Beranda / Romansa / Kusesali Usai Istriku Pergi / 77. Rencana Nikah Kontrak

Share

77. Rencana Nikah Kontrak

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rencana Nikah Kontrak

***

Tepukan di punggung membuatku kaget sekaligus penasaran hingga serta merta membuatku menoleh, melihat ke arah suara. Kudapati Rio yang menatapku heran, lalu dia bertanya, “Sudah mau pergi?”

“Iya, begitulah, kamu sendiri?” ucapku sambil melihat dan memastikan kalau dia memang datang sendiri.

“Seperti yang kamu lihat,” jawabnya sambil menarik kursi dan mengempas bobot tubuhnya kasar di atasnya.

“Apakah kamu ada urusan? Kalau tidak ada, temanilah aku ngobrol. Aku butuh seseorang untuk mendengarkanku.”

Rio melanjutkan bicara, sambil menarik kursi yang ada di sebelahnya agar aku duduk di sana. Meskipun dengan sedikit berat hati, aku kembali meletakkan bobot tubuhku di sana. Dengan begitu, aku bisa berbicara dengan Rio secara langsung, membahas sesuatu yang sempat tertunda beberapa waktu yang lalu, mungkin aku juga akan meminta maaf padanya karena tidak memberi kabar di hari di mana kami berencana membebaskan Rahma waktu itu. Mungkin dengan berbicara dengan Rio, a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   78. Siapa Dini?

    Siapa Dini?***Pertemuanku dengan Rio, membuatku berpikir tentang banyak hal tentang sesuatu yang selama ini tidak sekalipun terbersit dalam pikiranku. Selama ini aku selalu berpikir, hidup yang kujalani sangat keras dan berliku. Aku juga selalu melihat dan sering merasa iri atas kehidupan mereka, orang-orang yang kuanggap beruntung karena mereka selalu menunjukkan sisi bahagia ketika bersamaku. Namun sejak mendengar cerita Rio, padanganku tentang semua itu berubah. Apa yang kulihat, tidaklah selalu sama dengan kenyataan hidup yang sedang mereka hadapi.Hal itu mengingatkanku akan kalimat Rio yang pernah dia ucapkan padaku saat itu, ketika aku baru saja kehilangan Laila. Dia mengatakan kalau aku adalah tipe orang yang kurang berempathy, tidak perduli dengan keadaan orang lain dan cenderung egois karena terlalu memikirkan diri sendiri, sehingga aku sering melewatkan kesedihan dan kesusahan yang sedang dihadapi oleh mereka, bahkan orang terdekatku sekalipun sering kuabaikan, karena ket

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   79. Namanya Dini

    Namanya Dini***Bergegas aku menuju rak untuk mengambil sesuatu, lebih tepatnya, agar aku bisa melihat dengan jelas gadis yang bernama Dini. Meskipun ini terkesan konyol, karena sengaja untuk mencari tahu seseorang dengan menguping pembicaraan mereka. Bukan itu saja, aku juga sengaja mencuri pandang ke arahnya. Ini benar-benar gila, padahal bisa saja dia adalah orang yang berbeda dan kebetulan saja memiliki nama yang sama dengan nama gadis yang sempat disebutkan oleh Rio kemarin.Dari tempatku berdiri, aku berusaha melihat dengan jelas wajah gadis bernama Dini itu. Tidak ada yang istimewa dengannya, dari apa yang kulihat, dia tidak berbeda dengan gadis lainnya. Seorang gadis muda, mungkin seumuran dengan Alya, dengan make up tipis menghiasi wajahnya yang sedikit tirus dan pucat. Atau … mungkin kulitnya memang sangat putih sehingga cenderung terkesan pucat? Ah … kenapa aku harus memperhatikannya sampai begitu detail? Ini gila!Aku membuang napas kasar saat meninggalkan mini market, se

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   80. Sebuah Kebetulan?

    Sebuah Kebetulan? --- “Mas Andra kenal?” tanya Alya sekali lagi.Aku tertegun, ada sebuah keraguan di hati. Apakah aku akan menceritakan apa yang kuketahui atau tetap berpura-pura tidak mengetahui apa-apa? Namun, bukankah ini kesempatan yang baik untukku agar aku bisa kembali menjalin komunikasi dengannya? Setidaknya untuk saat ini, ketika dia berada di dekatku. “Alya, sebenarnya… ada sesuatu yang ingin Mas ceritakan padamu,” kataku ragu. Kulihat Alya mengernyitkan dahi sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Dia seolah sedang memikirkan sesuatu.“Apakah itu tentang kita? Kalau Mas Andra ingin membahas itu, sebaiknya jangan usah,” ucapnya kemudian.Aku menghela nafas panjang, benar sekali dugaanku, Alya masih belum siap membahas apa pun yang berhubungan dengan hubungan kami. Dan cara terbaik agar bersedia berbicara denganku adalah membahas sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan kami. “Bukan, Alya, tapi ini tentang Rio,” jawabku. Kulihat ekspresi wajah Alya sedikit berubah

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   81. Undangan Makan Malam

    Undangan Makan Malam ----Pukul 8 malam, aku sampai di tempat yang disampaikan Sania tadi siang, sebuah hotel berbintang yang ada di pusat kota. Kuedarkan pandangan ke sekeliling, mencari keberadaan Sania dan juga om Ridho. Namun dari sekian orang yang kulihat di tempat itu, tidak tampak keberadaan mereka.Seorang gadis muda berjalan menghampiriku, sepertinya dia adalah salah seorang karyawan di sana. “Pak Andra?” tanyanya begitu dia berdiri di depanku.“Iya, benar,” jawabku singkat.“Mari ikut saya, Bapak sudah ditunggu di sana,” ucapnya sopan sambil menunjuk sebuah ruangan yang ada di ujung dan memintaku untuk mengikutinya.Gadis mud aitu membawaku ke sebuah ruangan, saat dalam perjalanan menuju ruangan itu, aku sempat memikirkan sesuatu, bahwa suatu hari nanti, aku ingin membawa Alya makan malam di tempat seperti itu, dengan pelayanan kelas atas dan tentu saja menu makanan yang spesial. Hingga akhirnya aku harus menghentikan khayalanku ketika tiba di depan pintu.“Mereka sudah men

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   82. Umpan

    Umpan---Om Ridho menoleh dan menatapku lekat. Dia seolah sedang berusaha menebak apa yang akan kukatakan. Meskipun dia berusaha untuk bersikap setenang mungkin, namun dari bahasa tubuhnya, aku yakin kalau dia berharap aku akan merubah pendirianku dengan tadi.“Kamu ingin mengatakan sesuatu?” tanyanya tanpa ekspresi. Ah … pandai sekali pria ini merubah ekspresinya, dari rasa penasaran menjadi seolah tidak tertarik. Tapi untuk kali ini, aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama sehingga dia memanfaatkan ketidakberdayaan Rio, seperti yang dilakukannya padaku sebelumnya.“Oh, saya ingin memberi saran, itu pun jika diijinkan,” ucapku setelah aku berhasil mengatur kembali degup jantungku.“Saran … tentang apa?” selidiknya.“Tentang rencana pernikahan putri Om dengan teman saya, Rio. Saya sangat tahu siapa Rio, dia pria yang baik. Tidak mungkin dia akan menelantarkan kedua orang tuanya. Dan soal perjodohan itu, apakah tidak sebaiknya memberi kesempatan mereka berdua untuk saling mengenal

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   83. Fakta Yang Terungkap

    Fakta Yang Terungkap----Aku melajukan mobil menembus padatnya jalan raya, hingga beberapa kali beberapa kendaraan membunyikan klaksonnya dengan kencang yang disertai umpatan ketika aku menyalip mobil mereka secara serampangan, tidak ingin membuat Alya yang tadi terdengar begitu cemas menungguku lebih lama.“Apakah kamu bermaksud untuk membunuhku?!” Seru Rio saat aku menambah laju kecepatan begitu kami memasuki jalan tol.“Jangan konyol! Aku masih ingin hidup lebih lama dan ingin menikahi Alya.”“Brengsek!!” Umpat Rio lagi, yang kutimpali dengan senyum.Aku mengurangi laju kecepatan ketika memasuki sebuah pemukiman, Rio yang duduk di sebelah mencoba membaca alamat dan mencocokkan dengan jalan yang kami lewati.“Kamu yakin ini alamatnya?” tanya Rio ragu.“Iya, ini Alamat yang diberikan Alya tadi. Dan menurut peta, kita sudah berada di tempat yang benar.” Aku menjawab sambil memerhatikan sekali lagi alamat yang tertera di peta. Saat aku sibuk memindai sekitar, ponsel yang kupegang berd

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   84. Muslihat Yang Terungkap

    Muslihat Yang Terungkap----Aku dan Rio saling pandang, dia sepertinya sedang memikirkan apa yang sedang kupikirkan saat itu. Kulihat dia menarik kursinya, hingga menjadi lebih dekat kea rah Dini.“Aku tidak tahu apa yang sedang menimpamu dan juga keluargamu, namun aku akan sangat menghargainya jika kamu bersedia menceritakannya secara detail.” Rio berkata penuh penekanan. Gadis itu melihat ke arah Alya, seolah meminta pendapat darinya.“Ceritakanlah pada kami, Dini. Bagaimana pun juga, Mas Rio adalah pria yang akan menikahimu, dia berhak tahu tentangmu,” ucap Alya lembut, Dini memandang Alya dengan tatapan ragu. Aku tahu ini pasti sulit untuknya bercerita pada orang yang baru saja ditemui, namun dia juga tidak memiliki banyak pilihan, karena posisinya saat itu tidak menguntungkan baginya.Dini menunduk sambil meremas kedua tangannya, perlahan, Alya meraih tangannya dan kemudian mengusapnya lembut, memberinya kekuatan untuk menceritakannya pada kami.“Papaku meninggal lima tahun yang

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   85. Aku Akan Menikahinya

    Aku Akan Menikahinya----“Kamu yakin?” tanyaku ragu, mengingat beberapa waktu yang lalu dia mengatakan padaku kalau telah menolak permintaan Vito, bahkan hal itu juga disampaikan oleh om Ridho ketika dia mengundangku makan malam kemarin.“Andra, bisa tinggalkan aku dan Dini sebentar? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengannya,” pinta Rio dengan suara pelan namun terdengar tegas.“Baiklah, sebaiknya hal itu memang kalian berdua yang memutuskan. Alya, ada sesuatu yang ingin aku katakana padamu juga,” Kataku sambil meminta Alya mengikutiku. Alya menoleh ke arah Dini, tersenyum lembut dan memastikan kalau semua akan baik-baik saja.Kutinggalkan Rio dan Dini, agar mereka bisa lebih leluasa membahas tentang masalah mereka berdua, yang kebetulan memang berkaitan antara satu sama lainnya. Sementara aku sendiri, membawa Alya ke ruang tamu. Selain memberi kesempata Rio berbicara dengan ini, aku juga ingin membahas sesuatu dengan Alya, sesuatu yang harus kuselesaikan secepatnya agar tidak men

Bab terbaru

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   110. All Well End Well

    All Well, End Well****Alya menatapku, kedua matanya berkaca-kaca, perlahan, air matanya luruh membasahi pipinya."Kamu menangis, Alya?" Tanyaku sambil mengusap air matanya. "Mas ...." ucapannya lirih, memanggilku.Buru-buru aku merengkuhnya ke dalam pelukan. "Kamu hebat, Alya, kamu sudah menunaikan kewajibanmu sebagai istri di malam pertama, kamu sekarang menjadi wanita dan seorang istri seutuhnya," kataku.Alya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan, isaknya masih terdengar."Aku sangat bahagia, Mas," ucapnya lirih."Andai aku tahu, kalau menjadi istri itu senikmat ini, seharusnya kita menikah lebih awal," kata Alya lagi.Aku merenggangkan pelukan, mencoba melihat ekspresi Alya, dia tidak lagi menangis, senyum tipis terukir di bibirnya."Alya ... jangan katakan kalau kamu minta lagi?""Aku tidak bilang begitu," ucapnya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.Namun ucapan Alya tadi, cukup bagiku untuk kembali membawanya berpacu denganku."Kita lakukan lagi, ayolah, pokoknya

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   109. Malam Pertama

    Malam Pertama****Hari ini semua keluarga sudah berkumpul di rumah, aku sendiri, meskipun semalaman tidak bisa tidur karena terlalu gembira dan tidak sabar menunggu hari ini, merasa begitu bersemangat. Tidak merasa ngantuk ataupun lelah.Ibu beberapa kali merapikan baju yang kupakai, sambil sesekali melihat ke luar, kami semua menunggu kedatangan Alya dan keluarganya. Seperti yang telah kami sepakati sebelumnya, kalau kami akan melakukan akad nikah di KUA saja. Dan ternyata, ada beberapa pasangan calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan hari ini. Aku sendiri, mendapatkan nomor urut 3. Tidak apa-apa, aku bahkan bersyukur, dengan begitu, ada waktu untuk belajar mengucapkan ijab kabul."Santai saja, ga perlu tegang begitu. Toh ini bukan pernikahan pertama elu," seloroh Rio yang saat itu memang datang untuk menjadi saksi dalam pernikahan kami."Elo belum ngerasain di posisi gue, coba nanti dah, apakah bakal grogi apa enggak," sungutku.Rio terkekeh, lalu dia kembali berseloroh,

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   108. Bertemu Mas Ilham

    Bertemu Mas Ilham****Buru-buru aku mengakhiri panggilan telepon dari ibu dan sebelumnya mengingatkan agar beliau tidak lupa untuk mempersiapkan acara akad nikah nanti.Pelan, mataku mengeja satu persatu huruf yang tertulis di pesan yang dikirim Alya."Ibu dan Mas Ilham setuju." Aku membaca sekali lagi pesan itu, dan kali ini aku berteriak untuk meluapkan rasa bahagiaku."YESS, gue nikah, gue kawin!!"Teriakku sambil mencium ponsel yang kupegang berkali-kali.Dan aku beruntung di rumah tidak ada siapapun, sehingga tidak akan ada orang yang mengira aku telah gila. Meskipun ada yang menganggap ku gila, aku tidak peduli itu.Aku duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan yang masih dipenuhi rasa bahagia. Ketika tiba-tiba ponselku kembali berdering dan membuyarkan semua kegembiraanku."Aku ingin berbicara denganmu, datang ke alamat ini." Sebuah pesan yang dikirim oleh Mas Ilham membuatku mengernyit dahi. "Untuk apa Mas Ilham ingin bertemu denganku? Bukankah dia sudah memberikan ijin pa

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   107. Memenuhi Wasiat Laila

    Memenuhi Wasiat Laila****Pertemuan dengan Nirmala berjalan lancar, bahkan lebih mudah dari yang kubayangkan. Nirmala meyakinkan Alya kalau dirinya tidak akan meninggalkan Mas Ilham hanya karena selalu menunda rencana pernikahan mereka. Nirmala melakukan semua itu, karena ingin membuat Mas Ilham bisa bersikap lebih tegas dan mengerti posisi dirinya.Sebagai seorang wanita, Nirmala merasa statusnya selalu digantung. Meskipun Mas Ilham selalu meyakinkan dirinya untuk selalu setia dan akan segera menikah dengannya begitu Alya menikah, namun hal itu tidak cukup untuk membuat Nirmala sabar menunggu. Mengingat usianya sudah tidak lagi muda, dan tidak ada yang bisa menjamin jika Mas Ilham akan memenuhi semua janjinya. Selain itu, tekanan dari kedua orang tuanya, semakin membuat Nirmala tidak mempunyai banyak pilihan, selain mendesak Mas Ilham untuk segera menikah dengannya. Untuk hal itu, aku bisa memahaminya. Walau bagaimanapun, Nirmala adalah seorang wanita. Dia bahkan sudah menghabiska

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   106. Ini Salahku

    Ini Salahku****Nirmala masih mematung di tempat duduknya, dia terlihat sangat terkejut dengan kehadiran Alya di sana, karena aku sedari awal memang tidak mengatakan padanya kalau Alya juga akan datang. Selain itu, sepertinya ucapan Aly lah yang membuatnya terpaku seolah kehilangan kata-kata.Aku tidak tahu, apa yang telah terjadi di antara mereka berdua, namun melihat bagaimana reaksi Nirmala padaku, juga caranya dia berbicara dengan Mas Ilham yang selalu menyalahkan Alya, seperti dia memang kurang menyukai Alya.Alya menarik kedua sudut bibirnya hingga membuat matanya sedikit menyipit, dia tersenyum manis padaku. Seolah ingin mengatakan padaku kalau dirinya baik-baik saja, dan akan menyelesaikan masalahnya dengan Nirmala."Mbak Nirmala apa kabar?"Tanya Alya beberapa saat setelah dia duduk di sebelahku, ketika Nirmala sudah terlihat lebih tenang dan keterkejutannya hilang dari ekspresi wajahnya. Meskipun dia masih terlihat canggung dan tidak nyaman berada di sana, hal itu jelas ter

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   105. Menemui Nirmala

    Menemui Nirmala****Alya sudah terlihat lebih tenang, dia juga sudah tidak lagi menangis. Hal itu membuatku merasa sangat lega, setidaknya, semua berjalan sesuai rencana. Alya menerima lamaran dariku, bahkan dia juga bersedia untuk mempercepat pernikahan kami.Alya memandangku lekat, aku mencoba menantang tatapan matanya hingga pandangan kamu beradu. Kesempatan itu kugunakan untuk bertanya sekali lagi padanya."Aku duda dengan dua orang anak, apakah kamu yakin menerimaku untuk menjadi suamimu?" Tanyaku."Aku, Alya, gadis jutek, manja dan keras kepala, akan menerima Andra Haruki sebagai suami sekaligus ibu sambung bagi kedua anaknya. Akan aku cintai dua anak itu, seperti aku mencintai papanya," jawab Alya.Kedua sudut gadis itu terangkat hingga membentuk senyum yang begitu manis. Senyum yang serta Merta membuat duniaku menjadi berwarna, bahkan jauh lebih berwarna daripada lembayung senja di ufuk barat sana. "Kamu cantik sekali, Alya," pujiku."Aku tahu, Mas Andra sering bilang itu pa

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   104. Menikahlah Denganku

    Menikahlah Denganku***"Mas ... kamu ini kenapa, sih?"Alya bertanya, wajahnya terlihat sedikit bingung. Melihat dia yang kebingungan, membuatnya terlihat semakin menggemaskan, terlebih, dengan kedua pipi yang merona merah.Aku mengeluarkan cincin yang kubeli beberapa waktu yang lalu, namun belum sempat memberikan padanya karena menunggu waktu yang tepat, dan sepertinya, waktu itu telah datang untukku memasang cincin itu di jari manisnya."Mas, ini ...."Alya menggantung kalimatnya ketika aku meraih tangannya, serta menyematkan cincin di jari manisnya. "Aku, Andra Haruki, duda dengan dua orang anak. Hari ini memintamu untuk menjadi istriku, maukah kamu menikah denganku?" Tanyaku pada Alya.Mata gadis itu berbinar, wajahnya yang sejak tadi bersemu merah, kini makin merona. Dia memandang tanpa berkedip pada jari manisnya, jari yang baru saja kusematkan cincin di sana. Beberapa kali dia mengerjap, meskipun dia masih belum berkata, namun dari bahasa tubuhnya, bisa kulihat pancaran kebah

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   103. Mas Ilham dan Nirmala

    Mas Ilham dan Nirmala****Berkali-kali aku menghela napas dalam, kepalaku kembali berdenyut setiap kali aku mengingat kalimat demi kalimat yang diucapkan Wida tadi.Seumur hidup, aku tidak pernah berpikir untuk melakukan apa yang dia sebarkan tersebut. Bahkan, seandainya diberi kesempatan untuk terlahir kembali pun, aku tetap akan memilih untuk dilahirkan menjadi diriku saat ini, sebagai lelaki normal yang mencintai wanita dan mempunyai anak.Kusandarkan punggungku di sandaran kursi dan memejamkan mata. Pengakuan Wida tadi, membuatku berpikir sejenak tentang apa yang dia katakan. Dia bilang kalau dirinya menaruh perasaan terhadap Rio selama ini, namun yang aku tidak mengerti, kenapa dia tidak pernah mengungkapkan isi hatinya atau setidaknya, menunjukkan rasa sukanya terhadap Rio.Jangan-jangan selama ini aku saja yang tidak peka dengan perubahan sikapnya setiap kali bertemu dengan Rio.Lalu ingatanku melayang pada sebuah kejadian beberapa waktu yang lalu.Seperti biasanya, aku selal

  • Kusesali Usai Istriku Pergi   102. Cemburu Yang Membutakan

    Cemburu Yang Membutakan ***"Apakah saya pernah berbuat suatu kesalahan padamu, Wida?"Aku kembali bertanya pada Wida yang masih bersimpuh di lantai, karena sejak tadi, dia hanya menangis sambil mengucapkan kata maaf tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya kesalahan yang telah dia lakukan. Meskipun sekilas, aku sudah mempunyai gambaran tersendiri. Wida, sudah cukup lama gadis itu bekerja di perusahaan tempat aku bekerja. Sebelum menjadi sekretarisku, dia dulu bekerja di bagian administrasi. Entah bagaimana ceritanya, sehingga dia mendapatkan posisi sebagai sekertaris. Awalnya aku sering salah memanggil namanya, karena dia memiliki nama yang hampir sama dengan sekretaris sebelumnya, Widi, yang mengundurkan diri setelah melahirkan anak pertamanya, iya, nama mereka hanya beda satu huruf saja, Widi, Wida.Aku berjalan menjauh dari Wida, kubuka sedikit pintu untuk melihat ke luar. Aku tidak ingin keributan di dalam ruang kerjaku ada yang menguping, kemudian menyebarkan berita palsu dan tid

DMCA.com Protection Status