah aku lagi jatuh cinta? Benarkah hatiku sudah menerima kehadirannya?' gumamku galau. Randy juga, semenjak itu jadi rajin mengirimkan pesan. Walaupun sekedar tanya sudah makan ataupun selamat tidur, tapi kuakui hatiku mulai senang menerima pesan darinya. Lamunanku kembali terngiang momen bersama Randy, saat itu mau pulang menuruni gunung. "Asyik ... Senangnya bisa naik gunung! Tapi ini hari kita akan pulang, sepertinya nggak rela ya!" kata Tania sedih. "Kapan-kapan kita ke sini lagi, tentunya saat itu sudah beda. Iya kan, Ra!" Suami Tania menimpali sambil tersenyum. "Iya, ntar kita ke sini lagi Nia," jawabku. "Demi Rara, soalnya dia masih sakit. Kasihan kalo terlalu lama di sini," sahut Randy menatapku dalam. "Cie ... yang perhatian sama Rara! Kita jadi nggak tega juga menahan Rara di sini!" Tania bersorak hingga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08

Bab terbaru

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Menikah

    Kasus itu terus bergulir ke meja hukum, pengacara Bimo menuntut perusahaanku untuk ganti rugi. Aku pun berkonsultasi pada Michael, pengacara yang ditunjuk Randy untuk membantuku. "Begini, sebenarnya Adam yang bertanggung jawab tapi karena saat itu Adam masih menjabat dan mengatasnamakan perusahaan. Mau nggak mau kamu juga harus ganti rugi, Ra!" Micahel menasehatiku menurut hukum yang berlaku. Untuk beberapa detik aku menimbang perkataan pengacaraku yang ada benarnya. Randy dan Tania memberi dukungan agar aku kuat. "Ra, ikhlaskan aja. Kamu juga tau, mana mungkin Adam bisa mengganti uang itu dengan keadaannya sekarang," saran Tania. Michael menunggu keputusanku, uang satu milyar itu tidak sedikit. Apalagi selama ini Adam banyak mengkorupsi uang perusahaan hingga yang tersisa di bank hanya sedikit. Randy yang tau aku galau pun menggenggam tanganku. "Kenapa, bicaralah!" "Aku mau mengganti tapi uang itu udah banyak dikorupsi Adam. Nggak cukup, Randy," jawabku sedih. "Pakai uangku, R

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Ditangkap polisi

    Tidak ada lagi nada protes dari seberang sana, Adam pasti sudah memutuskan sambungan. Mungkin saja dia shock setelah aku mengatakan akan melapor ke polisi terkait hutang yang dipinjamnya dengan menggadaikan perusahaan. Ah, masa' bodoh dengan keadaannya sekarang. Yang penting aku bisa menyelamatkan warisan dari almarhum papa. Usai menelepon, kuhembuskan sedikit napas lega. "Gimana, Ra?" tanya Tania. Aku baru ingat kalo Tania dan Randy masih di rumahku. Randy mendekat lalu duduk di sampingku dan menggenggam tanganku. "Jangan takut, kamu nggak sendiri. Ada Mas dan Tania yang akan membantumu." Senyuman dari Randy berhasil menenangkanku. Saat terpuruk seperti ini aku memang butuh sandaran. Untung saja aku punya sahabat yang pengertian seperti Tania dan Randy yang selalu ada buatku. **** Beberapa hari pasca pengusiran Adam, aku tidak mendengar kabarnya lagi. Entah tinggal di mana mereka aku juga tidak mau tau. Sementara itu suasana berjalan lancar di perusahaan. Walaupun keadaan ten

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Jual rumah

    Mataku membulat dilecehkan seperti ini lalu bangun dan menampar wajah lelaki itu. Plak! "Jangan kurang ajar anda!" pekikku lantang. Lelaki di depanku memegang pipinya yang kutampar tadi dengan rahang mengetat. Biar dia tau aku bukan wanita gampangan seperti pikiran busuknya itu. Gegas aku memanggil Pak Budi lalu dengan setengah teriak menyuruhnya masuk. Pak Budi menatapku dan klien itu bergantian dengan bingung. "Pak, antar tamu kita ini keluar!" titahku. "Baik, Bu. Mari, Pak!" ajak Pak Budi, tetapi lelaki itu bergeming. "Saya tidak akan keluar sebelum masalah kita selesai. Anda harus mengganti kerugian saya juga tamparan ini!" ucapnya tegas. "Saya sudah mengatakan semua, apakah anda belum paham? Tentang pinjaman itu sebaiknya anda menagih langsung dengan Adam. Karena uang itu tidak ada hubungannya sedikitpun dengan perusahaan. Saya akan beri salinan bukti pada anda nanti, tamparan itu juga hukuman anda yang sudah melecehkan saya. Anda lihat cctv di atas itu merekam semua perbua

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Dilecehkan

    Aku melemparkan ponsel begitu memutuskan sambungan telepon Mas Adam. Setelah Nilam ketahuan selingkuh, dia malah merengek ingin kembali. Huh, terbuat dari apa hatinya itu sama sekali tidak memikirkan perasaanku. Tidak, aku tidak akan kembali pada Adam sekalipun dia harus menangis darah. Jijik bila mengingat video memadu kasih mereka di kantor. Mungkin bukan saja di kantor melainkan tempat lain seperti di hotel. Lamunanku tersentak kala ponsel berdering, tadinya aku acuh saja pasti Adam lagi. Hingga tiga kali memanggil, akhirnya aku kesal tanpa melihat di layar langsung mengangkat. "Apalagi sih, Mas?" tanyaku ketus. "Ra, kamu kenapa?" Mendengar suara bariton yang berbeda di seberang sana membuatku terhenyak. Lelaki yang mengisi hatiku belakangan ini pasti kaget. "Maaf, Randy! Aku kira tadi Adam," jawabku sembari menghela napas. "Kenapa sama Adam sampai kamu kesal begitu?" "Biasa, Randy! Dia tadi nelpon bilang kalo Nilam sudah mengaku selingkuh dan ingin kembali padaku." "Lalu

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Rayuan Adam

    Pov Adam "Adam nggak mau, Bu! Adam jijik melihatnya sudah disentuh laki-laki. Kalo ibu mau cucu, ibu aja yang hamil!" ucapku ketus lalu masuk ke kamar dan membanting pintu. "Adam!" pekik ibu yang tidak aku gubris. Ibu terus menggedor pintu tapi aku sudah malas menanggapinya. Kepalaku pusing memikirkan semua, belum menemukan pekerjaan sekarang ditambah Nilam selingkuh. Aku menatap langit-langit kamar, meratapi nasibku yang terus sial sejak berpisah dengan Rara. Ya, seharusnya aku tidak gegabah dengan permintaan ibu yang ingin cucu. Akan tetapi, saat itu aku juga tidak bisa menolak kehadiran Nilam yang piawai menggodaku. Tadinya aku mengira Nilam mencintaiku dengan tulus. Nyatanya semua hanya topeng agar dia bisa menikmati kemewahan yang ada padaku. Dia tidak tau bahwa semua pemberianku itu adalah milik Rara. Tiba-tiba aku teringat kalo aku belum menjatuhkan talak pada Rara. Itu berarti aku masih punya kesempatan untuk kembali padanya. Lebih baik aku rayu saja Rara mulai sekarang.

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   POV Adam

    Pov Adam Aku tidak menyangka Nilam akan selingkuh di belakangku. Hatiku panas saat Rara, mantan istriku itu mengirim beberapa foto perselingkuhan Nilam dengan pria bule. Tadinya aku ingin menjebak Rara yang ketahuan berjalan bersama lelaki lain. Namun, malah aku yang dikejutkan dengan foto tersebut. Gegas aku pulang ke rumah untuk menanyakan kebenarannya pada Nilam. "Nilam ... Di mana kamu?" teriakku begitu masuk ke dalam rumah. "Ada apa sih, Dam? Pulang-pulang malah teriak," celetuk ibu keluar dari kamar. "Mana Nilam, Bu?" "Nggak tau, coba lihat di kamar kalian!" Aku membuka pintu kamar, lalu masuk lebih dalam tetapi tidak ada Nilam di kamar. Kemudian berjalan menuju dapur dan halaman belakang juga nihil. Huft, karena lelah aku jatuhkan badanku di sofa ruang tamu. Tanganku memijat pelipis yang pusing. Ibu yang sedari tadi diam memperhatikanku berlalu lalang pun heran. Mengambil ponsel di saku kemudian mendial nomor Nilam. Tersambung namun tidak diangkat, hingga sepuluh kali

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Pesan dari Adam

    Sambil menunggu Randy, aku membuka ponsel. Ada pesan masuk yang belum terbaca[Ra, ternyata kamu sama aja. Kita belum resmi bercerai tapi kamu udah dalam dekapan laki-laki lain] Aku mengernyitkan dahi membaca pesan itu. Apakah Adam yang mengirim? Lantas tau dari mana dia, aku pun celingukan ke sana kemari melihat apakah Adam ada di sekitar taman. [Nggak usah cari, Ra. Kamu nggak akan bisa menemukan aku, kamu tau kalo kamu juga selingkuh maka perceraian kita batal] ditambah emoticon menyeringai. [Terserah kamu bilang apa, Adam. Yang pasti aku akan tetap gugat cerai, ingat kesalahan kamu bukan satu tapi kamu juga korupsi di perusahaan kan!] balasku ingin menjebaknya. [Mana buktinya, Ra? Kamu jangan omong kosong, kalo aku korupsi pasti perusahaan nggak akan bertahan lama] [Kamu mau bukti, Adam? Ada kok, yang aku tau kamu korupsi demi Nilam kan. Oh ya bagaimana kabar Nilam sekarang? Apa dia udah hamil?] kutambah emoticon mengejek. [Kamu nggak perlu tau, Ra! Hubungan kami juga baik d

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Mendatangi pengacara

    Randy menghentikan mobilnya begitu tiba di depan kantor pengacara. Terlihat jelas papan nama di depan kantor, Pengacara hukum Michael Wibawa. "Halo Michael!" sapa Randy menjabat tangan sahabatnya. "Halo juga Randy, how are you?" tanyanya dengan logat kebarat-baratan. "Alhamdulillah, aku baik. Oh ya ini Rara yang kuceritakan itu," ucap Randy menunjuk diriku. "Beautiful, jadi ini wanita yang kamu cintai sekian lama? Apa kabar?" tangan Michael terulur ke arahku. Kulihat Randy jadi malu dan kikuk, aku juga kaget ternyata Randy menceritakan hal ini pada sahabatnya. Aku pun menyambut uluran tangan Michael. "Alhamdulillah, aku baik!" "Mari duduk dulu, aku siap mendengar kamu curhat!" Michael terkekeh. Setelah aku dan Randy duduk, Michael menghidangkan teh hangat. "Silahkan minum dulu, biar fresh pikiran," tawarnya. Ternyata pengacara ini ramah dan tau cara membuat orang nyaman. Pantas saja Randy memilih yang terbaik untukku. Tidak di ragukan lagi kemampuannya, selain cerdas Michael

  • Kutinggalkan Suami yang Mendua   Nilam selingkuh

    "Ra, kenapa? Melihat siapa?" tanya Randy heran yang segera mengikuti pandanganku. "Kamu lihat, Randy. Itu rubah betina," jawabku tersenyum menyeringai. "Siapa rubah betina? Masak di restoran ada rubah?" Randy celingukan terus karena kaget aku mengatakan rubah betina. Aku tentu saja tertawa melihat Randy tak mengerti yang kumaksudkan. Randy semakin heran karena aku menertawakannya. "Maaf, rubah betina itu wanita loh. Dialah wanita yang sudah merebut Adam dariku," kataku menjelaskan. Randy manggut-manggut, lalu menelisik yang mana rubah betina itu. Saat mata Randy tepat melihat wanita yang kutunjukkan, barulah dia tau. "Wanita itu yang dinikahi Adam? Padahal kamu lebih cantik dari dia, Ra. Entah kenapa Adam bisa mencampakkanmu karena wanita itu," ucap Randy menggeleng tak mengerti. "Ya, karena aku belum hamil juga. Makanya ibunya terus mendesak ingin menggendong cucu, tapi tak disangka dia malah menikahi sahabatku," kataku geram. "Dia sahabatmu? Bagaimana mungkin seorang sahabat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status