Wajah Devan terpampang jelas sedang melihat ke arah Wini tanpa membuang waktu Wini langsung mengambil ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk Devan.[Dokter Maaf, bukan bermaksud mendikte Dokter aku cuma membantu seorang Ayah yang ingin bertemu dengan anaknya dan seminggu ini ia rutin datang diam-diam cuma ingin melihat keduanya dari jauh apa yang kulakukan salah 'kah?]Wini mengirimkan pesan tersebut ke Devan lalu kembali melihat ke arah Andi yang masih setia menimang Hana.[Apa Maya tau?] [Nggak Dokter, Andi tidak ingin menyakiti Maya makanya ia tidak mau Maya melihatnya dulu ditambah lagi ada ancaman dari keluarganya] balas Wini dengan perasaan was-was.[Ya sudah, kalo begitu cepat bawa Hana pulang kalo sudah selesai] Wini tersenyum membaca pesan tersebut lalu mengirimkan stiker jempol. Wini melirik ke arah Devan ternyata sudah pergi."Win," panggil Andi membuat Wini langsung menoleh."Ini Hana udah tidur, kamu pulang lagi aja takut Maya kecarian O iya makasih banyak udah mempertem
Tanpa membuang waktu Andi langsung menyambar jas dan kunci mobilnya tanpa menghiraukan Nora yang masih di hadapannya.***20 menit perjalanan akhirnya Andi sampai di rumah sakit, ia langsung bertanya ruangan Ibunya lalu bergegas kesana.Ceklek!Pintu terbuka menampakkan Andi yang baru saja datang Ayah yang setia di samping Ibu langsung menjauh begitu Andi masuk."Ma ...," lirih Andi sambil menggenggam tangan perempuan yang sudah melahirkannya itu."Apa Maya udah ketemu? Mama pengen ketemu, Mama ingin melihat cucu Mama," ucap Mama dengan surah lemah membuat Andi langsung mencium tangan Mamanya."Udah Ma," jawabnya sekuat hati, Ayahnya yang tadi enggan melihatnya kini berbalik mendekati Andi."Ayah harap kamu tidak bohong," ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Andi, Mamanya nampak gembira sambil menggoyang-goyangkan tangan Andi."Bawa Mama ketemu Nak, Mama minta tolong," pinta Mama yang dibalas anggukan oleh Andi."Andi janji akan bawa Mama ketemu sama Maya asal Mama sembuh jangan sakit
"Em ... Maya ke belakang dulu ya Ma, buatin susu untuk Hana sepertinya dia haus sekali," ujar Maya memberi alasan agar ia bisa menenangkan dirinya.Mama hanya mengangguk tanpa melihat Maya, ia sibuk dengan Hana tanpa membuang waktu Maya langsung bangkit meninggalkan ruang tengah."Coba sini, Ayah yang gendong dulu," ujar Ayah membuat Mama berdecak lalu memindahkan Hana ke gendongan suaminya."Cucuku Kakek ternyata udah besar ya," ucap Ayah pada Hana lalu mencium pipi mungil itu sedangkan Andi ia hanya tersenyum melihat putrinya menjadi rebutan orang tuanya."Andi lihatlah, betapa sucinya wajah bayi ini, ia bahkan tidak mengerti apa-apa, tapi kenapa Ayah merasa ia sudah menjadi korban kecerobohanmu.Kamu bahkan tega membuatnya seperti ini bersama Maya," ucap Ayah membuat Andi tercekat tenggorokannya terasa kering seperti ada yang mengganjal.Belum 5 menit di gendongan Ayahnya, Hana malah menangis membuat Andi tersenyum, ia tahu pasti bayinya ingin digendong olehnya."Loh kok malah nang
Andi memilih bersandar di tembok sambil memejamkan matanya beberapa saat ia bingung harus bagaimana memulai percakapan dengan Maya ia malah takut serba salah dan membuat Maya marah.Tanpa membuang ia kembali ke kamar untuk menghubungi rekan kantornya.[Halo Pak Andi] sapa Dimas karyawan yang disuruh Andi untuk membeli semua dagangan Maya tempo hari.[Iya Dimas, besok tugas kamu sama seperti tugas tempo hari ya akan saya kirim uangnya dan bawa makanannya ke kantor bagi-bagi sama rekan yang lain] ucap Andi.[Baik Pak] Baru saja Andi menutup telponnya, tiba-tiba Hana menggeliat membuat Andi langsung merebahkan tubuhnya di samping bayi itu."Ayah perhatiin Hana kayak nggak biasanya sayang, kenapa Nak?" ucap Andi lalu ia meletakkan punggung tangannya di kening Hana."Astagfirullah Hana demam Nak, pantes dari tadi serba salah," lanjut Andi lalu ia menggendong Hana membawanya ke dapur."May," panggil Andi membuat Maya menoleh."Hana sepertinya demam panas banget," lanjutnya membuat Maya ter
"Hana tidak akan mengingatku, apalagi ia nanti mempunyai Ayah Devan, Bunda Maya dan Ayah Andi yang sangat menyaganginya,” jawab Wini berusaha menghilangkan perasaan sedih itu membuat Andi geleng-geleng tidak percaya.“Munafik sekali, kemana kamu akan pergi?” tanya Andi semakin penasaran dengan niat Wini sedangkan Wini malah menggedikkan bahunya.“Aku tidak tahu, tapi yang jelas dunia ini sangat luas ya walaupun terkadang kita sering menemui orang yang sama walaupun di tempat berbeda,” jawabnya santai membuat Andi kagum.“Kamu sangat pintar, apa kamu tidak ada keinginan untuk kuliah?” “Ada, tapi sekarang hanya jadi sebuah mimpi yang kemungkinan kecil terjadi. Dulu sebelum Paman meninggal aku selalu mendapatkan beasiswa prestasi, udah nabung juga buat kuliah.Ya itulah takdir nggak ada yang tau tiba-tiba Paman sakit mau tidak mau uang tabungan itu digunain buat berobat, udahlah udah lewat juga,” curhatnya membuat Andi mangut-mangut.“Sekarang aku harus fokus kerja selama kurang lebih d
"Sumpah ... ini cewek beneran kualat." gumamnya tidak bisa menahan tawanya. "Mas!" panggilan Maya membuat Andi tersadar lalu ia mengikuti Maya menghampiri dua sejoli yang sedang adegan romantis di seberang jalan."Wini," panggil Maya sambil tergesa-gesa mendekati keduanya Wini langsung sadar dengan segera ia bangkit tanpa memperdulikan Devan.Andi menyodorkan tangannya sebelah untuk membantu Devan."Kamu nggak apa-apa?" tanya Maya sambil melihat Wini dari atas sampai bawah.Sedangkan yang dilihat malah menggeleng sambil mengusap pakaiannya yang terkena debu"Nggak kok santai," jawab Wini lalu mulai berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Andi yang melihat ekspresi Wini lagi-lagi hanya bisa menahan tawa.'Salah tingkah mulu,' ledeknya dalam hati.***Sekarang mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah kontrakan Maya, sambil di suguhi minum dan makanan yang di beli Wini tadi."Em ... guys mumpung kita berempat disini aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian," ucap Devan memulai percakap
Deg!Andi langsung tercekat tiba-tiba ulu hatinya kembali sakit setelah hampir sebulan tidak mendengar dan membahas kata cerai ia terdiam beberapa saat lalu tersenyum."Mungkin udah waktunya," ucap Andi membuat Wini yang sedang memejamkan matanya langsung membukanya kembali menatap langit-langit ruangan sejenak lalu ia duduk seperti biasa."Hu'um ... kita hampir lupa dengan semua itu karena merasa bebas untuk mengunjungi Hana.Nyata dibalik kebebasan itu rencana lain terus berjalannbodoh ya." ledek Wini pada dirinya sendiri."Kapan mereka menikah?" tanya Andi lagi, Wini menggeleng lalu menggedikkan bahunya."Aku nggak tau dan nggak mau tahu juga tolong temani aku nanti beli tiket pesawat ya." ujar Wini yang dibalas anggukan kecil oleh Andi."Jangan hilang kontak supaya nanti aku bisa menghubungkanmu dengan Hana," pinta Andi yang dibalas anggukan oleh Wini.***Sore hari, Andi mengantarkan Wini ke bandara begitu sampai, tiba-tiba Andi mendapat telpon membuatnya mengurungkan niat untuk
Perlahan Wini berbalik sambil berusaha menghilangkan rasa canggungnya."Kenapa Kak?" tanya Wini santai Devan langsung menyodorkan paper bag ke hadapannya membuat Wini bingung."Apa ini?" tanya Wini lagi sambil menerima paper bag tersebut."Oleh-oleh dari Singapura kamu pergi-pergi aja setidaknya bilang makasih kek udah dipinjamin pundak.Kalo Maya tau dia pasti cemburu liat calon suaminya terlalu baik gini," jawab Devan panjang lebar membuat Wini terkekeh."Iya-iya, Makasih banyak ya Dokter Devan yang baik hati untuk pundaknya dan juga oleh-olehnya semoga kita bisa bertemu di lain waktu," ujar Wini tanpa sadar membuat Devan mengernyitkan dahinya."Maksudnya?" "Hah? Nggak-nggak, aku cuma bercanda hehe.O iya by the way maafin aku ya Kak kalo banyak salah sama Kakak, suka ngegas nggak jelas," lanjut Wini, Devan semakin bingung tapi ia berusaha positif thinking."Kok tiba-tiba minta maaf gini sih? Kesambet apa kamu?" lagi-lagi Devan bingung.'Kesambet cintamu, eh astagfirullah Wini!' um
"Bagaimana dengan Devan?"pertanyaan Andi sukses membuat Maya terdiam lalu kembali menunduk, air matanya kembali menggenang membuat Andi kaget."Hey ... kok malah nangis sayang, kenapa?" tanya Andi lagi sambil tangannya meraih wajah Maya.Maya menepis tangan Andi lalu berhambur kepelukan suaminya itu.Andi paham dengan posisi Maya, mungkin saja istrinya ini masih diambang kebimbangan dengan keputusannya.Andi mengusap punggung Maya lembut sambil menciumi puncak kepala wanita itu."Mas," lirih Maya."Iya sayang mau apa, hem?" "Bantu Kak Devan ketemu Wini please." pintanya membuat Andi diam sejenak."Kak Devan cinta banget sama Wini Mas, aku jahat.Aku udah buat Wini pergi, aku tuduh Wini yang bukan-bukan, hiks." Maya kembali terisak, Andi hanya tersenyum sambil tangannya mengusap air mata Maya."Ada syaratnya," tantang Andi."Apa itu?""Kamu nggak boleh nangis lagi, kalo kamu nangis-nangis terus kayak gini, aku nggak mau bantu." tegas Andi membuat Maya langsung mengangguk."Hu'um aku
Devan benar-benar putus asa setelah melihat pesawat yang di tumpangi Wini lepas landas.Hatinya terasa perih dan ngilu, andai ia bisa mengulang waktu ingin rasanya ia memahami perempuan itu terlebih dahulu.***Tiga hari kemudian, Andi sedang di rumah orang tuanya, di ruang tamu mereka ngobrol terkait Andi dan Maya. Andi hanya diam mendengarkan omongan kedua orangtuanya."Assalamualaikum." panggil seseorang dari pintu membuat semuanya langsung menoleh, jantung Andi terasa berdetak lebih kencang melihat wanita itu.'Apakah pagi ini bener-bener fix semuanya berakhir, intinya apapun itu aku harus terima dengan lapang dada.' ucap Andi dalam hati."Sini Nak, kita ngobrol secara kekeluargaan dulu." ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Maya."Gimana May, disini Ayah dan Mama hanya mengikuti kemauan kalian. Rencana ini sudah lama dan banyak sekali pertimbangan." ucap Ayah memulai percakapan, Andi langsung tercekat."Em ... Maaf Ayah, Mama untuk keputusan aku serahkan ke Maya sepenuhnya, jadi
"Sebentar aku periksa dulu." ucap Devan.Maya langsung menjauh sedikit lalu Devan memeriksa Hana, bibir Maya terus berdoa begitu juga dengan Wini dan Andi."Alhamdulillah, Hana nggak kenapa-kenapa kok ini efek obat, Hana lagi istirahat aja kasih ketenangan dulu ya." terang Devan lalu mengusap kepala Hana.Maya kembali mendekap Hana lalu tangisnya kembali pecah, andai boleh mengubah keadaan Maya ingin sekali menggantikan posisi Hana."Hana ... jangan tinggalin Bunda, Nak. Hana satu-satunya kebahagiaan Bunda, kasian sama Bunda sayang, Bunda mohon banget sama Hana." irih Maya bahkan matanya mulai terasa perih dan kepalanya sakit karena terlalu lama menangis.Air mata Andi ikut berjatuhan melihat pemandangan menyakitkan itu di hadapannya.Wini tidak kuat melihat itu, ia langsung memilih keluar dan berlari ke taman belakang rumah sakit sambil menutup mulutnya menahan tangis.'Ya Allah aku mohon banget beri Hana kesembuhan, bayi itu hadir menjadi kebahagiaan buat semuanya menjadi pemersatu
"Kamu masih sayang sama Andi?" tanya Devan, membuat Maya mendongak lalu menggeleng pelan.“Aku nggak tau kak, tapi aku nggak bisa ngebayangin jika Mas Andi beneran ninggalin Hana." lirih Maya, Devan tersenyum sekilas lalu menuntun maya untuk duduk.“Kamu ingat May, kamu selalu bilang Hana adalah kekuatan dan kebahagiaan kamu dan kebahagiaan Hana sekarang adalah Ayahnya.Kamu gak tega memisahkan Hana dengan kebahagiaannya dan yang aku lihat itu adalah kebahagiaan kamu juga.” ucap Devan Panjang lebar membuat Maya menunduk melihat Hana yang di balut jas Andi.“Tanyakan hati kecil kamu May, jangan hanya emosi sesaat kamu malah salah ambil langkah.Kamu malah ngorbanin Hana dan masalah aku nggak perlu khawatir, I am okey.Kamu tahu nggak alasanku selama ini selalu mengunjungimu hampir setiap hari?” tanya Devan, lagi-lagi maya hanya menggeleng.“Awalnya jujur aku suka sama kamu, tapi semakin hari apalagi melihat perjuangan Andi untuk menemui Hana itu sangat tulus.Aku langsung sadar ternyat
“Nggak May ... Aku memang lagi ada tugas di luar kota, nanti begitu semuanya selesai aku segera kembali kok, aku akan datang jenguk Hana lagi." jawab Andi berusaha santai agar Maya tidak semakin curiga.“Bohong kan Mas, ada yang kamu sembunyikan dari aku dan Kak Devan.Kamu selama ini tetap kontakan sama Wini?” tanya Maya membuat Andi kaget, tapi sebisa mungkin Andi berusaha tetap tenang, sedangkan Devan langsung melihat Maya.‘Wini, Andi kontakan sama wini?’ ucap Devan dalam hati, sudah hampir tiga bulan ia tidak mendengar gadis lucu imut itu. Andi menggeleng sekilas lalu ia fokus melihat Hana, Maya yang melihat itu hanya tersenyum mengejek sambil menggeleng tidak habis pikir dengan Andi.“Mas ingin melihatku bahagia dengan Kak Devan, Mas tidak ingin melihatku menangis lagi, Mas ingin semuanya baik-baik saja.Namun itu semua cuma di mulut nyatanya Mas cemburu melihatku dengan Kak Devan, Mas nggak sanggup melihatku semakin hari semakin dekat dengan Kak Devan begini bukan yang Mas bil
Saat Andi hampir saja tertidur, Hana mulai serba salah dan merengek membuat Andi kembali membuka matanya.Ia melihat Maya sudah pulas sambil menggenggam erat tangannya.Perlahan ia melepaskan tangan Maya lalu ia beralih menggendong Hana karena jika tidak Hana pasti akan mengamuk seperti biasanya."Udah mainnya sayang, udah ngantuk?" ucap Andi mulai menimang-nimang Hana.Tapi bayi itu tidak langsung tidur melainkan serba salah seperti biasa mencari posisi ternyaman.Maya terjaga dari tidurnya mendengar suara Hana, ia melihat Andi sedang berusaha menenangkan putrinya."Mas." panggil Maya membuat Andi menoleh."Sini Hana biar aku susuin dulu." ucap Maya.Andi hanya mengangguk lalu merebahkan Hana di samping Maya, saat Maya hendak membuka kancing baju atasannya, tiba-tiba ia teringat ada Andi.Maya menoleh ke arah Andi membuat sang empu paham maksud Maya."Aku di ruang tengah aja." ucap Andi karena tahu pasti Maya malu menyusui Hana di depannya.Setelah Andi keluar, Maya langsung memberi
"Ya sudah, aku pamit dulu assalamualaikum." pamit Andi lalu ia bergegas pergi Maya masih mematung melihat punggung Andi yang mulai menjauh hingga laki-laki itu masuk ke dalam mobil.Disisi lain, sebelum menjalankan mobil Andi melihat sekilas ke arah Maya dan Devan ntah kenapa ia malah cemburu.Tanpa membuang waktu ia langsung meninggalkan tempat tersebut.***Hari demi hari berlalu, Andi sangat sibuk bekerja sehingga untuk menjenguk Hana pun ia sampe sering tidur di mobil.Hari ini adalah hari weekend, Andi sengaja pagi-pagi datang ke kontrakan Maya, ia ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama putrinya.Bagitu ia sampai alangkah kagetnya ia melihat Maya dan Devan sedang jogging di sekitar komplek kontrakan Maya.Sebenarnya ini bukan hal yang baru lagi namun ntah kenapa akhir-akhir ini Andi malah selalu cemburu melihat keduanya."Eh Andi, baru datang mau ikut olahraga nggak?" tanya Devan begitu melihat Andi."Nggak usah terima kasih, aku mau ketemu Hana dulu." jawab Andi berusaha
"Selama ini kamu membuntuti, Maya?" Devan bertanya sedikit tegas, Andi langsung paham jika Devan tidak suka ia langsung mengangguk sekilas."Tapi Di sepertinya niat kami tetap tidak akan berubah deh untuk menggugat ceraimu," lanjut Devan membuat Andi mematung sejenak lalu mengangguk."Aku tidak mempermasalahkan itu sedikitpun, apapun yang ingin kalian lakukan lanjutkan." jawab Andi datar berusaha menata hatinya.Ia langsung mencium Hana hanya pada bayi itu ia bisa melimpahkan isi hatinya."Em ... Aku bawa Hana ke depan dulu ya jalan-jalannkalian lanjutin aja dulu ngobrolnya," ucap Andi sambil berdiri lalu membawa Hana pergi.Setelah melihat Andi pergi Maya langsung menoleh ke arah Devan."Kak bagaimana dengan Wini? Apa Kakak tidak punya perasaan sedikitpun samanya?" tanya Maya serius.Devan langsung menyandarkan punggungnya di kursi plastik tersebut."Akan kupikirkan dulu lagi tapi bukan berarti ngasih kesempatan secepat itu sama Andi," jawab Devan membuat Maya langsung melihat Andi y
4 hari telah berlaluNamun Devan tak kunjung datang ke rumah Maya begitu juga dengan Andi.Karena terlalu penasaran Maya sampai nekat ke kantor Andintapi lagi-lagi usahanya gagal karena Andi sedang ada tugas di luar kota.Sedangkan Devan, Maya tidak berani menganggunya karena Devan sibuk operasi selama seminggu itu.Mau tidak mau Maya harus sabar menunggu keduanya mengunjungi Hana.***Disisi lain Andi tengah bersiap kembali pulang ke Indonesia sekarang ia tengah memandangi keindahan Singapura dari kamar hotelnya.'Andai aja bisa bawa Maya dan Hana kesini pasti lebih seru dan menyenangkan ditemani istri dan anak," ucap Andi dalam hati sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Lama ia bergelut dengan pikirannya hingga tidak sengaja netranya menangkap seseorang yang tidak asing baginya ia melihat perempuan tersebut baru keluar mini market."Wini!" Andi tersadar ia langsung mengucek-ngucek berkali-kali sambil memicingkan matanyaTanpa membuang waktu ia langsung berlari k