Pov MalaKami pulang setelah banyak hal terjadi di Jepang, pesawat kami tiba menjelang sore dan rumah mbak Dina jadi tempat tujuan kami berkumpul, di sana Sky dan Rock sudah datang saat kami sampai, aku masuk ke dalam kamarku bersama Anik, sementara Dara dan Sean kembali lagi pada ibunya, mbak Dina.Ku bersihkan diriku di dalam kamar mandi, terduduk di bawah pancuran air yang membasahi tubuhku, aku merasa jijik dengan tubuh ini, dengan diriku sendiri. Sepanjang hari aku terus merasa sesak, duniaku bahkan sedang tak baik-baik saja sekarang. Bagaimana aku harus menjelaskan pada semua orang apa yang aku alami di Asakusa kemarin.****Asakusa, di depan kuil.Kami berpencar setelah mbak Dina yakin ada seseorang yang mengikuti kami. Aku memilih berjalan berlawanan arah dengan mbak Dina, setelah beberapa meter menjauh, aku pun merasa ada yang sedang melihatku entah di mana. Mataku menjelajah ke semua sudut yang mampu ku capai dengan mata, bahkan aku berdiri di sisi belakang kuil sebelum akhi
Sampai di Jakarta, esoknya Banyu menemui wanita yang mengaku dirinya mami di dalam sel tahanan, aku berusaha meredam amarahnya yang mungkin saja bisa tak terkendali. Jika ada orang yang paling kecewa dengan semua hal yang terjadi, adalah Banyu orangnya. Dan sekarang ia mendengar semua ini hanyalah fitnah kejam yang mereka lakukan untuk membuat mami menderita, aku tak yakin Banyu bisa memberikan maafnya.Kami duduk di ruang tunggu dengan perasaan tak menentu, terlebih ia tahu wanita di hadapannya itu bukan mami nya, tentu rasa sungkan tak ada lagi sekarang.Banyu berdiri saat wanita itu datang, dia masuk dengan rambut tergerai tak terurus baik, kilat matanya menatap remeh ke arah Banyu, andai saja ini bukan penjara, aku yang akan memberinya pelajaran lebih dulu.Dia duduk dengan santai, menggulum senyum yang tak dapat ku artikan lagi bagaimana, wanita yang bahkan tak kami tau dari mana dirinya berasal, tiba-tiba saja merusak segalanya, segala kebahagiaan kami."Untuk apa lagi kamu kema
Pov Author"Aku menemukan di mana lokasi mamimu King!"Pagi ini sebuah kabar dari Sky membuat Banyu tak sabar bertemu dengan Sky, dia datang ke apartemen milik Sky dini hari, setelah mendapat telepon dari Sky, Banyu melompat dari tempat tidurnya dan dengan segera memutuskan datang ke tempat Sky tanpa membangunkan Dina.Dia masih pulas tertidur saat Banyu meninggalkan rumah bersama Black, lelaki itu tak tega membangunkan istrinya, sejak semalam Dina terus mendekap Sean yang sedikit panas dan mengigau."Apa yang Sky dapat?" Black bertanya pada Banyu saat mereka sudah berada di dalam mobil."Lokasi di mana mami berada." Ucap Banyu menirukan bagaimana Sky bicara di telepon tadi."Dimana?" "Entah, dia tak menyebutkan secara detailnya." Ucap Banyu lagi.Sky tak menyebutkan dengan jelas di mana lokasi Mami Banyu berada, ia bahkan ingin segera datang kesana karena tak sabar mengetahui di mana tempat itu. Mobil mereka masuk ke dalam parkiran apartemen Sky, Banyu dan Balck dengan cepat masuk d
POV BanyuSaat aku kembali ke kamar, Dina sudah berdiri du sisi jendela, ia berbalik dan menatapku dengan banyak tanya. Sejujurnya aku merasa takut, ia sangat mengerikan saat marah denganku, dan setelah banyak bal aku lalui, aku tak ingin dia kecewa lagi."Dari mana?" Dia langsung bertanya seperti seorang detekif."Keluar bertemu Sky, kenapa kamu bangun?""Jangan mengalihkan pembicaraan, aku sendang bertanya tentangmu!" Dia menunjukku dengan dingin, jika sudah begini aku harus menjawab apa yang dia tanyakan."Aku tau, aku hanya bertanya sayang.""Ya, tapi aku tak mau me jawab!" Ucapnya lalu berjalan mendekatiku Dina memutar melibat dengan jelas pakaianku dan juga wajahku, ia kemudian menatap tajam ke arahku hingga membuat aku salah tingkah sendiri."Jangan begitu sayang, ada apa denganmu?""Kamu yang ada apa, pergi menyelinap keluar tanpa pamitan, kamu kira semua akan berjalan mulus?" Dia melipat tangannya di dada."Bukan begitu, hanya saja aku memang terburu-buru.""Apa semua ini te
Bapak mendudukan Sky di ruang kerjaku, lelaki yang suka bercanda itu mendadak bungkam tak bisa menggerakkan lagi tubuhnya, ia hanya menunduk saat Bapak masih diam menatapnya lekat. Diruangan ini hanya ada kami bertiga, mas Pandu bahkan tak di izinkan masuk dan aku ada di sini hanya karena aku kenal siapa Sky sebenarnya."Katakan Banyu, ada apa?""Sky ini suka pada Anik pak, sudah dua kali melamar tapi di tolak.""Kenapa?" Tanya Bapak.Aku mengangkat bahu tanda tak tau apa alasan yang di tanyakan bapak. "Banyu tidak tau pak, yang jelas Sky ini parah hati hingga tak mau makan, bahkan membersihkan rumah nya yang sudah mirip kandang tikus dia tak mau!" Ucapanku membuat Bapak kini melihat ke arah Sky lagi."Jadi kamu serius dengan Anik?"bapak bertanya tanpa basa-basi, membuat Sky menahan napas terkejut, bahkan ia sulit menelan ludahnya sendiri."Kenapa diam, bapak ini sedang bertanya padamu le!" Suara bapak meninggi, aku saja bisa gemetar bila jadi Sky."Betul pak, saya serius pada Anik.
"Besok aku akan pergi ke Semarang, mungkin beberapa hari di sana dan kami akan langsung pergi ke Malang.""Tak bisakah aku ikut denganmu?""Tidak Dina, bukankah kita sudah sepakat, kamu akan menjaga anak-anak."Begitulah percakapan Banyu dan Dina semalam, sebelum Banyu pergi berkali-kali dia meyakinkan sang istri semuanya akan baik-bauk saja. Dina tau Banyu tak pergi sendiri, ada Sky, Black dan Rock yang menemani, tapi tetap saja rasa was-was dan takut membuatnya selalu merasa tak tenang."Kami pergi dulu, ingat yang aku katakan padamu sayang." Banyu mengusap ujung rambut Dina dan mencium keningnya dengan hangat.Setelah berpamitan ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumahnya sebelum anak-anak pulang sekolah."Kamu merasa ada yang mereka sembunyikan?" Rose bertanya pada DinaDina diam, dia memang merasa ada yang tak beres dengan kepergian Banyu, namun tak berpikir mereka menyembunyikan sesuatu yang lain darinya."Aku merasa ada yang aneh, tapi tak tau apa dan dari mana menjelaska
Menuju kota Malang, membawa cerita yang tak dapat kami lupakan sekarang, meninggalkan Semarang yang ternyata menyimpan banyak cerita mami, cerita yang belum pernah aku dengar. Kini yang aku pikirkan adalah langkah selanjutnya, aku tau akan sulit meyakinkan Kanaya bahwa yang di lakukan nya salah, tapi mencoba lebih baik dari pada tidak sama sekali.Sepanjang jalan hatiku berdebar hebat, membayangkan akan bertemu mami yang ternyata tak melakukan kesalahan apapun, aku merasa ingin memeluknya erat.Sekali lagi aku menghubungi Khan, memastikan dia tau apa yang di lakukan adik perempuannya sebelum benar-benar aku membalas apa yang Kanaya lakukan pada keluargaku."Ada apa?"Suaranya sudah terdengar tak bersabahat, aku masih bersabar mengingat kami pernah berkawan baik sebelum adik perempuannya merusak segala kenangan itu."Aku ingin tau di mana Kanaya.""Buat apa? Kamu ingin memberinya harapan palsu lagi?""Bukan, aku ingin memastikan kamu tau apa yang sudah dia lakukan padaku.""Berhentilah
Tubuh Banyu terduduk di sebuah kursi, perlahan dia sadar dan mengangkat kepalanya. Ruang kosong dengan lampu remang beraroma lembab ini tak ia kenali, kepalanya bahkan terasa sakit dan sesaat kemudian ia baru mengingat apa yang terjadi."Jahat!" Teriakan itu membuat dia melihat kesisi ruang yang lain, di atas sebuah ranjang, dia melihat Kanaya menatapnya dengan sendu."Apa yang sudah kamu lakukan jahat mas!" Dia mulai tersedu.Bayu mencoba mengingat kembali apa yang terjadi, ia hanya ingat dirinya tak sadarkan diri dan kini duduk tanpa baju di atas kursi."Ada apa ini?""Ada apa, setelah kamu merengut kehormatanku sebagai wanita kamu tanya ada apa!"Wajah Banyu berubah, matanya tajam menatap Kanaya, ia bertanya sendiri apa maksud wanita di hadapanny itu."Katakan lagi." Ucapnya menajamkan telinga."Kamu sudah merenggut kehormatanku, melecehkan aku!" Ucapnya setengah berteriak kesal.Banyu tersenyum remeh, ia mungkin tak sadarkan diri, tapi meniduri wanita yang bahkan tak membuatnya b
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak