Beberapa saat sebelum penangkapan, Ramdan menggedor-gedor semua pintu di lantai bawah, hampir semua tak bisa di buka dan beberapa terkunci rapat, meski dia coba membuka, daun pintu bahkan tak bergeser dari tempat nya.Langkah Ramdan berhenti saat di ruang dengan pintu kecil dekat dapur dia mendengar rintihan halus dari dalam ruang itu.Glek.. Glek..Pintu kayu itu tertutup rapat,, beberapa kali Ramdan coba dorong namun sia-sia, pintu itu terlalu kokoh untuk di buka paksa sendiri"Rock, bantu aku dobrak ini!" Ucap nya saat melihat Rock melewati belakang tubuhnya."Ada apa di dalam?"Entah, tapi aku seperti mendengar sesuatu."Mereka mendorong paksa pintu itu dan....Brak!Dentuman cukup keras terdengar setelah mereka berhasil membuka pintunya, ruang itu gelap, Ramdan Dan Rock tak dapat melihat apa yang ada di dalamnya, namun setelah sakelar lampu di nyalakan, Ramdan dan Rock melihat wanita terikat di sebuah kursi kayu."Tante Amelia!" Rock dengan cepat membuka ikatan yang melilit tubuh
Menempuh perjalanan ke Jakarta, mereka semua tiba setelah lelah menempuh perjalanan tanpa berhenti. Ramdan bergantian mengendarai mobil dengan Rock, masuk ke jalur tol agar lebih cepat tiba di tempat tujuannya. Keluar dari gerbang tol mereka melihat kondisi Haryati yang lemah, beberapa kali wanita itu menggigau, namun Rock dan Ramdan tak bisa berbuat banyak selain memberinya air putih yang tersisa di mobil."Queen, aku membawa pulang mami King." Ucap Rock saat panggilan telpon mereka tersambung."Mami, betulkan itu mami?""Ya, semua yang kamu katakan benar Queen, mami memang di sekap di sana.""Mami, syukurlah mami. Kenapa kalian baru memberi kabar, sejak kemarin kalian tak bisa di hubungi, apa yang terjadi?" Suar Dina terdengar begitu cemas."Panjang ceritanya Queen, yang terpenting kita harus membawa mamimu ke rumah sakit.""Rumah sakit? Ada apa Rock, apa sesuatu yang buruk terjadi pada mami?"Rock kembali menatap ke belankang, wanita dengan kerut tipis di wajah itu begitu pucat se
Ramdan tiba di rumah Banyu, Dina dan lain nya sudah menunggu di teras dan Jhon membantu membawa Haryati masuk ke kamarnya bersama Ramdan. Wanita itu langsung berada di bawah perawatan Pandu sementara Bapak dan Emak diam setelah Dina menjelaskan semuanya."Mana Banyu dan Sky?" Bapak bertanya setelah Haryati mendapat perawatan dengan baik dan selama itu juga Bapak tak melihat dua lelaki itu.Rock terlihat binggung memulai kalimat, sementara Ramdan masuk membantu Pandu di dalam ruang kamar."Kenapa diam, mana mantuku?""Em, mereka masih di Malang pak." Ucap Rock, jawabannya terdengar tak meyakinkan."Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi Rock." Dina menatap Rock dengan tajam dan lelaki itu tak dapat menghindar, pasrah ia menceritakan semuanya pada Dina dan keluarganya."Maksudnya sekarang Banyu di kantor polisi?" Dina bertanya lagi, ia terkejut bagaimana bisa suaminya lalu ada di sana."Iya, aku nggak tau apa yang terjadi, aku hanya melihat polisi membawa Nanti dan Sky keluar dari
Hantaman Banyu membuat suasana bertambah panas, mereka mengerumun hingga membuat Banyu dan Sky terjepit di antara kumpulan orang."Bagaimana ini?" Tanya Sky yang mulai tak suka dengan situasi ini.Banyu mengamati setiap wajah yang ada di sana dan dia merasa mereka semua hanyalah orang-orang yang memang di minta menghancurkan dirinya di tempat ini."Sky, kamu siap ke ruangan kita?""Ya, itu terdengar lebih baik."Banyu kembali menatap wajah mereka semua satu per satu. "Minggir!" Ucapnya memerintahLelaki yang ia pukulntadi tertawa "Kamu ingin pergi setelah apa yang kamu lakukan padaku?""Ya, jika tak ingin ada lagi darah tumpah di sini, beri aku jalan!".Ucapnya lagi tak gentar.Entah apa yang terjadi, kerumunan itu membuka jalan untuknya dan Sky, tanpa ada lagi perlawanan, tanpa ada lagi keributan."Apa yang kalian lakukan!" Teriak lelaki bertato itu dengan kesal, ia merasa harga dirinya di injak-injak karena hampir semua tahanan membukakan jalan untuk Banyu dan Sky.Nanti menatap rem
"Dengar, aku bisa membuatmu malu di sini, tapi jelas itu tak akan aku lakukan dan katakan, sekarang aku ingin kami membayar juga apa yang sudah kamu lakukan padaku!"Lelaki bertato itu tersenyum jelas dia ingin menunjukkan kekuasaannya, namun Banyu masih bisa menahan diri, membuat lelaki itu jauh lebih merasa terhina dengan apa yang akan Banyu lakukan."Bagaimana jika kita bertaruh, jika kamu menang akan aku berikan kompensasi yang kamu minta, namun jika aku yang menang, aku hanya ingin satu hal selama aku di sini.""Katakan apa?""Nanti jika aku menang akan aku katakan!"Lelaki iti melipat tangan di dada, jelas dia juga ingin terlihat jago dan dengan senyum seolah meremehkan dia melihat ke arah Banyu."Jadi permainan apa yang kamu inginkan?"Banyu mengangkat kedua tangannya."Semua terserah padamu!"Kembali senyum lebar itu terlihat, seolah tak percaya Bantu bahkan memberinya ruang untuk memilih."Baiklah, aku ingin kita gulat!"Banyu mengerutkan alis, gulat bukanlah permainan yang di
Sementara di rumah megah Banyu, Dina semakin cemas tak mendapati juga kabar dari Banyu dan Sky, berkali-kali ia cobae cari ke berada mereka namun hingga malam berganti pagi tak satupun petunjuk ia dapat."Masih belum ada kabar, mungkinkah ini.juga bagian dari rencana Kanaya?" Rose tiba-tiba saja bicara pada Dina yang masih terus berusaha mencari di mana Nanti berada.Dina melihat ke arah Rose dan berpikir sejenak, bisa jadi ini memang bagus dari rencananya."Bagaimana jika ini hanya sebuah sandiwara, apa masih ada kemungkinan jika Banyu dan Sky di sekap di suatu tempat?" Rock ikut berkomentar."Cari tau kemana aku harus menghubungi Kanaya!" Dina meminta Rock mencari tau lagi, sementara dirinya menutup laptop do atas meja dengan kesal.Saat mereka sedang sama-sama berpikir keras, tiba-tiba saja Anik membuka pintu ruang kerja milik Banyu. Semua mata menatapnya penuh tanya, Anik merasa langkahnya salah hingga dia tersenyum tak enak hati."Ada apa?" Rose bertanya setelah melihat gadis it
"Kenapa harus menuduh adikku?"."Karena dia memang tau semua ini!" Ucap Dina dengan wajah kesal dia menceritakan semua yang Kanaya lakukan."Sekarang dimana dia berada?" Tanya Dina lagi membuat Khan terdiam melihat ke arahnya."Aku tak tau!" Khan bersikeras melindungi adiknya.Dina meremas tangannya sendiri, tanpa rasa takut dia berjalan mendekati lelaki yang bahkan lebih tinggi darinya itu, dengan kasar ia menarik kerah baju Khan hingga wajah mereka saling berhadapan."Aku tanya sekali lagi tuan Khan yang terhormat, aku masih bersikap baik padamu bukan karena aku takut, aku hanya masih menghormati dirimu sebagi sahabat kecil suamiku."Khan terdiam, di liatnya dua manik mata Dina dan wajah datarnya berubah seketika. "Apa kamu serius soal Kanaya?" Tanyanya terdengar aneh di telinga Dina."Maksudnya aku serius apa? Sejak tadi aku bertanya padamu dan kamu anggap aku sedang bermain? Lucu sekali tuan besar ini!" Dina masih mencengkeram erat kerah baju Khan, matanya nyalang kini menunggu a
Malam ini udara begitu dingin, aku masih tak mengerti kemana aku di bawa dan di mana sekarang aku berada, mereka mengurung kami pada kamar-kamar kecil dengan lebar yang nyaris tak bisa membuatku leluasa.Banyu menulis pada selembar kertas yang sejak tadi ada di atas mejanya, ruang demi ruang mulai di tutup rapat dan lampu di sisi samping nya menyala redup. Hening tak ada lagi suara, ia bahkan terpisah cukup jauh dengan Sky yang ada di ruang atasnya. Banyu masih tak melakukan apapun, ia.masih menunggu apa yang akan mereka lakukan setelahnya.Kakinya lalu melangkah mendekati pintu kamarnya yang tertutup rapat, ia tak bisa melihat apa yang ada di luar sana, semuanya nampak gelap sekarang, namun perlahan dia mendengar langkah kaki entah dari mana, seperti seseorang yang memeriksa kamar demi kamar dan Banyu segera menempati tempat tidur nya sebelum terlihat dan menimbulkan masalah baru.Tak lama langkah kaki berjalan mendekat dan berdiri tepat di sisi luar pintu kamarnya, mata Banyu terpej
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak