Dokter Tatik tersenyum ramah ke pasien yang baru datang. "Silakan duduk Nyonya, ada keluhan apa anda kemari?" Wanita blasteran yang cantik tiba sendiri tanpa didampingi suami. Wajahnya memucat setelah berkali-kali memuntahkan isi perut tanpa sebab. Dia mengira diracuni kedua pembantu. "Dokter, seharian perutku mual muntah apa karena seseorang telah berbuat jahat padaku?""Maksud Nyonya?" tanya Dokter keheranan, dia bukan cenayang tetapi ahli kandungan."Tadi siang aku sedang makan lahap kemudian perutku melilit hebat." Celine berhenti sejenak ragu atas kata hati yang memaksa datang ke rumah sakit tanpa diketahui tunangannya. "Kalau anda tak keberatan kita lakukan test USG melihat kondisi di dalam perut mungkin masalah lambung karena jenis makanan tak sesuai menu di Eropa sana." Seringkali Dokter mendapatkan kasus sama. Ekspatriat atau wisatawan berobat gara-gara makanan tak cocok di lambung mengakibatkan sakit perut hingga diare."Mungkin Dokter benar, makanan pedas di sini tak coco
"Di mana Celine sekarang?!" sidik Tuan Setiawan Nareswara ketika putranya datang menemui di kantor. "Sudah satu bulan aku tak melihatnya!" "Masih liburan Papa, jangan khawatirkan dia sudah dewasa pasti bisa menjaga diri selama berlibur di Asia," tukas Abimanyu tenang sambil menyerahkan laporan cabang perusahaan. "Liburan kok lama sekali memangnya Celine tak kuliah?!" ketusnya kesal. "Coba kau hubungi lagi posisinya saat ini!" Duh. Ayahnya tidak bisa diajak kompromi sejak kejadian Sebastian terhadap putri Bisma. Kini putri bungsu Celine pun kena masalah karena menyerang Amirah dan Kaivan demi membela kehormatan keluarga. "Baiklah Papa, sebentar aku kontak putriku dulu." Lalu dinyalakan pengeras suara di gawai agar sang ayah turut mendengarkan percakapan mereka. Dilirik jam di dinding pukul dua siang berarti jam delapan malam di Asia. Panggilannya dijawab Celine dengan suara yang dibuat-buat seolah sedang gembira. "Hai Papa, apa kabar?" "Kamu ada di mana, sayang," tanyanya ingin t
Kehadiran Bude Tantri menambah semangat hidup Amirah Lashira yang merasa beruntung memiliki suami perhatian dan sayang terhadap keluarga serta sanak saudaranya."Kaivan itu beda banget dengan Alagar ya, 'Ra," selorohnya ketika selesai makan pagi bersama lalu pamit ke kantor mencium tangannya penuh hormat. "Dulu boro-boro suami pertamamu mengundang kami ke rumah, menengok ke Yogya pun jarang!"Amirah pun mengakui tetapi masa lalu telah berlalu."Memang Mas Ivan posesif banget kalau aku kemana-mana mendampingi, memenuhi seluruh keinginan dan sering buat kejutan seperti sekarang tetiba budeku datang boleh menginap di sini.""Mungkin karena cemas 'Ra karena tinggal aku pengganti orang tuamu sejak pakdemu tiada, kemarin Kaivan menelepon kemudian mengirim tiket pesawat agar segera ke Jakarta ternyata kamu masuk rumah sakit toh!" gerutu kesal Bude Tantri baru dikabari dan langsung berkemas ke bandara.Mulut Amirah terkunci rapat. Persoalan yang menyangkut keluarga Papa Bisma tak boleh keluar
Sudah tiga malam Alagar tidak pulang ke rumah. Hati Celine cemas luar biasa menduga sesuatu yang menjadi kesalahan sehingga tunangannya enggan berjumpa. Berulangkali dihubungi tapi tak juga diangkat panggilan penting darinya, pesan pun tak dijawab.Bedebah kau, Alagar! Umpatnya marah-marah.Bi Inah dan Sri sasaran empuk tunangan majikan yang pergi tanpa keterangan. Hanya sebuah pesan satpam depan yang sempat dikontak agar mengawasi nona muda selama berada di kediamannya. Sungguh aneh dan membingungkan mereka menghadapi perangai bengis dan kejam Celine Dupuis."Inah, kau tahu tuanmu pergi kemana?" tanyanya menyelidik."Tentu tidak tahu Nona, kami pekerja di sini bekerja beberes rumah bukan mengikuti Tuan Alagar kemanapun pergi," jawabnya sedikit mengejek sikap kekasih majikan semakin sombong dan angkuh.Celine mondar mandir menginterogasi antara dua pembantu menyebalkan sangat dibenci dirinya. "Kau Sri, apa calon suamiku juga menyampaikan pesan tiga hari ini?""Duh, Nona, 'ga mungkin T
Di kantor mewah sang CEO Kaivan menyimak seluruh laporan secara teleconference antara Paris dan Jakarta disaksikan langsung Papa Mahardika, Opa Nareswara dan Bimantara.Sementara pengacara Ronald mencatat semua menindaklanjuti percakapan penting pertemuan mereka. Hal darurat antara dua keluarga begitu berat mengingat mereka adalah besan karena pernikahan Amirah dan Kaivan. "Maafkan atas ketidaknyamanan ini, aku baru juga tahu bila bisnis anakmu sedang ada masalah," tutur Tuan Setiawan Nareswara jujur.Tuan Mahardika memandang kesal pria tua jauh di sana, seraya mengomel, "Keluargamu terlalu turut campur dalam pernikahan anakku padahal sama sekali tak peduli keberadaan menantuku sebelumnya."Dengan malu lawan bicaranya mengaku salah. Seharusnya mereka bertemu saling mengenal lebih dulu bukan situasi gawat seperti ini. "Kau benar, Tuan Mahardika," sahutnya berusaha menahan emosi besan. "Tindakan Kaivan tidak salah agar kami dapat pelajaran dan mencoba memperbaiki lagi mempererat hubung
"Brengsek!" maki Aabid saat melihat kakaknya duduk santai membaca di buku di tepi kolam renang. "Ternyata kau bersembunyi di rumah orang tuamu sendiri!"Tawa Alagar menggelegar.Raut wajah adiknya bersungut-sungut lalu menghempaskan diri di kursi panjang. Dari satpam di kediamannya mendapat laporan Celine dan Aabid beradu mulut menanyakan keberadaan tuan rumah. "Buat apa ke rumah bukannya menelepon aku dulu!" tegurnya mengejek."Buang saja gawaimu kalau sudah mati total, bila perlu kau juga ikut di dalamnya," balas Aabid kesal. "Berapa kali dihubungi tapi tidak satupun tersambung!""Oh, sorry, gawai memang sengaja aku matikan dari pagi." Alagar lupa saking asyik menikmati hari-hari tanpa pengacau hidupnya lagi. Tertegun Aabid menatapnya."Kalau berkeberatan bertunangan kenapa kau yang pergi dari rumahmu sendiri, pria kok tidak punya wibawa sama sekali?!" Kakak beradik terlibat pembicaraan tentang gadis jalang sudah sebulan tinggal di kediaman Alagar Hakim dan menguasai para pegawainy
"Mas," panggil Amirah manja memegang lengan kekar suaminya sebelum berangkat bekerja. "Nanti aku dan Bude pergi berbelanja, boleh ya, Mas?!" "Nanti aku yang antar kebetulan tidak banyak rapat di kantor, memang kamu beli apa saja 'sih kok mendadak begini?" tanya Kaivan pensaran. Istrinya menunjukkan baju hamil yang mulai ketat. Oh, dua bayi kembar menggelembung di perut Amirah tak muat dan sesak. Padahal itu baru dibeli sebulan lalu ternyata dugaan mereka salah setelah pemeriksaan USG menyatakan janinnya laki-laki dan perempuan. "Ini loh Mas buktinya, kalau kamu 'ga percaya!" "Iya sayang, iya nanti kita beli baru berapa stel karena masih dua bulan lagi melahirkan berarti dedek bayinya makin besar ya 'Ra?" Serta merta Amirah mengangguk sang suami tampan memang sangat perhatian. Bersyukur tak salah jika dia menikahinya. "Nanti sebelum Mas pulang dari kantor hubungi aku supaya bersiap-siap jadi 'ga lama nunggu kita bisa langsung berangkat." Okay. Dikecupnya kening istri tersayang da
"Mas, Celine 'ga ada di rumahmu, barusan 'Bi Inah bilang dia pergi naik taksi," lapor Aabid usai mendatangi kediaman kakaknya. Suasana sunyi sepi tak terdengar lengkingan putri Abimanyu yang sok berkuasa ketika sang pemilik pergi. "Apa 'Bi Inah tahu kemana perginya brengsek itu?" Alagar mulai cemas memikirkan hal buruk yang terjadi bila terus membiarkan gadis jalang tetap di kota ini. Seperti dikejar-kejar wanita iblis yang memaksa terus bermaksiat setiap waktu tanpa kenal lelah melalaikan tugas dan pekerjaannya. Tak mungkin menikahi Celine Dupuis demi melukai hati Amirah Lashira. Buang-buang energi saja huh! "Ga tahu katanya, tunanganmu tidak membawa barang-barangnya cuma berpakaian rapih terus keluar tanpa pamit ke orang rumah," balas Aabid lagi. Duh, bule sialan bikin pusing sejagat raya! Desis Alagar Hakim. Jakarta cukup luas mudah tersesat bagi gadis buta peta jalan di ibukota. Entah kemana pergi tak ada yang tahu. Agenda jahat Celine telah berakhir ketika mereka bertunang