Akhir pekan menyenangkan bagi Bagaskara tetapi bukan ibunya. Sungguh terkejut tanggapan kedua orang tua CEO Kaivan terhadap diri Amirah Lashira menyebutnya sebagai seorang asisten rumah tangga. Sesederhana itukah dirinya selama ini?! Batinnya terus bertanya. Ia belum sempat berpamitan sesaat putranya merengek pulang. Di ruang kerja tertutup Kaivan masih terlibat diskusi panjang membahas pernikahan Khirani. Dan Aabid Barak Hakim pun harus tinggal lebih lama di sana bergabung dengan mereka. Amirah akhirnya diantar Alex dan Melani kembali ke rumah. Tak ada percakapan antara Kaivan dan Amirah sampai akhirnya mereka bertemu di kantor lagi. Senin pagi yang biasa dimana berkas telah menumpuk di atas meja sekretaris. Ia harus mengolah data dan menyusun agenda CEO memeriksa teliti berulang kali tiada jadwal keluar kantor dan perjalanan bisnis hari ini. Langkah kaki Kaivan mulai terdengar. Belum sempat Amirah menyapa CEO itu langsung memanggil masuk ke kantor. Duh, ada apalagi ini?! Jantung
Kedekatan antara Kaivan dan Amirah membuat Alagar tak henti membenci walaupun sudah memiliki kekasih demi melampiaskan kekesalan sahabat yang menyebalkan itu."Sayang, kenapa kau sekarang sering bersikap marah-marah," tegur Jeany sambil memeluk manja. "Ayolah, lupakan kejadian di Bali beberapa waktu lalu.""Bukan cuma di Bali saja Kaivan bikin gara-gara denganku ketika mengantar Amirah ke rumah orang tuaku untuk menjemput Bagas," sahutnya jengkel."Berhentilah bermusuhan demi aku, sayang," pinta Jeany sungguh-sungguh.Jika masalah di antara mereka tak kunjung selesai maka habislah riwayatnya memadu kasih bersama mantan suami Amirah. Duda tampan itu selalu memikirkan mantan istri bekerja menjadi sekretaris CEO Kaivan.Dia tak mau tinggal diam."Paling mengesalkan dia bakal menjadi saudara iparku benar-benar bodoh Aabid sampai tertarik Khirani sama seperti sikap Amirah tergoda rayuan Kaivan keparat!" Alagar mendengus marah.Rasa cemburu membabi buta menenggelamkan logika sendiri. Penyes
Hari kedua tanpa CEO Kaivan di kantor. Sekretaris Amirah Lashira menikmati kesendirian terus sibuk bekerja memeriksa berkas penting dan mengatur ulang agenda pimpinan.Gawai Amirah berdering lagi. Ini sudah ketiga kali boss menghubungi menanyakan keadaannya. Dasar CEO bawel-! Keluhnya kesal. "Selamat siang Tuan Kaivan, ada yang bisa saya bantu?""Menyebut aku begitu gaji dan bonusmu ku potong ya, Ra!" sahutnya marah di ujung sambungan telepon. "Kan sudah ku bilang bersikap biasa saja jangan formal begitu bila tak ada orang lain di antara kita.""Baik Mas Boss," canda Amirah. "Lagian sih telepon aku melulu bukannya temani orang tuamu di sana.""Bosan Ra, mending liatin wajahmu daripada para sesepuh di sini," tampik Kaivan. "Mana Mama dan Papa ngobrol lama banget ga to the point aja mau mengundang ke pernikahan putrinya di Jakarta!""Ishh ... Mas ga boleh begitu, nanti juga giliranmu menikah harus sowan sana sini undang mereka lagi," tegur Amirah mengingatkan. Pernikahan memang merepotk
Keesokan hari Kaivan tiba di kantor lebih siang. Mama dan Papa tak mau berhenti membicarakan pernikahan adiknya hingga akhirnya terpaksa beristirahat menginap di kediaman mereka. Pagi ini mengantar mereka lagi bertemu wedding organizer benar-benar melelahkan.Sesaat memasuki ruangan ia tak melihat kehadiran sekretaris yang biasa menyapa lebih dulu. Rindu dua hari tak bertemu seakan berminggu-minggu lamanya. Disusulnya ke pantry hanya petugas kantor ada di sana."Pak Arifin, di mana Amirah?" tanyanya bingung."Selamat siang Tuan Kaivan, maaf Ibu Amirah tadi bilang sedang menemui manajer keuangan perusahaan memeriksa berkas laporan kemarin yang belum lengkap," jawabnya sambil menunduk hormat."Oh okay, kalau nanti kembali tolong suruh ke ruanganku dan bawakan juga secangkir kopi!" perintah Kaivan."Baik Tuan, tapi ... " Mulutnya berhenti berbicara khawatir membuka masalah sekretaris kesayangan CEO.Langkah Kaivan berhenti lalu memandang wajah Pak Arifin begitu ragu dan takut. "Ada apa l
"Van, siapa yang mendampingimu di pernikahan nanti?" tanya Tuan Mahardika di saat mereka bertemu dalam gladi resik pernikahan.Kaivan menoleh ke seorang wanita yang sibuk mengurus kebutuhan Khirani dan Aabid. Mengatur ini itu demi kelancaran akad nikah esok pagi hingga resepsi di malam hari. Sekretarisnya sungguh luar biasa tak pernah mengeluh membantu keluarga besar dari calon mempelai wanita.Walau Aabid mantan adik ipar tapi Amirah tulus melakukan apalagi pria itu begitu sayang ke Bagaskara. Dan betapa bahagia terlibat langsung pernikahannya mendampingi CEO Kaivan."Ada sekretaris cantik di sana akan bersamaku jadi aku tak sendirian saat pesta nanti," jelas Kaivan penuh arti.Tuan Mahardika ikut tersenyum saat putra sulung telah memutuskan pilihan hidupnya dan tak bisa diganggu gugat lagi. Halangan datang dari istrinya sendiri yang meragukan mengenai latar belakang kehidupan Amirah Lashira."Apa kau tak ingin mencari gadis muda seperti mantan tunanganmu dulu?""No, Papa, usiaku tak
Pagi-pagi sekali Kaivan kembali menjemput Amirah menuju ke sebuah hotel tempat pernikahan Khirani dan Aabid akan dilaksanakan. Bagaskara diajak turut bersama mereka. Raut kesal terlukis di wajah tampan putra dari Alagar Hakim yang sengaja dibangunkan lebih pagi dari biasanya."Mama, memang kita mau kemana sih, Bagas 'kan masih ngantuk," keluhnya sambil melirik keluar kaca.Amirah menoleh ke belakang menatap putra kesayangan yang duduk tak tenang. "Sayang, 'kan Mama sudah bilang dari kemarin Om Aabid dan Tante Khirani mau menikah jadi harus ikut bantu mereka biar acara lancar sampai resepsi nanti malam.""Iya Bagas nanti bobo lagi di hotel, Om Kaivan sudah sediakan kamar untuk kalian istirahat," bujuk sang CEO."Kalau Om Aabid dan Tante Khirani menikah, terus Mama dan Om Kaivan kapan?" celoteh Bagas lugu. "Tante Melani dan Om Alex sebentar lagi punya adik bayi, Bagas kok ga punya 'Ma?!"Senyum Amirah berubah datar.Sementara Kaivan senang mendengarkan celotehan anak kecil berharap sama
Paras cantik Khirani Mahardika memancarkan aura kebahagiaan. Perias pengantin pun tersenyum puas atas pekerjaannya di pagi ini. "Nona sudah cantik secara lahiriah walau tak dirias sekalipun," pujinya. "Thanks, tolong rias sekretaris kakakku juga," ucap Khirani sebelum beranjak mengenakan kebaya akad nikah. "Mba Amirah dan putranya ada di kamar sebelah." Kesibukan luar biasa di kamar pengantin menjelang acara. Gantian Nyonya Nirmala dan Nyonya Rima dirias agar cantik bersahaja. Putra dan suami mereka bergabung menemui kerabat keluarga dari luar kota. Amirah dikejutkan sesuatu diluar dugaannya, tak percaya jika Pakde dan Bude Bambang Hadiningrat ternyata hadir di tengah undangan mendapat kamar tak jauh darinya. "Loh kalian ada di sini, mengapa tak bilang jika mau datang biar menginap di rumah saja nanti." Bude Tantri memeluk erat ponakan yang sudah lama tak bertemu, begitu juga cucunya Bagas. "Kita ga tahu jika yang menikah itu kamu kenal juga," cetusnya bingung. "Soalnya Pak Dirman
Akad nikah antara Aabid dan Khirani berlangsung lancar sempurna. Putra bungsu Tuan Andi Hakim begitu tegas mengucapkan ijab kabul hanya dalam sekali di depan wali CEO Arif Kaivan Mahardika. Disahkan oleh penghulu dan dua orang saksi ayah dari kedua pengantin.Betapa lega Khirani Mahardika kini statusnya berubah menjadi istri dari Aabid Barak Hakim dan mendapatkan banyak sambutan haru bahagia dari keluarga serta kerabat. Pesta sederhana sebelum pesta resepsi besar di malam hari nanti."Selamat ya Ran, semoga bahagia selamanya," ujar Amirah tulus memeluk istri dari mantan adik iparnya."Makasih Mba sudah membantu melewati semua untung saja Mas Kaivan mau jadi wali pengganti Papa kalau tidak mana mungkin aku bisa menikah," balas Khirani."Uhmm ... " guman Kaivan menatap adik paling manja sedunia. "Nanti giliranku, kalian berdua membantuku!" Matanya lurus mengarah ke Khirani dan Aabid yang telah resmi suami dan istri."Tenang Mas, nanti Aabid bantuin deh kalau menikah sama Mba Amirah suda