Dari Bandara Sukarno-Hatta, kami bertolak menuju Jepang. Banyu memilih Jepang karena memang lebih dekat di banding bila ke eropa, terlebih Mala dan Anik belum pernah mengunjungi negara ini. 7 jam 30 menit perjalanan udara mengantar kami menginjakkan kaki di Bandara Narita, salah satu bandara internasional di Jepang. Dua tour guide asli indonesia menjemput kami di depan bandara, kami masuk ke dalam mobil menuju hotel yang sudah mereka sediakan."Mari makan malam dulu." Ucapnya saat turun dari mobil sembari menggiring kami masuk ke dalam restoran di area hotel.Kami makan malam bersama, menu nasi goreng, nasi ayam kecap dan beberapa sayur bening lengkap dengan lauknya, menu ala Indonesia yang sudah di pesan jauh-jauh hari sebab Emak dan Bapak akan kesulitan jika harus makan sesuatu yang baru dan asing."Sudah ada kabar dari Sky?" Rose bertanya padaku saat kami berpapasan mengambil sup."Belum, apa dia menghubungimu?" Tanyaku sambil melihat sekitar, memastikan ucapan kami tak di dengar o
Aku dan Banyu melihat begitu banyak rekaman, dan menemukan kejanggalan saat kami berada di pantai, mami yang berjalan sendiri ke sisi tebing, datang setelah matahari hampir tenggelam, ia berjalan kikuk saat semakin dekat dengan kami."Ini bukan mami!" Banyu mem pause video di layar dan memperbesar gambar yang ada. Wanita itu sedikit berbeda dengan mami, ia lebih pendek dengan jilbab yang bebeda."Kenapa kita tak langsung tau saat ini sayang?" Ucapku menyesali apa yang terjadi."Ia begitu mirip, bagaimana kita bisa tau itu bukan mami." Banyu berusaha menenangkan diriku."Jika kita bisa temukan Kanaya, kita bisa dengan mudah temukan mami." Ucapku bersemangat, aku ingin segera membawa mami pulang bersama kami."Tapi tak semudah itu Sayang, sidang atas nama mami terus berlangsung, bagaimana bisa kita membiarkan nama mami menanggung semua dosa yang bahkan mam sendiri tak tau."Aku diam, Banyu benar. Menemukan mami itu perkara mudah, yang jadi masalah adalah jika kami menemukannya tanpa pun
Banyu meremas kesal kertas dan foto di tangannya, aku bisa melihat urat nadinya membesar bersama napas yang memburu menahan gejolak hatinya."Beraninya dia bermain denganku!" Ucapnya dengan rahang menggeras. Selama aku menikahinya, aku tak pernah melihatnya semarah ini." Bagaimana mas, apa kita harus pulang hari ini?" Mala terdengar cemas, ia pasti takut sesuatu yang buruk terjadi lagi, terlebih saat ini kami membawa Sean dan Dara bersama."Yang pertama harus kita lakukan adalah mengamankan anak-anak." Ucapku meyakinkan Banyu, aku juga takut hal buruk terjadi pada mereka."Aku akan hubungi Sky dan Rock untuk melacak siapa yang mengirim ini pada kita." Banyu memgambil ponselnya di dalam tas dan menghubungi Sky dan Rock."Mbak, apakah aman membiarkan anak-anak tetap di sini?""Entahlah, aku belum tau. Tapi lebih aman memang kita di Indonesia." Ucapku yakin."Lalu kita akan pulang?" Tanya Mala lagi."Tunggu informasi dari yang lain dulu." Ucapku menenangkan Mala yang begitu paniknya."B
Menghabiskan waktu di Jepang, pagi ini aku putuskan untuk jalan pagi di sekitar hotel. Rose dan Mala menemaniku berjalan di trotoar bersih dan indahnya kota Tokyo, salju masih turun dan tak banyak anak muda berjalan di pagi hari, bayangan keramaian seperti di car free day tak akan mungkin di jumpai di sini, terlebih musim dingin masih berlangsung meski salju turun tak selebat bulan Januari. Jika musim panas tiba, Pagi hari adalah milik orang tua, mereka habiskan banyak waktu untuk senam pagi, berjalan santai bahkan sebagian lain bersepeda. "Mau naik kereta ke Asakusa.?" Rose iseng menawari, kami memakai pakaian tebal saat ini dan aku masih bisa merasakan hawa dingun menembus kulit.Mendengar ajakan Rose, aku yang memang ingin sekali berkeliling kota sekitar menganggukkan kepala dengan cepat. "Boleh, aku dengar di sana ada kuil yang terkenal.""Wah, jadi nggak sabar, ayo mbak!" Ucap Mala tak kalah bersemangat.Udara memang terasa dingin di akhir bulan Februari, namun matahari sudah me
Pov MalaKami pulang setelah banyak hal terjadi di Jepang, pesawat kami tiba menjelang sore dan rumah mbak Dina jadi tempat tujuan kami berkumpul, di sana Sky dan Rock sudah datang saat kami sampai, aku masuk ke dalam kamarku bersama Anik, sementara Dara dan Sean kembali lagi pada ibunya, mbak Dina.Ku bersihkan diriku di dalam kamar mandi, terduduk di bawah pancuran air yang membasahi tubuhku, aku merasa jijik dengan tubuh ini, dengan diriku sendiri. Sepanjang hari aku terus merasa sesak, duniaku bahkan sedang tak baik-baik saja sekarang. Bagaimana aku harus menjelaskan pada semua orang apa yang aku alami di Asakusa kemarin.****Asakusa, di depan kuil.Kami berpencar setelah mbak Dina yakin ada seseorang yang mengikuti kami. Aku memilih berjalan berlawanan arah dengan mbak Dina, setelah beberapa meter menjauh, aku pun merasa ada yang sedang melihatku entah di mana. Mataku menjelajah ke semua sudut yang mampu ku capai dengan mata, bahkan aku berdiri di sisi belakang kuil sebelum akhi
Sampai di Jakarta, esoknya Banyu menemui wanita yang mengaku dirinya mami di dalam sel tahanan, aku berusaha meredam amarahnya yang mungkin saja bisa tak terkendali. Jika ada orang yang paling kecewa dengan semua hal yang terjadi, adalah Banyu orangnya. Dan sekarang ia mendengar semua ini hanyalah fitnah kejam yang mereka lakukan untuk membuat mami menderita, aku tak yakin Banyu bisa memberikan maafnya.Kami duduk di ruang tunggu dengan perasaan tak menentu, terlebih ia tahu wanita di hadapannya itu bukan mami nya, tentu rasa sungkan tak ada lagi sekarang.Banyu berdiri saat wanita itu datang, dia masuk dengan rambut tergerai tak terurus baik, kilat matanya menatap remeh ke arah Banyu, andai saja ini bukan penjara, aku yang akan memberinya pelajaran lebih dulu.Dia duduk dengan santai, menggulum senyum yang tak dapat ku artikan lagi bagaimana, wanita yang bahkan tak kami tau dari mana dirinya berasal, tiba-tiba saja merusak segalanya, segala kebahagiaan kami."Untuk apa lagi kamu kema
Pov Author"Aku menemukan di mana lokasi mamimu King!"Pagi ini sebuah kabar dari Sky membuat Banyu tak sabar bertemu dengan Sky, dia datang ke apartemen milik Sky dini hari, setelah mendapat telepon dari Sky, Banyu melompat dari tempat tidurnya dan dengan segera memutuskan datang ke tempat Sky tanpa membangunkan Dina.Dia masih pulas tertidur saat Banyu meninggalkan rumah bersama Black, lelaki itu tak tega membangunkan istrinya, sejak semalam Dina terus mendekap Sean yang sedikit panas dan mengigau."Apa yang Sky dapat?" Black bertanya pada Banyu saat mereka sudah berada di dalam mobil."Lokasi di mana mami berada." Ucap Banyu menirukan bagaimana Sky bicara di telepon tadi."Dimana?" "Entah, dia tak menyebutkan secara detailnya." Ucap Banyu lagi.Sky tak menyebutkan dengan jelas di mana lokasi Mami Banyu berada, ia bahkan ingin segera datang kesana karena tak sabar mengetahui di mana tempat itu. Mobil mereka masuk ke dalam parkiran apartemen Sky, Banyu dan Balck dengan cepat masuk d
POV BanyuSaat aku kembali ke kamar, Dina sudah berdiri du sisi jendela, ia berbalik dan menatapku dengan banyak tanya. Sejujurnya aku merasa takut, ia sangat mengerikan saat marah denganku, dan setelah banyak bal aku lalui, aku tak ingin dia kecewa lagi."Dari mana?" Dia langsung bertanya seperti seorang detekif."Keluar bertemu Sky, kenapa kamu bangun?""Jangan mengalihkan pembicaraan, aku sendang bertanya tentangmu!" Dia menunjukku dengan dingin, jika sudah begini aku harus menjawab apa yang dia tanyakan."Aku tau, aku hanya bertanya sayang.""Ya, tapi aku tak mau me jawab!" Ucapnya lalu berjalan mendekatiku Dina memutar melibat dengan jelas pakaianku dan juga wajahku, ia kemudian menatap tajam ke arahku hingga membuat aku salah tingkah sendiri."Jangan begitu sayang, ada apa denganmu?""Kamu yang ada apa, pergi menyelinap keluar tanpa pamitan, kamu kira semua akan berjalan mulus?" Dia melipat tangannya di dada."Bukan begitu, hanya saja aku memang terburu-buru.""Apa semua ini te
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak