Qin Shan terkejut, bahkan ternganga melihat apa yang baru saja terjadi. Tombak Zuxian master tingkat 15 miliknya, yang selama ini menjadi simbol kekuatannya, telah dihancurkan seperti ranting rapuh di tangan Xiao Tian. "Apakah kau sedang menggelitikku?" tanya Xiao Tian dengan nada dingin, wajahnya tanpa emosi, seakan penghinaan ini hanyalah lelucon kecil. “Aku tidak percaya ini!” Qin Shan menggertak, rasa malu dan marah menguasai dirinya. Ia segera memusatkan kekuatan tempurnya, mengintegrasikan energi paling kuat yang ia miliki ke dalam tombaknya, lalu bersiap menyerang lagi. "BOCAH, MATI!" teriaknya penuh amarah. "Berhenti berteriak, mulutmu sangat bau!" Namun, sebelum Qin Shan sempat mengayunkan tombaknya, Xiao Tian dengan cepat meraih senjata tersebut dan mencengkeramnya begitu kuat hingga... Baang— Tombak emas itu hancur berkeping-keping di tangannya. Tombak yang sangat kuat yang memiliki level artefak Zuxian master tingkat 15 dibuat seperti ranting pohon yang sudah lapuk
Qin Shan memelototi semuanya, lalu pandangannya berhenti kepada Xiao Tian. “Bocah, ini semua karena kamu, sekarang sudah saatnya aku membunuhmu!” “Membunuhku? Apakah aku tidak salah dengar? Bajingan tua, kamu bahkan tidak bisa menahan satu hentikan jariku, lalu kamu membual ingin membunuhku? Hahahaha, sepertinya kamu sudah sangat putus asa!” ucap Xiao Tian dengan penuh penghinaan. “Bocah, aku memang bukan tandinganmu, tapi jangan berpikir tidak ada yang bisa menghadapimu.” Qin Shan menyeringai jahat. “Tuan Utusan, sekarang kamu bisa menikmati mereka semua. Tolong bawahan agar Tuan Utusan bisa menyingkirkan mereka semua.” “Hahahaha, Qin Shan, aku tidak menyangka setelah kamu hidup ribuan tahun, kamu akan dibuat menyedihkan seperti ini oleh seorang bocah kecil.” Tiba-tiba, suara tawa yang menggelegar menggema di udara. Dari tubuh Qin Shan, kabut hitam muncul dan perlahan membentuk sosok manusia. Meskipun sosok itu sudah membentuk tubuh, wajahnya tetap tak terlihat, karena dia menge
Xiao Tian langsung meraih lehernya dengan erat. “Bajingan tua, kamu dipercayakan oleh banyak orang untuk menjadi kaisar manusia, tapi kamu malah berkoalisi dengan aliran sesat, sehingga kamu merugikan banyak orang.” Qin Shan meronta-ronta dengan panik, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Xiao Tian. Namun, meski mengerahkan seluruh kekuatannya, dia tidak mampu menggerakkan tangan Xiao Tian sedikit pun. Ketakutan memenuhi wajahnya saat dia memohon, “Tuan Utusan, tolong selamatkan aku!” Xiao Tian hanya tersenyum dingin. “Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu sekarang. Pergilah ke neraka!” Krek— Dengan satu gerakan tegas, leher Qin Shan dipatahkan seperti ranting kering. Hidupnya yang telah berkuasa selama ribuan tahun di Alam Qinwu berakhir dengan cara yang begitu tragis. Tanpa sedikit pun rasa hormat, Xiao Tian melemparkan tubuh tak bernyawa itu ke tanah, seperti membuang sampah yang tidak berharga. Wuya tampak semakin kewalahan menghadapi pedang karat misterius yang terus meng
“Orang tua, ketika kamu bertarung, jangan mengalihkan pandanganmu. Sekarang sudah saatnya kamu mati.” “Uhuk, uhuk, uhuk…” Pemilik Paviliun Alkemis Abadi memuntahkan darah dengan suapan besar. Dia tersenyum pahit saat pedang Huandi Fan menembus punggungnya. “Huandi Fan, kamu memiliki generasi muda yang sangat kuat, Sekte mu diberkati banyak jenius. Aku memang salah memutuskan untuk ikut menyerang Sekte mu. Tapi, ini adalah pilihanku, jadi aku sudah menerima semua resikonya. Namun, aku memiliki satu permintaan untukmu, bisakah kamu mengabulkannya?” “Apa permintaanmu? Jika itu tidak berlebihan mungkin aku bisa mengabulkannya,” jawab Huandi Fan yang sebenarnya tidak menginginkan keadaan seperti ini. “Setelah aku mati, tolong jangan musnahkan Paviliun Alkemis Abadi, aku menyerahkan paviliun itu kepadamu, dan kamu harus melindungi banyak orang yang berada dibawah perlindungan Paviliun. Terutama para generasi muda, tolong selamatkan nyawa mereka semua,” ucap Pemilik Paviliun Alkemis Aba
Kedua orang itu menyatukan telapak tangan mereka, lalu muncul tubuh raksasa yang sangat besar di belakang mereka. Tubuh raksasa itu langsung menggunakan telapak tangannya untuk menghancurkan api teratai petir yang datang kepadanya. Boom— Ledakan yang sangat dahsyat terjadi, membuat gemuruh yang mengerikan. Badai angin yang dipenuhi oleh api dan petir menyebar ke mana-mana. Api teratai petir Xiao Tian berhasil di hancurkan, sedangkan tubuh raksasa itu hanya mundur beberapa langkah saja. Kedua orang itu tidak berhenti disitu saja, mereka membentuk segel tangan, lalu tubuh raksasa itu mengepalkan tangannya dan langsung melakukan gerakan tinju untuk menyerang Xiao Tian. “Bocah, aku ingin melihat kekuatan seperti apa lagi yang akan kamu gunakan! Sekarang, matilah…” Whooss— Whooss— Serangan gabungan kedua orang ini sangat kuat, sedangkan energi beladiri Xiao Tian sudah banyak terkuras. Xiao Tian menyilangkan kedua tangannya untuk menahan tinju itu. Boom— Tubuh Xiao Tian bagaikan
Ia memandang Kakek Vianshi'er dengan serius, lalu mengalihkan pandangannya ke Huandi Fan, Daniel, dan yang lainnya. Wajah mereka terlihat sedikit tegang. Kakek Vianshi'er menarik napas dalam. “Kamu akan mengetahuinya nanti, Teman Muda. Untuk saat ini, ikutlah denganku ke dalam Sekte.” Xiao Tian mengangguk berat, dia sangat ingin mengetahui kabar Ziyan Rouxi saat ini. Kakek Vianshi'er berdiri dengan wibawa di hadapan semua anggota Sekte Gunung Abadi. Suaranya menggema dengan tegas, “Kembali ke Sekte dan kumpulkan semua harta rampasan perang. Setelah itu, aku sendiri yang akan membagikannya kepada kalian. Ingatlah, mulai hari ini, Sekte Gunung Abadi tidak perlu takut pada siapa pun. Bukan hanya orang-orang dari alam ini, bahkan mereka yang berasal dari alam Yuzu pun tak akan mampu mengancam kita.” Ucapan itu membuat semua anggota Sekte bersorak penuh semangat, tetapi rasa penasaran tak bisa disembunyikan dari wajah Huandi Fan. Ia memberanikan diri bertanya, “Leluhur, sekarang… apa
Vianshi'er menatap kakeknya dengan tatapan penuh kebingungan sekaligus ketegangan. “Kakek, di mana sebenarnya Klan kita berada?” tanyanya serius. Kakek Vianshi'er menarik napas dalam sebelum menjawab. “Klan kita berada sangat jauh dari sini, Vianshi. Kita terpisah bukan hanya oleh miliaran bintang, tapi juga oleh beberapa galaksi. Namun, kini aku telah memutuskan untuk berkultivasi lagi. Suatu saat nanti, ketika kekuatanku kembali, aku berjanji akan membawamu kembali ke Klan kita.” Mendengar penjelasan itu, Long Murtamshin, yang dari tadi mendengarkan dengan seksama, turut angkat bicara. “Kakek, ketika kakek membawa kami ke sini, apakah tidak ada anggota Klan yang mengejar?” “Tentu saja ada,” jawab Kakek Vianshi'er dengan nada tegas. “Namun, anggota Klan kita tidak berani memasuki wilayah Galaksi Divine Lightning Fire.” Long Murtamshin tampak terkejut. “Mengapa mereka tidak berani, Kakek? Apakah ada sesuatu yang sangat istimewa tentang galaksi ini?” Kakek Vianshi'er tersenyu
“Tentu saja mereka sangat sombong, siapapun yang memiliki koneksi dengan Klan penguasa pasti akan menjadi sombong.” “Jika seperti itu, tergantung mereka apakah mereka menyinggungku atau tidak, kalau menyinggungku, jangankan Klan Cai, bahkan Klan Xiao sendiri tidak akan aku lepaskan. Senior, sekarang aku akan berlatih, mungkin tiga hari kemudian aku akan pergi meninggalkan Alam Qinwu.” Xiao Tian langsung meninggalkan Istana, dia tidak ingin terus mendengar nama Klan Xiao disebutkan bagaikan Dewa yang tak tersentuh. Melihat Xiao Tian pergi, Kakek Vianshi'er juga membubarkan yang lainnya, dia terus menatap punggung Xiao Tian sampai dia tak terlihat. Xiao Tian memasuki salah satu ruangan yang sudah disiapkan untuknya di Sekte Gunung Abadi, dia langsung memasang array agar tidak ada orang lain yang mengintipnya berkultivasi. Setelah dia duduk, dia mengeluarkan botol yang berisi sumsum naga sejati. “Leihuo Dashi, setelah aku memurnikan sumsum naga ini, kita akan pergi ke Alam Yuzu, lalu
Xiao Rui menatap tajam. Dingin dari matanya bisa membekukan lautan. Dia mengangkat dagunya sedikit, menatap Xiao Lian seperti menatap semut kecil yang mencoba memberontak. “Xiao Lian, aku akui, kamu lebih berbakat daripada Xiao Wei. Bahkan dalam usia sembilan belas tahun, kamu sudah mencapai Setengah Dewa peringkat satu. Kecepatanmu menerobos dari Alam Maha Agung peringkat empat belas dalam beberapa bulan, sangat mengesankan.” Nada Xiao Rui terdengar seperti pujian, namun tidak mengandung penghargaan sedikitpun. “Tapi ingat baik-baik.” Dia melanjutkan, suaranya menjadi lebih berat, aura membunuh perlahan menyelimuti. “Kamu tetap saja berasal dari Klan Xiao cabang. Tidak peduli seberapa tinggi bakatmu, kamu tetap bukan apa-apa di hadapan Klan inti." Matanya menyipit. "Jangan pernah berani membantahku. Karena jika kamu berani menantangku lagi, aku tidak keberatan melenyapkanmu di sini. Walaupun kamu masih memakai nama Klan Xiao, bagiku, itu tidak berarti apa-apa.” Xiao Lian ti
Mata Xiao Tian membelalak. Tidak ada penyumbatan. Tidak ada sumbatan meridian. Tubuhnya menerima semuanya dengan sempurna. "Binatang tua, lanjutkan!" teriaknya dalam hati. Dengan kekuatan baru Leihuo Dashi, Xiao Tian mengeluarkan Sumber Vena Kudus Ilahi. Gelombang demi gelombang energi murni, lebih kuat daripada semua energi sebelumnya, mengalir masuk ke tubuhnya. Energi itu mengalir deras, menerjang seluruh tubuh, memperkuat dan memperluas dantiannya, meridiannya, serta fondasi tubuhnya. BAANG BAANG BAANG BAANG!!! Teriakan energi terdengar bertubi-tubi dari dalam tubuhnya. Ranahnya melonjak. Peringkat tujuh Alam Maha Agung. Peringkat delapan. Peringkat sembilan. Peringkat sepuluh. Lanjut lagi. Peringkat sebelas. Dua belas. Tiga belas. Empat belas. Lima belas. BOOM!!! Suara gemuruh menggelegar dari tubuh Xiao Tian. Dantiannya membesar seketika, membentuk lautan energi baru. Tubuhnya mengeluarkan cahaya berlapis warna—emas, ungu, merah, dan biru—menciptakan auro
Mata Xiao Tian memerah. Tangannya mengepal keras, tubuhnya gemetar. "Layak? Apa kalian menganggapku bahan percobaan? Mainan? Aku bukan alat untuk mengukur kelayakan! Aku adalah anak kalian!" Xiao Tian meraung, memekikkan rasa sakit dan kemarahan yang sudah terkubur selama bertahun-tahun. Suara raungannya mengguncang dunia kristal, membuat batu-batu di sekitarnya retak halus. Tangannya mengepal begitu keras hingga kuku-kukunya hampir menembus kulit. “Kalau hidupku hanya dianggap layak atau tidak layak. Maka aku akan menunjukkan pada dunia, bahwa aku tidak butuh pengakuan siapa pun!” Tubuhnya bergetar hebat. Bukan karena lemah. Tetapi karena tekadnya membakar segenap jiwanya. Xiao Tian terus meraung, seolah ingin menghancurkan segala rasa sakit dan kepedihan yang berputar dalam pikirannya. Namun, justru di tengah raungan itulah, sesuatu yang lebih mengerikan mulai mendekat. Dari kegelapan sekelilingnya, bayangan-bayangan samar bermunculan. Iblis-iblis berwujud aneh, hitam pe
Xiao Tian terus menelusuri dunia kristal yang membentang luas. Setiap langkahnya mengantarkan ke pemandangan menakjubkan—lembah kristal, sungai bercahaya, hutan pohon-pohon permata—semuanya tampak seperti dunia surgawi yang belum pernah disentuh makhluk fana. Namun, saat dia melewati serangkaian lorong-lorong alami, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya berhenti. Sebuah celah besar terbuka di hadapannya. Bukan sekadar ruangan biasa, melainkan sesuatu yang ukurannya jauh melampaui itu. Sebuah benua. Benua itu sendiri tak berujung, membentang hingga ke batas cakrawala. Tapi yang benar-benar mencengangkan bukanlah luasnya tempat itu. Di tengah-tengah benua tersebut, berdiri satu sosok tunggal. Sebuah makhluk Qilin—makhluk mitologi petir—dalam ukuran yang melampaui logika. Tubuh Qilin itu menjulang setinggi pegunungan. Tanduk-tanduk bercabang tumbuh liar dari kepalanya, masing-masing mengalirkan petir murni berwarna emas, biru, dan ungu. Tubuhnya diselimuti sisik yang tamp
Langkahnya menghilang di balik bukit, meninggalkan pelataran yang kini sepi, namun penuh jejak keberuntungan luar biasa. Saat sedang melesat cepat di langit, Xiao Tian tiba-tiba memperlambat gerakannya. Tangannya bergerak memegang dada, ekspresinya sedikit berubah. Ada gejolak samar yang merambat dari dalam dirinya. Bukan luka biasa, bukan juga serangan musuh, melainkan getaran halus dari dalam darahnya sendiri. Leihuo Dashi. Xiao Tian dapat merasakan, sesuatu terjadi pada garis darahnya. Sambungan batin itu tidak bisa disangkal. “Leihuo Dashi, ada apa denganmu?” tanya Xiao Tian, suaranya tidak sekeras biasanya. Kali ini penuh dengan kekhawatiran. Bahkan dia tidak memanggil dengan sebutan ‘binatang tua’ Leihuo Dashi menjawab, nadanya berat. “Bocah, pergi ke arah barat. Enam puluh ribu mil dari sini. Ada sesuatu yang memanggilku tanpa henti dari sana.” Tanpa membuang waktu, Xiao Tian membalik arah. Dia tidak bertanya lebih jauh. Dalam dunia seperti ini, jawaban sejati han
Xiao Tian dikepung dari segala arah. Cabang-cabang tanaman merambat emas itu meluncur cepat, tajam seperti ribuan tombak yang hendak menusuk tubuhnya tanpa ampun. Ketika cabang-cabang itu sudah sangat dekat, hanya tinggal beberapa jengkal dari tubuhnya— BOOM!!! Gelombang kekuatan jiwa yang agung meledak dari tubuh Xiao Tian, seperti badai tak terlihat yang menyapu segala penjuru. Dalam sekejap, cabang-cabang tanaman merambat yang ganas itu membeku di tempat, tidak mampu bergerak lagi. Seluruh kekuatan liar yang tadi mengancam kini terhenti, seolah seluruh dunia ikut menahan napas. Xiao Tian berdiri dengan tenang di tengah pusat serangan itu, matanya memandang dingin ke arah tanaman yang masih bergetar halus di bawah kekangan kekuatan jiwanya. “Hanya memiliki kekuatan yang setara dengan Setengah Dewa peringkat satu belaka, berani ingin membunuhku!” Nada bicaranya ringan, namun penuh penghinaan yang tajam. Xiao Tian tidak langsung menghancurkan tanaman merambat itu. Sebaliknya,
Puluhan generasi muda dari berbagai kekuatan bergandengan tangan, membentuk barisan, lalu menyerang tanaman merambat emas itu dengan segenap kekuatan yang mereka miliki. Serangan energi bertubi-tubi menghantam tanaman tersebut. Ledakan demi ledakan mengguncang pelataran, sinar teknik bertarung melesat ke segala arah. Namun, tidak peduli seberapa kuat serangan mereka, tanaman merambat itu tetap kokoh. Tidak satu pun cabang yang berhasil diputus, bahkan tidak meninggalkan bekas sedikit pun di permukaannya. Tanaman itu justru semakin liar. Ranting-rantingnya menari di udara seperti cambuk raksasa, menyapu setiap arah tanpa ampun. Serangan para generasi muda itu tampak seperti provokasi kecil di hadapan kemarahan tanaman raksasa tersebut. Semakin banyak orang yang menyerang, semakin ganas tanaman itu membalas. Sementara semua orang berjuang keras mempertahankan hidup mereka, Xiao Tian justru semakin bersemangat. Dia bergerak cepat dari satu titik ke titik lain, mengumpulkan Sumber
Saat semua orang mulai berhamburan, mencari-cari keberadaan Sumber Vena Batu Ilahi, Xiao Tian ikut bergabung dalam kerumunan itu. Gerakannya tenang, tidak mencolok, sehingga tidak ada yang memperhatikan kehadirannya di antara mereka. Ia berjalan perlahan di antara para pemburu muda yang berlomba mencari keberuntungan, matanya tajam menatap setiap pergerakan di sekitarnya. Setiap orang yang berhasil menemukan Sumber Vena Batu Ilahi menjadi target pengamatannya. Xiao Tian memperhatikan dengan seksama, mulai mengenali pola dan ciri-ciri yang mengindikasikan keberadaan Sumber Vena Batu Ilahi. Setelah memahami tanda-tandanya dengan jelas, dia mulai bergerak ke area yang lebih sepi, menjauhi kerumunan besar. Dengan bantuan Mata Langit-nya, Xiao Tian bisa melihat dengan mudah ciri-ciri itu, jauh lebih akurat dibandingkan para jenius yang masih mengandalkan naluri biasa. BAANG!!! Xiao Tian menghantam sebuah tanaman kecil berwarna putih dengan satu pukulan presisi. Tanaman itu bukan tan
Xiao Tian memandangi empat tanaman immortal tingkat lima belas yang kini ada di tangannya. Cahaya lembut dari tanaman-tanaman itu seolah menyatu dengan auranya, memberi nuansa hidup pada gurun tandus tempat ia berdiri sebelumnya. Ia tersenyum puas. “Sepertinya banyak harta di tempat ini. Aku tidak boleh menyia-nyiakannya untuk pertumbuhan kultivasiku. Bagaimanapun, lawanku sudah mencapai Setengah Dewa peringkat dua. Ditambah lagi, dia berasal dari Klan Xiao inti. Kekuatan bertarungnya tidak bisa diukur dengan standar biasa.” Kesadaran ilahi Xiao Tian segera menyebar ke segala penjuru. Lapisan demi lapisan tanah, udara, dan energi ilahi di sekitarnya ia selami, mencari jejak peluang berikutnya. Saat dia masih fokus memeriksa lokasi-lokasi terdekat, sebuah getaran kuat mengguncang dunia. BOOM!!! Ledakan besar menggetarkan udara, suara retakan tanah terdengar hingga jauh. Alis Xiao Tian berkerut. “Ledakan itu sangat kuat. Ini bukan pertarungan biasa. Aku harus memeriksanya.” Tan