Share

Bab 56

Penulis: Evanscapenovel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 15:15:31

Beberapa tetua, yang memiliki pengalaman bertarung selama puluhan tahun, segera bergerak. Mereka menyerbu Ziyan Rouxi yang masih melayang di udara, berharap bisa menghentikannya sebelum lebih banyak pasukan mereka menjadi korban.

Namun, melihat kedatangan para tetua itu, Ziyan Rouxi tidak gentar sedikit pun. Dengan ketenangan yang mencekam, dia menukik tajam dari langit, pedangnya yang dihiasi ukiran mawar merah siap mengoyak lawan. Saat dia mengayunkan pedangnya, puluhan mawar merah muncul, berputar cepat seperti gasing dan meluncur ke arah para tetua yang menyerang.

Klang!

Klang!

Klang!

Suara benturan terdengar di udara saat senjata para tetua bertemu dengan mawar-mawar merah itu. Namun, apa pun senjata yang mereka gunakan, pedang, tombak, atau kapak, semuanya terpotong dengan mudah seperti daun yang tersayat pisau. Mereka tak punya kesempatan untuk bertahan.

Slash!

Slash!

Slash!

Mawar merah terus bergerak tanpa ampun. Setelah memotong senjata-senjata itu, mawar-mawar terse
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 57

    "Nona Ziyan, jangan salah paham. Aku hanya ingin mengetahui informasi tentangnya, bukan berniat lain," jelas Huxin dengan gugup. Meskipun Huxin memiliki ranah yang lebih tinggi dari Ziyan Rouxi, dia menyadari bahwa jika Ziyan Rouxi berniat, dia bisa dengan mudah mengalahkannya. "Tidak masalah. Jika kalian menginginkannya, itu tergantung pada kualifikasi kalian untuk memilikinya. Ini memang pedang mawar neraka yang legendaris," kata Ziyan Rouxi tanpa menyangkal. Dia memiliki keyakinan mutlak pada pedangnya. Jika pedangnya menolak digunakan, bahkan setengah kaisar beladiri peringkat puncak pun tidak akan mampu mengangkatnya. Setelah percakapan singkat tersebut, Ziyan Rouxi diantar ke ruangannya untuk beristirahat. Begitu tiba di kamar dan memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya, dia mengunci pintu dengan hati-hati. Kini, di dalam kesunyian ruangan itu, Ziyan Rouxi bisa menenangkan pikirannya dan meresapi kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Flop— Flop— Ziyan Rouxi duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 58

    Berbekal keterampilan observasi yang sangat tajam, Ziyan Rouxi dapat melihat dengan jelas meski keenam orang itu mencoba menyembunyikan identitas mereka. Jubah dan topeng yang mereka kenakan tak mampu menghalangi pandangannya. Ia segera mengenali mereka sebagai Tetua yang berjaga di pintu gerbang kota saat pertempuran terjadi. Keenam Tetua itu tak menyadari kehadiran Ziyan Rouxi. Dengan teknik penyembunyian diri yang telah ia kuasai, Ziyan Rouxi mampu menghilangkan jejak aura dan napasnya sepenuhnya. Tak ada tanda-tanda yang bocor, membuatnya seperti bayangan yang tak kasat mata. Ziyan Rouxi mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. "Senior, bantu aku menyelesaikan mereka dengan cepat. Bagaimanapun, mereka adalah pendekar Raja Langit peringkat sembilan, dan jumlah mereka bukan hanya satu. Tanpa bantuanmu, mustahil bagiku untuk mengalahkan semuanya." Roh artefak pedang mawar neraka, yang bersemayam dalam pedangnya, merespon dengan nada penuh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 59

    Dengan tenang, dia memusatkan tenaga dalamnya ke tangan yang menggenggam pedang, lalu menebas dengan kekuatan penuh. Slash— “Tidak!” Teriakan penuh ketakutan terdengar dari pendekar yang melarikan diri. Namun, tak ada yang bisa dia lakukan. Energi pedang yang sangat kuat menghantam punggungnya. Baang— Tubuhnya terbelah menjadi dua, darah dan daging berceceran di udara malam. Teriakan terakhirnya menggema, mengganggu keheningan malam, cukup keras hingga terdengar ke dalam kamar-kamar orang lain di sekitar. Ziyan Rouxi sadar bahwa hal ini akan menarik perhatian, jadi tanpa menunggu lebih lama, dia segera pergi, menghilang dalam kegelapan. Namun, tubuhnya mulai merasakan dampak dari serangan balasan pedang mawar neraka. Luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh kini semakin parah akibat penggunaan teknik tersebut. Tapi Ziyan Rouxi, meski tubuhnya memprotes, tetap melangkah mantap, menyembunyikan rasa sakit yang menggigit setiap sarafnya. --- Di tempat lain, seorang pria muda dengan t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 60

    “Oh, maaf. Aku lupa.” Xiao Tian segera menarik kembali aura penindas-nya, membuat para pengawal bisa bergerak bebas kembali. Keringat dingin mengalir di wajah para pengawal itu. Mereka masih tergetar oleh kekuatan luar biasa yang baru saja mereka rasakan. Tanpa banyak bicara lagi, Xiao Tian pergi sejenak ke tempat yang lebih terpencil untuk mengganti pakaiannya. Ketika dia kembali, seluruh rombongan masih terlihat tegang, namun mereka tahu bahwa pemuda ini bukanlah ancaman yang perlu mereka lawan. Setelah mengenakan pakaian hijau dengan motif naga di punggungnya, Xiao Tian tampil jauh lebih menawan. Sosoknya yang gagah dan anggun terpancar dengan jelas, menambah kesan misterius pada wajahnya yang dingin. Rambut hitamnya tergerai panjang, dan mata tajamnya memancarkan ketegasan, memperlihatkan wibawa seorang pria yang memiliki kekuatan besar. Pakaian itu tidak hanya membuatnya terlihat elegan, tetapi juga memperkuat auranya yang kuat, seolah-olah ia adalah seorang pangeran kekaisara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 61

    “Apakah ini benar-benar dia?” pikirnya dalam hati. “Jika memang dia orang yang sama, berarti semua berita yang disebarkan oleh Kekaisaran selama ini adalah kebohongan.” Rumor yang beredar lima tahun lalu mengatakan bahwa Tian, pemenang kompetisi itu, telah mati di tangan pendekar aliran hitam. Namun, melihat Xiao Tian berdiri di hadapannya tadi, dengan segala kekuatan dan auranya yang kuat, wanita itu kini mulai meragukan kebenaran cerita tersebut. Apakah mungkin Kekaisaran sengaja menutupi sesuatu? “Hmph,” gumamnya dengan tatapan penuh tekad. “Jika ini memang dia, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Berteman dengan orang seperti Tian akan membawa keuntungan besar bagi Asosiasi.” Rencana mulai terbentuk di pikirannya. Dia harus berhati-hati dalam langkah selanjutnya, memastikan bahwa hubungannya dengan Xiao Tian tidak hanya sebatas pertemuan biasa, melainkan membangun koneksi yang kuat dan saling menguntungkan. Sambil menatap gambar itu sekali lagi, wanita muda tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 62

    Lin Hua memperhatikan simbol yang tergantung di pinggang mereka dan mengerutkan kening. "Itu adalah orang-orang dari Paviliun Kunpeng." Anggota Paviliun Kunpeng kemudian melirik tajam kepada semua orang yang berada di lantai atas, memperlihatkan arogansi mereka. "Jika kalian memiliki tujuan yang sama dengan kami, lebih baik urungkan niat kalian sekarang juga. Kami tidak peduli dari Sekte mana kalian berasal. Jika kalian mengincar Pedang Mawar Neraka, kami, Paviliun Kunpeng, tidak akan segan-segan menyingkirkan kalian!" Tetua Qin Mo, yang tampak menjadi pemimpin rombongan, berbicara dengan nada tinggi, seolah yakin bahwa mereka memiliki hak penuh atas pedang legendaris itu. Salah seorang dari kelompok lain berdiri dengan tenang, matanya menatap langsung ke arah Qin Mo tanpa rasa takut. “Tetua Qin Mo, apakah kau pikir hanya kalian yang menginginkan Pedang Mawar Neraka? Banyak Tetua dari kekuatan lain yang juga mengincar pedang itu. Ketika kita tiba di Kota Teipei, mungkin saja Sekte

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 63

    Di sudut ruangan, Lin Hua berdiri diam, tatapannya tetap tertuju ke langit di mana Xiao Tian menghilang. Punggungnya yang kokoh masih terbayang di benaknya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada sedikit senyuman tersungging di bibirnya, senyum yang penuh dengan kepastian. “Tidak salah lagi,” bisiknya pada dirinya sendiri, “dia adalah Tian dari Sekte Pedang Tertinggi. Jika bukan dia, tak mungkin dia begitu peduli dengan anggota Sekte Pedang Tertinggi yang tidak signifikan itu.” Pikiran Lin Hua melayang, merenungkan tindakan berani Xiao Tian yang dengan mudah membunuh Tetua Qin Mo tanpa sedikit pun keraguan. Keberanian semacam itu hanya dimiliki oleh seseorang yang berada di puncak kekuatan. Namun, yang lebih mengejutkan adalah betapa tenang dan dinginnya Xiao Tian, seolah-olah nyawa orang-orang di sekitarnya tak lebih dari sekadar angka. Lin Hua tahu, di balik sikap tenang itu tersembunyi kekuatan yang cukup untuk menghancurkan dunia, dan siapa pun yang berani men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kultivator Inti Semesta   Bab 64

    Kehadiran Fa Wa dan Jenderal Ling, bersama beberapa orang kuat dari pihak mereka, membuat suasana di Kota Teipei semakin tegang. Para pendekar yang berkumpul di sana menahan napas, merasakan tekanan yang luar biasa. Semua mata tertuju pada satu hal: pedang mawar neraka, pusaka yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Kota itu kini menjadi medan pertarungan tak terlihat, di mana siapa pun yang cukup berani untuk mengambil langkah pertama harus siap menghadapi konsekuensinya. "Karena kalian bersikeras melindungi Pedang Mawar Neraka, maka jangan salahkan aku jika harus bertindak kejam!" seru Dong-xu dari atas udara, suaranya menggema di seluruh arena. Boom— Sebuah kekuatan penindas meletus dari tubuh Dong-xu, menyebar seperti tsunami yang tak terlihat. Fa Wa yang berada di bawah merasakan kekuatan ini mendekat dengan cepat, dan tanpa ragu, ia menghunus pedangnya, bersiap menghadapi serangan tersebut. Namun, sebelum kekuatan penindas Dong-xu sempat mencapai mereka, sebuah kekuatan yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 64

    Kehadiran Fa Wa dan Jenderal Ling, bersama beberapa orang kuat dari pihak mereka, membuat suasana di Kota Teipei semakin tegang. Para pendekar yang berkumpul di sana menahan napas, merasakan tekanan yang luar biasa. Semua mata tertuju pada satu hal: pedang mawar neraka, pusaka yang bisa mengubah keseimbangan dunia. Kota itu kini menjadi medan pertarungan tak terlihat, di mana siapa pun yang cukup berani untuk mengambil langkah pertama harus siap menghadapi konsekuensinya. "Karena kalian bersikeras melindungi Pedang Mawar Neraka, maka jangan salahkan aku jika harus bertindak kejam!" seru Dong-xu dari atas udara, suaranya menggema di seluruh arena. Boom— Sebuah kekuatan penindas meletus dari tubuh Dong-xu, menyebar seperti tsunami yang tak terlihat. Fa Wa yang berada di bawah merasakan kekuatan ini mendekat dengan cepat, dan tanpa ragu, ia menghunus pedangnya, bersiap menghadapi serangan tersebut. Namun, sebelum kekuatan penindas Dong-xu sempat mencapai mereka, sebuah kekuatan yang

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 63

    Di sudut ruangan, Lin Hua berdiri diam, tatapannya tetap tertuju ke langit di mana Xiao Tian menghilang. Punggungnya yang kokoh masih terbayang di benaknya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada sedikit senyuman tersungging di bibirnya, senyum yang penuh dengan kepastian. “Tidak salah lagi,” bisiknya pada dirinya sendiri, “dia adalah Tian dari Sekte Pedang Tertinggi. Jika bukan dia, tak mungkin dia begitu peduli dengan anggota Sekte Pedang Tertinggi yang tidak signifikan itu.” Pikiran Lin Hua melayang, merenungkan tindakan berani Xiao Tian yang dengan mudah membunuh Tetua Qin Mo tanpa sedikit pun keraguan. Keberanian semacam itu hanya dimiliki oleh seseorang yang berada di puncak kekuatan. Namun, yang lebih mengejutkan adalah betapa tenang dan dinginnya Xiao Tian, seolah-olah nyawa orang-orang di sekitarnya tak lebih dari sekadar angka. Lin Hua tahu, di balik sikap tenang itu tersembunyi kekuatan yang cukup untuk menghancurkan dunia, dan siapa pun yang berani men

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 62

    Lin Hua memperhatikan simbol yang tergantung di pinggang mereka dan mengerutkan kening. "Itu adalah orang-orang dari Paviliun Kunpeng." Anggota Paviliun Kunpeng kemudian melirik tajam kepada semua orang yang berada di lantai atas, memperlihatkan arogansi mereka. "Jika kalian memiliki tujuan yang sama dengan kami, lebih baik urungkan niat kalian sekarang juga. Kami tidak peduli dari Sekte mana kalian berasal. Jika kalian mengincar Pedang Mawar Neraka, kami, Paviliun Kunpeng, tidak akan segan-segan menyingkirkan kalian!" Tetua Qin Mo, yang tampak menjadi pemimpin rombongan, berbicara dengan nada tinggi, seolah yakin bahwa mereka memiliki hak penuh atas pedang legendaris itu. Salah seorang dari kelompok lain berdiri dengan tenang, matanya menatap langsung ke arah Qin Mo tanpa rasa takut. “Tetua Qin Mo, apakah kau pikir hanya kalian yang menginginkan Pedang Mawar Neraka? Banyak Tetua dari kekuatan lain yang juga mengincar pedang itu. Ketika kita tiba di Kota Teipei, mungkin saja Sekte

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 61

    “Apakah ini benar-benar dia?” pikirnya dalam hati. “Jika memang dia orang yang sama, berarti semua berita yang disebarkan oleh Kekaisaran selama ini adalah kebohongan.” Rumor yang beredar lima tahun lalu mengatakan bahwa Tian, pemenang kompetisi itu, telah mati di tangan pendekar aliran hitam. Namun, melihat Xiao Tian berdiri di hadapannya tadi, dengan segala kekuatan dan auranya yang kuat, wanita itu kini mulai meragukan kebenaran cerita tersebut. Apakah mungkin Kekaisaran sengaja menutupi sesuatu? “Hmph,” gumamnya dengan tatapan penuh tekad. “Jika ini memang dia, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Berteman dengan orang seperti Tian akan membawa keuntungan besar bagi Asosiasi.” Rencana mulai terbentuk di pikirannya. Dia harus berhati-hati dalam langkah selanjutnya, memastikan bahwa hubungannya dengan Xiao Tian tidak hanya sebatas pertemuan biasa, melainkan membangun koneksi yang kuat dan saling menguntungkan. Sambil menatap gambar itu sekali lagi, wanita muda tersebut

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 60

    “Oh, maaf. Aku lupa.” Xiao Tian segera menarik kembali aura penindas-nya, membuat para pengawal bisa bergerak bebas kembali. Keringat dingin mengalir di wajah para pengawal itu. Mereka masih tergetar oleh kekuatan luar biasa yang baru saja mereka rasakan. Tanpa banyak bicara lagi, Xiao Tian pergi sejenak ke tempat yang lebih terpencil untuk mengganti pakaiannya. Ketika dia kembali, seluruh rombongan masih terlihat tegang, namun mereka tahu bahwa pemuda ini bukanlah ancaman yang perlu mereka lawan. Setelah mengenakan pakaian hijau dengan motif naga di punggungnya, Xiao Tian tampil jauh lebih menawan. Sosoknya yang gagah dan anggun terpancar dengan jelas, menambah kesan misterius pada wajahnya yang dingin. Rambut hitamnya tergerai panjang, dan mata tajamnya memancarkan ketegasan, memperlihatkan wibawa seorang pria yang memiliki kekuatan besar. Pakaian itu tidak hanya membuatnya terlihat elegan, tetapi juga memperkuat auranya yang kuat, seolah-olah ia adalah seorang pangeran kekaisara

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 59

    Dengan tenang, dia memusatkan tenaga dalamnya ke tangan yang menggenggam pedang, lalu menebas dengan kekuatan penuh. Slash— “Tidak!” Teriakan penuh ketakutan terdengar dari pendekar yang melarikan diri. Namun, tak ada yang bisa dia lakukan. Energi pedang yang sangat kuat menghantam punggungnya. Baang— Tubuhnya terbelah menjadi dua, darah dan daging berceceran di udara malam. Teriakan terakhirnya menggema, mengganggu keheningan malam, cukup keras hingga terdengar ke dalam kamar-kamar orang lain di sekitar. Ziyan Rouxi sadar bahwa hal ini akan menarik perhatian, jadi tanpa menunggu lebih lama, dia segera pergi, menghilang dalam kegelapan. Namun, tubuhnya mulai merasakan dampak dari serangan balasan pedang mawar neraka. Luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh kini semakin parah akibat penggunaan teknik tersebut. Tapi Ziyan Rouxi, meski tubuhnya memprotes, tetap melangkah mantap, menyembunyikan rasa sakit yang menggigit setiap sarafnya. --- Di tempat lain, seorang pria muda dengan t

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 58

    Berbekal keterampilan observasi yang sangat tajam, Ziyan Rouxi dapat melihat dengan jelas meski keenam orang itu mencoba menyembunyikan identitas mereka. Jubah dan topeng yang mereka kenakan tak mampu menghalangi pandangannya. Ia segera mengenali mereka sebagai Tetua yang berjaga di pintu gerbang kota saat pertempuran terjadi. Keenam Tetua itu tak menyadari kehadiran Ziyan Rouxi. Dengan teknik penyembunyian diri yang telah ia kuasai, Ziyan Rouxi mampu menghilangkan jejak aura dan napasnya sepenuhnya. Tak ada tanda-tanda yang bocor, membuatnya seperti bayangan yang tak kasat mata. Ziyan Rouxi mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. "Senior, bantu aku menyelesaikan mereka dengan cepat. Bagaimanapun, mereka adalah pendekar Raja Langit peringkat sembilan, dan jumlah mereka bukan hanya satu. Tanpa bantuanmu, mustahil bagiku untuk mengalahkan semuanya." Roh artefak pedang mawar neraka, yang bersemayam dalam pedangnya, merespon dengan nada penuh

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 57

    "Nona Ziyan, jangan salah paham. Aku hanya ingin mengetahui informasi tentangnya, bukan berniat lain," jelas Huxin dengan gugup. Meskipun Huxin memiliki ranah yang lebih tinggi dari Ziyan Rouxi, dia menyadari bahwa jika Ziyan Rouxi berniat, dia bisa dengan mudah mengalahkannya. "Tidak masalah. Jika kalian menginginkannya, itu tergantung pada kualifikasi kalian untuk memilikinya. Ini memang pedang mawar neraka yang legendaris," kata Ziyan Rouxi tanpa menyangkal. Dia memiliki keyakinan mutlak pada pedangnya. Jika pedangnya menolak digunakan, bahkan setengah kaisar beladiri peringkat puncak pun tidak akan mampu mengangkatnya. Setelah percakapan singkat tersebut, Ziyan Rouxi diantar ke ruangannya untuk beristirahat. Begitu tiba di kamar dan memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya, dia mengunci pintu dengan hati-hati. Kini, di dalam kesunyian ruangan itu, Ziyan Rouxi bisa menenangkan pikirannya dan meresapi kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Flop— Flop— Ziyan Rouxi duduk

  • Kultivator Inti Semesta   Bab 56

    Beberapa tetua, yang memiliki pengalaman bertarung selama puluhan tahun, segera bergerak. Mereka menyerbu Ziyan Rouxi yang masih melayang di udara, berharap bisa menghentikannya sebelum lebih banyak pasukan mereka menjadi korban. Namun, melihat kedatangan para tetua itu, Ziyan Rouxi tidak gentar sedikit pun. Dengan ketenangan yang mencekam, dia menukik tajam dari langit, pedangnya yang dihiasi ukiran mawar merah siap mengoyak lawan. Saat dia mengayunkan pedangnya, puluhan mawar merah muncul, berputar cepat seperti gasing dan meluncur ke arah para tetua yang menyerang. Klang! Klang! Klang! Suara benturan terdengar di udara saat senjata para tetua bertemu dengan mawar-mawar merah itu. Namun, apa pun senjata yang mereka gunakan, pedang, tombak, atau kapak, semuanya terpotong dengan mudah seperti daun yang tersayat pisau. Mereka tak punya kesempatan untuk bertahan. Slash! Slash! Slash! Mawar merah terus bergerak tanpa ampun. Setelah memotong senjata-senjata itu, mawar-mawar terse

DMCA.com Protection Status