Sanjaya terlihat sangat marah saat Zahera meminta kartu nama pada Zio. Apalagi jawaban Zio seakan sedang menyindir dirinya. "Tentu, Za. Aku yakin suatu hari kamu pasti butuh bantuanku untuk mengurus suatu kasus hukum," ujarnya sebelum meninggalkan kartu namanya di meja keluarga kecil Sanjaya."Mama kenapa minta kartu nama dia sih? Keluarga kita kan sudah punya pengacara langganan. Pengacara yang biasa dipakai buat keperluan keluarga juga perusahaan papa. Pengacara kita juga papa rasa jauh lebih baik dari teman mama itu," cecar Sanjaya memperlihatkan rasa tidak sukanya.Zahera hanya tersenyum saja. Seakan tidak melakukan apapun yang salah. Juga terlihat santai saat menjawab keresahan suaminya."Gak apa-apa lah, Pa. Buat nambah relasi. Toh aku juga gak akan hubungi dia kalau aku gak benar-benar butuh bantuannya. Papa jangan khawatir. Mama cuma lagi jaga-jaga aja barangkali benar, mama butuh jasanya di lain waktu." Sanjaya membuang muka. Ingin melanjutkan perdebatan tapi tidak mau samp
"Aku disuruh Mbak Zahera buat minta apartemen sama Mas Jaya," cicit Alena pada Alvino saat mereka tengah makan malam bersama. Alena sudah bisa menerima keberadaan Alvino di rumahnya, meski terkadang dia masih juga merasa risih dengan tetangganya yang menganggap mereka sebagai sepasang pengantin baru. "Iya, aku tau kok. Kak Zahera malah nyuruh aku buat cariin rekomendasi apartemennya." "Oh ya? Terus kamu cariin?""Iya lah. Emang kakakku yang penuh intimidasi itu bisa dilawan?" Alena terkekeh mendengarnya. Tapi kemudian dia juga termenung seakan sedang memikirkan sesuatu yang berat. "Beban ya ngikutin kemauan kakakku?" Alena menggeleng. "Aku berusaha buat gak anggap itu sebagai beban. Cuma kadang aku agak takut juga sih," jujur Alena. "Walaupun aku sebenarnya gak suka sama permainan kalian, tapi udah aku ingetin berkali-kali kalian juga sama-sama bebal kan?" sindirnya. "Jadi sekarang aku pilih buat di sini jagain kalian. Jadi tolong kalau kamu butuh apapun di misi kalian, repotin
Alvino : [Kak, apartemennya sudah dibeli sama Mas Jaya hari ini juga]Alena : [Berhasil, Mbak](Alena juga mengirimkan sebuah foto berupa kunci atau kartu akses sebuah apartemen yang baru dibelikan Sanjaya untuknya)Zahera tersenyum miring mendapatkan kabar dari Alena dan Alvino jika suaminya baru saja membelikan apartemen pilihannya untuk Alena. Bahkan tanpa perlu terlalu banyak drama dan rayuan berhari-hari. Sekali Alena bilang, kunci apartemen tersebut sudah berada di tangan Alena. "Apa uang simpanan Mas Jaya sebanyak itu?" gumamnya. Sebenarnya Zahera tidak menyangka jika suaminya mampu membeli apartemen itu dengan tanpa pertimbangan seperti saat itu. Dia pikir, mungkin Sanjaya akan menggunakan uang perusahaan juga jika mau menuruti permintaan Alena. Tapi ternyata perkiraannya salah. Zahera jadi penasaran sebanyak apa uang suaminya yang tidak diketahui oleh istrinya sendiri itu. Karena selama ini, Zahera memang tidak terlalu peduli sebanyak apa yang dihasilkan suaminya dari us
Zahera segera memesan taksi online dari ponselnya menuju rumah sakit yang disebutkan seseorang di teleponnya tadi, juga dari adik lelakinya. Tanpa pikir panjang, Zahera juga hanya mengambil tas di kamarnya dan memasukkan ponsel digenggamannya. Tanpa berganti baju terlebih dahulu."Bi, Abi. Ayo ikut mama ketemu sama papa, Sayang." "Papa kenapa, Ma? Papa kecelakaan ya, Ma?" Zahera menelan ludahnya susah payah. Dia baru sadar jika tadi anaknya bercerita mimpi buruk tentang ayahnya hingga menangis di depannya. 'Apa yang Abi maksud mimpi buruk tadi, mimpi melihat papanya kecelakaan?' batinnya. Zahera mengangguk dan bertanya hati-hati pada anaknya tersebut. "Abi lihat papa kecelakaan di mimpi Abi?" "Iya, Ma. Mobil papa nabrak mobil om-om ganteng." Zahera sampai mengerutkan dahinya saat mendengar anaknya bercerita siapa yang ditabrak oleh papanya. "Tapi papa bilang papa gak apa-apa kok, Ma. Jadi mama jangan khawatir ya?" Zahera kembali mengangguk meski hatinya merasa berantakan mel
Liam berjalan cepat meninggalkan ruang dimana Sanjaya dirawat. Dia malas sekali melihat drama yang diperankan Sanjaya di depan istrinya. Jelas dia mengingat siapa Sanjaya karena pria matang itulah yang beberapa tahun yang lalu sudah merebut kekasihnya dan menikahinya secara siri hingga meninggalkan Liam begitu saja. Liam juga masih ingat dengan Zahera yang beberapa bulan yang lalu mengalami kecelakaan kecil dengannya dan berakhir dengan Zahera yang meracau dengan curhatan tidak jelas padanya. "Ck. Dasar wanita bodoh. Sudah tahu suaminya gak setia. Tapi masih juga dipertahankan."Meski tidak tahu secara jelas seperti apa hubungan keduanya, tapi Liam bisa menebak dari rangkaian kejadian yang dialaminya bersama sepasang pasutri tersebut. Dan Liam berharap tidak akan kembali berurusan dengan salah satu dari mereka.Baru saat Liam keluar dari Lobby rumah sakit, tanpa disangka dia justru bertemu dengan sosok yang sangat dekat dengannya saat kuliah. Mereka dulu satu kampus meski beda fakul
Alvino : [Paling juga yang bayar tagihan rumah sakit orang yang tabrakan sama Mas Jaya kan, Kak?][Emang tadi gak ketemu?]Zahera membaca balasan Alvino dengan kesal. Dia memang tahu akan hal itu. Bahkan dia juga tahu siapa namanya. Hanya saja, Zahera sedikit penasaran dengan orang tersebut. Terlebih dia terlihat sangat angkuh dan misterius karena sempat mengatakan sesuatu yang menurutnya aneh sebelum tiba-tiba pergi. 'Ah, tapi gimana aku bilangnya sama Vino,' batin Zahera. [Ya sudah lupakan saja] balas Zahera pada adiknya. Zahera akhirnya tidak mau memperpanjang rasa penasarannya karena mungkin juga tidak terlalu penting untuk diketahui olehnya. Ada banyak hal lain yang perlu dipikirkan dan tentunya jauh lebih penting lagi. Kesehatan suaminya, juga nasib anaknya yang tidak bisa dibawa masuk ke rumah sakit. [Vin, ini kayaknya Mas Jaya masih harus nginep di rumah sakit][Terus gimana ya sama Abi?][Masa aku titipin ke Alena lama-lama?][Dia kan besok masih kerja]Zahera masih men
Pagi ini Alena dan Abimanyu akan diantarkan Alvino ke rumah sakit. Abimanyu akan dikembalikan kepada Zahera karena Alena harus berangkat bekerja. Sedangkan Sanjaya sendiri, sementara Alena masih bekerja akan ditunggu oleh Bram, sang asisten."Inget ya, Abi. Jangan bilang mama kalau ada Om Vino di sini? Anggap aja semalam Abi ditemani sama Aunty Alena aja. Okay?" "Siap, Om."Alena tersenyum miring sambil menggeleng pelan kepalanya karena melihat Alvino mengajarkan kebohongan kepada si kecil Abimanyu. Baru setelah itu, Alena pun menuntun Abimanyu ke depan rumah sakit sedangkan Alvino bersembunyi sementara untuk menunggu Alena mengantar Abimanyu. Baru setelah itu Alena diantar Alvino ke tempat kerja. "Dasar! Ajaran sesat!" Alvino terkekeh mendengarnya. 'Daripada dipulangkan ke luar negeri sama kakaknya,' pikir Alvino. "Cepat atau lambat Mbak Zahera pasti tahu kamu di sini, Vin." "Hm. Aku tahu. Tapi kalau bisa diperlambat, kenapa harus cepat-cepat?" Alena melengos saja tidak mau deb
Alena sudah berada di teras rumah saat Zahera dan rombongan datang dari rumah sakit. Alena memang diundang Zahera untuk datang sepulang kerja dengan niat awal ingin diajak makan malam bersama sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjaga Abimanyu seharian kemarin. Tapi setelah pertemuan tidka disengajanya dengan Alea membuat Zahera berubah pikiran. "Alena, saya minta tolong kamu ajak Abimanyu buat tinggal sama kamu sementara ya? Besok dan lusa kamu gak kerja kan?""Maksud kamu apa, Ma?" Sanjaya yang menyahut, sedangkan Alena masih diam saja saking terkejutnya. Zahera mengabaikan Sanjaya. Dia justru beralih ke Abimanyu untuk meminta anak itu menurut dengan rencananya. "Sayang. Hari ini kamu ikut sama Aunty Alena lagi dulu ya? Ada yang mesti mama lakukan supaya papa cepat SEMBUH," jelas Zahera dengan menekankan kata sembuh karena memiliki arti lain dari yang mungkin akan dipikirkan oleh anaknya. Abimanyu yang tahu perintah ibunya tidak bisa dibantah akhirnya hanya mengangguk. Ale
'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha
Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera
"Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li
"Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca
Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke
"Mabal yuk?" "Mabal?" Zahera sempat loading saat Liam tiba-tiba mengajaknya mabal. Paham jika Zahera tidak mengerti bahasa gaul yang sedang dikatakannya, Liam pun segera menjelaskan jika dirinya ingin mengajak Zahera bolos kerja hari ini. Zahera sampai tertawa mendengarnya. Baru ini dia melihat seorang bos mengajak karyawannya untuk sengaja membolos dari pekerjaannya. Dia mengira Liam hanya bercanda, tapi nyatanya Liam bersungguh-sungguh saat kembali mengatakannya. "Bukanlah hari ini cukup berat? Aku bisa ajak kamu ke suatu tempat yang bagus, yang bisa bikin kamu teriak-teriak memacu adrenalin dan yang jelas happy setelah pulang dari sana. Mau?" Zahera menoleh dalam diam. Menatap lekat pada Liam yang dari wajah hingga tatapan matanya tidak ada gurauan dengan ajakannya. Semua diucapkan dengan nada serius juga ekspresi yang diperlihatkan. Zahera bingung menjawabnya. Meskipun sebenarnya Zahera bukan tipe yang suka mangkir dari tanggung jawab, tapi saat ini sejujurnya dia memang but
Sanjaya tidak mengindahkan peringatan dari Alena. Dia tetap berjalan maju dan membuat Alena melakukan hal sebaliknya. Sanjaya bahkan berani memojokkan Alena, karena merasa diabaikan setelah tahu Alena sudah berada di Jakarta. "Apa maksudnya kamu bicara begitu, Lena?" hardik Sanjaya.Untuk pertama kalinya Alena melihat Sanjaya yang bersikap kasar padanya. Alena menyembunyikan rasa takut dengan memperlihatkan galeri ponselnya yang berisi video dewasa yang pernah dikirim Alea padanya. Tindakannya itu cukup membuat Sanjaya mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan nyalang pada Alea. Sanjaya sangat marah dengan kelancangan Alea yang sudah membuat Alena menjauhinya. Padahal tanpa video itu pun sebenarnya Alena pasti menjauhinya karena misinya selama ini sudah selesai. Tapi kini Alena punya pengalihan amarah Sanjaya dengan memfokuskan Sanjaya pada Alea. "Ini gak seperti yang kamu pikir, Alena. Alea menjebakku dengan memberikan obat ke minumanku saat itu. Kamu harus percaya sama aku
Sidang putusan perceraian Zahera dan Sanjaya sudah selesai dibacakan. Mulai hari ini, sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar sepuluh tahun lamanya itu akhirnya kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya. Alena mendadak mendapatkan panggilan alam dan ijin ke toilet terlebih dahulu kepada Alvino. Alena menjadi orang pertama yang keluar dari ruang sidang. Sempat terkejut saat mendapati Liam ada di luar duduk seakan sedang menunggu seseorang. "Alena?" "Liam?" "Bukannya di dalam sedang ada sidang perceraian-" Liam memotong ucapannya dan tidak melanjutkan. Alena seakan paham dengan tatapan curiga dari Liam. Segera menjelaskan meski tidak sepenuhnya diterangkan sejelas-jelasnya."Aku temannya Mbak Zahera yang baru selesai sidang barusan," ujar Alena. "Eh, aku ke toilet dulu ya, udah di ujung soalnya," sambungnya tidak ingin dicecar pertanyaan lebih banyak lagi dari ini. Liam mengangguk mempersilakan. Alena terburu-buru bukan hanya karena sudah tidak tahan untuk membuang ha
"Za, kamu sudah siap?" Zio bertanya dengan memandang Zahera sangat dalam. Zahera yang masih berada di antara alam pikiran dan kenyataan hanya terdiam. Indera pendengarannya merekam pertanyaan dari sang pengacara dengan jelas. Tapi proses menyampaikan hingga ke dalam otaknya begitu lambat. "Za, hakimnya sudah siap," tegur Zio lagi membuat Zahera menarik diri ke alam nyata. "Iya, Mas. Aku juga sudah siap," ujar Zahera akhirnya bisa mengulas senyum tipis. "Tuhan tahu mana yang baik buat kita semua, Kak," ujar Alvino mengelus ringan bahu Zahera yang berbalut blazer berwarna hijau tosca. "Semua akan baik-baik saja, Mbak. Semangat!" ucap Alena ikut memberi Zahera semangat. Zahera kembali tersenyum. Kini senyumnya sedikit terlihat lebih tulus dan manis daripada yang tadi. "Aku tahu. Ini semua akan segera berlalu, dan aku selalu bersemangat. Kalian tahu itu dengan sangat kan?" Semua yang mendengar mengangguk dengan senyum terbaik untuk memberikan energi positif kepada Zahera sebelum m