Hampir waktu makan siang Kaivan belum kembali hingga Amirah memutuskan bekerja sendiri sampai CEO datang usai pertemuan bisnis kolega asing di luar kantor. Tumpukan berkas telah selesai diperiksa satu demi satu, sebagian dikembalikan ke lemari arsip dan sisanya menunggu ditandatangani.Terdengar pintu lift terbuka mengira Pak Arifin petugas kantor membawakan makan siang untuknya. Amirah tetap sibuk memasukkan berkas penting perusahaan membelakangi meja kerja tak tahu siapa yang tiba-tiba menegurnya."Taruh saja makanan di ruang pantry di sana lebih nyaman," suruhnya tanpa menoleh lagi."Ra .. "Oh, tidak.Amirah terdiam sesaat mendekap sisa berkas tanpa memilahnya lalu tergesa-gesa memasukkan semua dalam lemari dan menguncinya. Ia tahu yang menyapa tadi bukan orang asing baginya, tetapi mantan suami.Ketika berbalik Alagar tersenyum tipis padanya. Walau penampilan sedikit berantakan namun tetap tampan luar biasa. Duda dua kali dari pernikahan yang gagal selalu terlihat mempesona menje
Buket bunga cantik dan bingkisan coklat favorite tunangannya digenggam Kaivan erat. Nyaris setiap hari dia berusaha menyenangkan hati janda beranak satu dengan aneka kejutan yang tak pernah terpikirkan. Amirah patut dimanjakan calon suami pria kaya raya bukan seperti mantannya yang dulu.Ting! Pintu lift terbuka lebar.Senyumnya mengembang gembira tak sabar memberikan sesuatu yang istimewa. Pertemuan bisnis di hotel tadi pagi dengan kolega asing berlangsung lancar dan sukses.Semua berkat Amirah penyemangat hidupnya.Tetiba senyum itu berganti menggeram ketika melihat pemandangan menyakitkan di depan mata. Tunangan terkasih dipeluk seorang pria tak lain mantan suami dan kakak ipar Khirani.Keparat kau, Alagar!Teriakannya mengguncang seisi kantor CEO seakan meruntuhkan kebahagiaan miliknya seketika juga. Buket bunga dan sekotak coklat dilempar begitu saja lalu setengah berlari merebut Amirah dari pelukan Alagar."Apa-apaan kau ini!" maki Kaivan emosi. "Dasar pria tak tahu diri sembara
"Benar-benar bodoh!" teriakan kemarahan nyaring terdengar di sebuah apartemen mewah. "Untuk apa aku menyewa kalian jika tak mampu menculik anak kecil itu huh?!"Seorang gadis cantik dan pria tua bangka memandang kecewa kedua pria berbadan tegap namun menunduk malu. Pekerjaan mereka telah digagalkan oleh orang lain ketika siap menyergap putra Amirah Lashira tetapi ada mobil lain mendahului sebelumnya.Sungguh sial, bayaran mahal melayang sudah!Boss tua itu menggeleng tak percaya. Dua orang kepercayaan ternyata tidak bisa menyenangkan kekasih hati. Rencana yang disusun berantakan semua. Keuntungan lima milyar depan mata menghilang begitu saja seiring bocah tampan di culik kelompok lain."Cari dan temukan anak itu secepatnya atau ku potong leher kalian!" ancamnya keras."Tapi Boss, kemana kami harus mencari lagi," ujar salah satu bodyguard. "Jejak penculik lain langsung hilang tanpa bekas tak menyisakan petunjuk apapun.""Aku tak mau tahu!" tukas boss besar secara bengis. "Keluar kalian
Bi Minah datang menyajikan empat cangkir kopi dan dua teh hangat untuk tamu majikan. Rumah kini terasa panas membara, adu jotos hampir terjadi dan pertengkaran dua pria kaya raya tak terelakkan demi Nyonya Amirah yang sangat dicintai mereka terdengar kencang sampai ke dapur.Raut wajahnya penuh penyesalan menunduk malu dan takut merasa bersalah karena tak mampu membantu lebih banyak selain terus mendoakan cucu kesayangan Tuan dan Nyonya Andi Hakim kembali selamat."Bi ... " sapa Aabid pelan. "Apa Bibi tahu kenapa pengasuh Nana membawa ponakanku ke taman padahal itu saat jam tidur siang?""Itulah yang Bibi pikirkan dari tadi," jawabnya gamang. "Neng Nana sudah dilarang supaya tidak membawa Bagas keluar karena siang begitu terik tetapi beralasan ingin mengajak jalan-jalan sebentar karena anak itu bosan seharian di rumah."Cerita asisten rumah tangga yang berulang-ulang disampaikan menjadi pertanyaan membingungkan dibenak mereka. Wanita paruh baya telah bekerja lama setelah Amirah memutu
Suasana rumah lengang dan sepi sepeninggal Kaivan pergi bersama Alex, Alagar dan Aabid melacak penculik Bagaskara. Sementara Amirah beristirahat di kamar ditemani sahabatnya Melani yang sedang hamil besar"Duh Ra, kok bisa kejadian seperti ini?" tanyanya keheranan. "Memang kamu memiliki banyak musuh selama ini baik di kantor atau dari kerabatmu sendiri?""Ga Mel, aku 'ga punya musuh siapapun, kau 'kan tahu sendiri selama kita bersahabat," elak Amirah menyesal ikut melibatkan ibu hamil dalam masalahnya. "Sebaiknya kamu dan Alex pulang saja, aku baik-baik saja kok!"Mulut Melani langsung nyerocos tak karuan, "Baik-baik bagaimana 'sih, Bagas sudah seperti anak kami juga apalagi semenjak kau bercerai dengan brengsek Alagar, kita malah senang diajak ikut mengasuh dirinya.""Tapi kamu kan lagi hamil jadi ikut pusing mikirin hal ini, kasihan dedek bayinya," desak Amirah.Dengan santai Melani merebahkan tubuh di ranjang milik sahabat. Menghela nafas sejenak mengatur ritme jantung sambil mengu
Kaivan dan Aabid memburu ke kediaman keluarga Jeany tak peduli malam telah larut mengetuk pintu namun hasil nihil yang didapat. Sementara Alagar dan Alex melacak ke apartemen gadis jalang berprofesi sebagai model yang pernah diantar ke sana usai pemotretan."Apa kau yakin brengsek itu ada di apartemennya?""Kita coba saja, 'Lex," tukas Alagar optimis walau masih sedikit menyimpan keraguan mantan kekasih begitu berani menculik putranya. Keanehan yang janggal tapi patut ditelurusuri apakah Jeany memang pelakunya."Barusan Kaivan menghubungiku sepulang dari kediaman keluarga Jeany," seru Alex kesal. "Gadis itu telah menghilang sejak beberapa hari, katanya lebih sering tinggal di apartemen daripada bersama orang tuanya."Petunjuk satu-satunya sedang dilacak saat ini. Mobil Alagar melaju kencang memburu waktu terbuang dari siang tadi. Baru kali ini ia merasakan kekhawatiran sangat dalam yang belum pernah terjadi seumur hidupnya.Bagaskara darah dagingnya dan cucu kesayangan keturunan Tuan
Amirah sengaja tak dibangunkan begitupun Melani ketika Kaivan dan Aabid kembali pulang tanpa hasil. Dua wajah lelah penuh kekhawatiran mengingat Bagaskara masih terlalu kecil untuk berpisah dari ibunya. Mereka menunggu di ruang tamu dijamu oleh Bi Minah yang menyeduhkan dua cangkir kopi panas dan kue-kue kecil di atas meja. "Silakan Tuan Kaivan dan Tuan Aabid, maaf Nyonya Amirah masih tertidur di kamar." "Biarkan mereka istirahat, kasihan Melani juga sedang hamil kelelahan harus menemani sahabat di suasana seperti ini," sergah Kaivan sambil menunggu matahari terbit untuk melanjutkan pencarian dengan adik ipar. Kepala Aabid disandarkan di sofa, punggungnya terasa lelah namun pikiran menerawang kemana-mana. Dan baru tersadar kakak sulung belum memberi tahu posisi terakhir setelah melacak apartemen Jeany. Brengsek! Ditekan nomor panggilan Alagar cepat-cepat. Sesaat gawai dijawab di ujung sana terdengar deru bising membuatnya curiga tetapi berusaha tenang tak ingin membangunkan pemili
Bugh! Bugh! Berulang-ulang menggedor pintu apartemen mewah milik James. Bel pintu berdering berkali-kali berdenging bagai sirene gawat darurat. Mau tak mau Jeany terbangun kesal merasa tidurnya terganggu. Kelopak matanya membuka perlahan beranjak malas dari ranjang melirik ke arah jam dinding. Sial. Masih terlalu pagi bertamu ke tempat kekasihnya yang baru. Dasar klien tidak tahu diri! Makinya marah bergegas menuju ke ruang tamu buru-buru membuka pintu. Deg! Jantungnya berdegup kencang memandang Alagar penuh emosi mendorongnya makin ke dalam. "Mau apa kau datang kemari dan darimana tahu apartemen ini?" cecar Jeany bukan menyapa lemah lembut seperti sering dilakukan ke duda tampan yang masih dicintainya selama ini. Di belakangnya, seorang pria asing belum pernah dilihat terus mengikuti kemanapun Alagar pergi. Ketakutan. Kecemasan merayap dibenak Jeany seolah terkepung dua pria yang begitu emosi, sementara James terlelap di ranjang tak mungkin dibangunkan setelah permainan panas se