Share

Bab 46

Penulis: Siska_ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya

Bab 46

"Sebenarnya, aku udah janji mau datang bareng Rumi, Mas. Gak enak kalau aku tiba-tiba batalin gitu aja." Aku terpaksa berbohong. Meskipun sebenarnya aku dan Rumi belum merencanakan apa-apa.

"Oh, gitu, ya? Ya udah gak apa-apa. Kita bisa ketemu di lokasi kok. Aku juga kayaknya berangkat bareng Karin," timpal Mas Zidan. Sebuah senyuman kecil tersungging di bibirnya.

"Karin diundang juga ya?" tanyaku. Kami sama-sama melanjutkan langkah menuju parkiran.

"Diundang. Bu Latifa kan pelanggan di butiknya Karin. Jadi mereka udah kenal."

"Ooh." Hanya itu yang keluar dari mulutku.

"Aku duluan, ya. Sampai ketemu besok!" ujar Mas Zidan saat sampai di dekat mobilnya. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu mendekati motorku yang terparkir tak jauh dari mobilnya.

Suasana jalanan lumayan padat sore ini. Mungkin karena kondisi cuaca yang cerah atau juga karena besok sudah mulai weekend. Aku beberapa kali melirik ke arah belakang lewat kaca spion. En
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diah Ayu
Lanjut, Thor ... sukak Rayan pergi menjauh. Ga kembali ke rumah Ibunya dan Rumaisha
goodnovel comment avatar
Eonni IU
sekalian pov rumaisha thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 47

    Kukembalikan Suamiku pada Istri PertamanyaBab 47Aku melirik Rumaisha sekilas. Wanita yang kian hari, penampilannya semakin berkelas itu buru-buru menunduk saat pandangan kami beradu. Kentara sekali ada rasa semacam malu atau tak enak padaku. Entahlah. "Maaf, Bu. Tapi Luna benar-benar tidak tahu di mana keberadaan Mas Rayan. Luna juga sudah tidak pernah bertemu dengannya. Bahkan tidak pernah berkomunikasi lagi." Aku berkata yang sejujurnya. "Terakhir kali bertemu Mas Rayan, dia meminta Luna untuk datang ke pengadilan agama saat sidang perdana seminggu yang lalu. Tapi Luna tidak datang. Luna juga tidak tau apa Mas Rayan datang atau tidak.""Ibu sudah menemui pengacaranya kemarin-kemarin. Katanya Rayan mempercayakan semuanya pada pengacaranya itu. Tapi, waktu ibu minta nomor telepon Rayan, pengacaranya tidak memberi. Dengan dalih kalau Rayan selalu menghubunginya dengan nomor yang berbeda-beda. Ibu cuma mau minta tolong sama kamu, tolong bantu cari keberadaan Rayan. Barangkali kamu ke

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 48

    Kukembalikan Suamiku pada Istri PertamanyaBab 48"Saya ke sini mau menyampaikan titipan dari Pak Rayan buat Bu Aluna. Anggap saja sebagai harta gono-gini atau bisa juga hadiah perpisahan." Pak Lukman mengawali pembicaraan. Aku hanya menyimak sambil sesekali mencuri pandang lelaki yang sepertinya berusia empat puluh tahunan itu."Ini. Surat-surat kelengkapan mobil hadiah dari Pak Rayan buat Bu Aluna. Ini kuncinya!" Pak Lukman melanjutkan bicaranya seraya meletakkan sebuah kunci mobil di atas meja beserta surat-suratnya seperti STNK, BPKB, dan faktur pembelian. Aku hanya tercengang mendengarnya sampai tak bisa berkata-kata."Mo-mobil?" tanyaku tergagap. Kenapa Mas Rayan harus memberikan barang mewah seperti mobil segala? Padahal aku hanya hitungan hari menjadi istrinya. Rasanya tak pantas saja jika harus mendapat harta gono-gini. Pak Lukman mengangguk sambil tersenyum. "Maaf, Pak. Tapi sepertinya saya tidak bisa menerimanya. Ini terlalu berlebihan. Bahkan saya menjadi istrinya hanya

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 49

    Kukembalikan Suamiku pada Istri PertamanyaBab 49Hari ini, rencananya aku akan pergi melihat rumah yang dibelikan Mas Rayan untukku. Mengendarai motor seorang diri, aku mulai melaju menyusuri jalanan menuju alamat yang lumayan jauh dari rumah orang tuaku itu. Sengaja aku berangkat sedikit pagi agar tak kepanasan di jalan.Setelah lebih dari satu jam berkendara, aku sampai di alamat yang dituju. Namun, aku harus bertanya pada orang sekitar tentang persis letaknya rumah itu. Aku memang awam tentang daerah lain. Karena dari gadis, aku bukan tipe wanita yang suka pergi keluyuran."Permisi, Bu," ujarku saat melihat seorang ibu yang baru saja keluar dari sebuah warung. Tangannya menenteng sebuah keresek hitam."Maaf, numpang bertanya. Apa ibu tau alamat ini di mana?" Aku menunjukkan secarik kertas berisi alamat rumahku lengkap dengan RT RW-nya.Wanita dengan tubuh tambun itu memicingkan mata, menatap kertas yang diperlihatkan. "Ini sudah dekat, Mbak. Mbak tinggal lurus saja. Nanti ada jal

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 50

    Aku menghela napas sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Karin."Bisa gak Rin, gak usah bahas itu dulu? Aku ngerasa ini terlalu cepat. Bahkan aku belum bisa melupakan Mas Rayan sampai detik ini. Ya, meskipun aku juga akan berusaha untuk melupakannya sedikit demi sedikit." Aku berkata tanpa menatap matanya. Sorot matanya yang mengiba selalu membuatku tak tega untuk bilang tidak pada sahabatku itu."Aku ngerti. Aku juga gak akan maksa kamu. Tapi, setau aku, patah hati bisa diobatinnya pakai hati lagi. Percaya deh!" Aku menoleh. Karin tersenyum lalu mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi tubuhku.Aku pun mulai memejamkan mata. Meski sesekali bayangan Mas Rayan dan rumah baruku terus berkelebatan. Namun, lama-kelamaan bayangan itu nampak semakin semu dan akhirnya menghilang seiring masuknya aku ke alam mimpi.Pagi ini, aku dan Karin sedang sibuk membuat adonan untuk gorengan bakwan. Jika sedang bersama seperti ini, kami memang senang mengeksekusi masakan apa saja meskipun se

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 51

    Sore ini, aku, ibu, dan bapak sama-sama duduk di belakang rumah. Menikmati segarnya udara di sore hari ditemani beberapa tumbuhan yang melambai-lambai. Meski sesekali bau yang ditimbulkan dari ayam-ayam bapak mengganggu penciumanku. "Lun, sepertinya Nak Zidan itu suka sama kamu," celetuk bapak tiba-tiba. "Bapak sih suka sama dia. Meskipun orang berada tapi ramah dan sopan.""Ibu juga berpikiran sama." Ibu ikut menimpali."Bu, Pa, Aluna itu baru saja bercerai. Belum kepikiran untuk cari pengganti Mas Rayan. Luna juga masih trauma. Mas Rayan juga kan dulu baik banget. Ramah juga sopan. Cocok banget lah buat dijadikan pendamping hidup. Siapa sangka sekarang akan berakhir seperti ini? Intinya, kita harus benar-benar mengenal orang itu luar dalam.""Iya, sih. Kamu benar. Tapi, tadi Nak Rayan nawarin bapak untuk menjaga peternakan miliknya. Katanya, kalau bapak suka berternak, dia akan bikin peternakan sendiri. Kebetulan punya lahan yang cukup luas. Bapak biar yang mengelolanya. Gimana men

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 52

    Aku masih memandang layar ponsel yang masih menyala di hadapanku. Deretan huruf yang Mas Zidan kirim di pesannya yang terakhir membuatku dilanda kebingungan. [Boleh, Mas. Insyaallah kapan-kapan, ya. Tapi bukan sekarang-sekarang ini karena aku juga baru menyandang status janda. Mas tau sendiri kan yang namanya janda itu selalu dipandang sebelah mata.] Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku beranikan diri untuk menolaknya.[Siap. Aku akan menunggu selama apapun itu.] Mas Zidan kembali membalas dengan waktu yang cepat.Adzan isya pun berkumandang. Aku kembali meletakkan ponsel dan langsung melaksanakan solat isya.***Tiga bulan berlalu setelah perceraian, aku mulai terbiasa dengan status baruku sebagai seorang janda. Jika biasanya aku tersinggung dengan gurauan para karyawan lain yang menyebutku jamu alias janda muda, kini aku tak lagi memasukannya ke hati. Toh itu memang kenyataannya. Aku masih muda tapi aku sudah berstatus sebagai seorang janda. Setiap hari, ada saja lelaki yang me

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 53

    Rara mengentikan langkahnya. Lalu menatapku. "Sering, Bu. Aku kasihan sih lihatnya. Setiap pagi dan sore, Bu Ida pasti berdiri di depan rumahnya menunggu kepulangan Rayan. Terkadang ditemani menantunya, terkadang ditemani Hasan, tapi seringnya seorang diri." Rara berkata dengan sendu.Dalam hati, aku pun turut prihatin pada keadaan Bu Ida. Mudah-mudahan saja dia mendapatkan pelajaran berharga dari peristiwa yang terjadi ini. Mudah-mudahan juga Mas Rayan cepat kembali dan segera berkumpul bersama wanita yang melahirkannya itu."Makasih infonya ya, Ra. Aku duluan kalau gitu. Ada perlu dulu. Happy weekend!" Aku menepuk pundak Rara pelan seraya berlalu menuju motor milikku.Aku melajukan kuda besiku menuju butik Karin. Berjibaku dengan padatnya jalanan di sore hari. Sesekali mataku melirik ke arah kiri dan kanan jalan. Siapa tau aku melihat keberadaan Mas Rayan. Meski aku tak yakin dia masih berada di kota ini.Aku langsung memarkirkan motorku saat sampai di depan butik Karin. Suasananya

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 54A

    Aku tersenyum menyeringai menatap Karin. Bibirnya nampak mengerucut tanda ngambek."Kamu gak asik. Bikin malu aja." Karin berbisik di telingaku."Makanya jangan mulai duluan," jawabku tak mau kalah."Iya deh iya. Maaf," timpalnya. Akhirnya, kami pun ceria lagi sepanjang perjalanan.Mobil melaju lumayan kencang. Melewati jalan tol yang lumayan padat karena libur panjang. Mas Zidan dan Mas Azam pun sudah bergantian memegang kemudi. Karena jika dipaksakan mengemudi lebih dari dua jam perjalanan, ditakutkan akan kelelahan atau malah mengantuk.Aku dan Karin yang duduk di belakang, tak hentinya bercerita sambil sesekali diselingi makan cemilan yang dibeli tadi di minimarket berlogo huruf A."Eh. Mas Rayan beneran hilang ya? Dia gak balik-balik apa gak kangen sama ibunya? Udah lumayan lama, kan?" Karin malah membahas Mas Rayan. Padahal dari tadi, sedikitpun aku tidak menyinggung soal dia."Gak tau. Tapi setahuku sih, Mas Rayan emang gak pernah pulang," jawabku. "Rin, kamu tau belum sih, aku

Bab terbaru

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Extra part

    POV RayanMalam ini, aku terlentang dengan sisa napas yang masih terengah-engah. Sementara, di atas dada bidangku, Aluna sudah tertidur dengan irama napas yang teratur. Sebelah tangannya melingkar longgar di pinggangku. Dengkuran halus pun terdengar keluar dari mulutnya. Menandakan bahwa ia memang sudah terlelap dan masuk ke alam mimpi. Aroma wangi shampo yang menguar dari rambut hitamnya, memanjakan indera penciumanku. Aku menunduk sedikit, lalu mencium puncak kepalanya pelan. Khawatir aksiku justru membangunkannya dari lelap tidur.Dengan mata menerawang menatap langit-langit kamar di bawah temaram cahaya lampu tidur, mataku justru tak kunjung mau terpejam. Satu tanganku kugunakan untuk mengelus rambut Aluna. Sementara tangan yang lain dijadikan bantalan kepalaku sendiri.Di saat seperti ini, aku selalu merasa bersyukur kembali dipersatukan dengan Aluna setelah banyaknya badai kehidupan yang kami lewati. Aku selalu berpikir, jika saja semua ujian hidup itu tidak menimpaku dan Aluna

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   TAMAT

    POV Aluna4 Tahun Kemudian"Assalamualaikum."Saat sedang berkutat di dapur, sayup aku mendengar suara salam diiringi ketukan di pintu depan. Aku pun segera mencuci tanganku dan berjalan cepat menuju pintu. Namun, aku kalah cepat dengan dua pasang kaki yang berlarian berlomba untuk membuka pintu terlebih dahulu. Dari mulut keduanya terdengar pekikan yang cukup kencang. "Ayah .... Ayah ...."Si sulung yang usianya sudah lebih dari empat tahun itu, tentu saja berhasil sampai di pintu lebih dulu. Anak laki-laki bernama Hafiz itu langsung membukakan pintu untuk ayahnya seraya menjawab salam."Wa'alaikum salam Ayah," jawab Hafiz yang langsung mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan sang ayah. Pun dengan Hafizah yang menyusul di belakangnya. Dan aku menjadi yang terakhir mencium punggung tangan suamiku itu. Suamiku pun langsung mencium keningku. Setelahnya, ia mengambil Hafizah yang baru berusia dua tahun dalam pangkuannya. Lalu membawanya masuk ke dalam rumah sambil menggandeng

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 80

    Aluna berbalik lalu menatap Rumi dengan tatapan tak semarah sebelumnya. Kedua sudut bibirnya tersungging tipis. "Aku akan berusaha, tapi aku gak janji," tutur Aluna. "Gak apa-apa. Sudah ada niat untuk memaafkan aja kamu sudah hebat. Maafkan aku ya!" Rumi mendekat lalu memeluk sahabatnya itu. Setelahnya, Aluna pun mengambil pesanan Rumi yang sebenarnya adalah pesanan Zidan. Rumi pun langsung pamit untuk kembali ke kantor karena jam kerja memang belum selesai.Sementara Aluna kembali masuk ke dalam toko dan menghampiri ibunya."Sudah diperiksa lagi belum, Lun, kandungannya?" tanya ibunya Aluna."Belum ada sebulan kok, Bu. Nanti aja," jawab Aluna. "Oh, ya, sudah. Oh, iya. Kalau gak salah, sebulanan lagi menginjak empat bulan ya, Lun? Ngadain syukurannya mau di sini atau di rumah suamimu?" Ibunya Aluna menatap putrinya itu. Menghentikan sementara aktivitasnya yang sedang mengaduk adonan. "Sepertinya di rumah Mas Azam aja, Bu. Ibu sama bapak aja yang ke sana, ya. Gak apa-apa, kan?" Alu

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 79

    Aluna yang awalnya tersenyum ramah mendadak kikuk dengan pertanyaan karyawan itu. "Bukan, Mbak. Saya mau ketemu Mas Azam, suami saya," jawab Aluna membuat mata karyawan itu nampak membulat."Oh. Maaf, Bu Aluna. Pak Azam ada di ruangannya kok," timpal karyawan itu terlihat salah tingkah."Oh, iya. Terima kasih banyak, ya. Saya ke ruangan suami saya dulu," balas Aluna mengangguk sopan.Setelah bertanya pada salah satu karyawan letak ruangan Azam, Aluna pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan suaminya itu. Hingga ia sampai di depan pintu bertulisan nama suaminya. Aluna pun mengetuknya pelan."Silakan masuk," titah Azam yang sedangkan fokus menatap layar komputer di hadapannya. Saking fokusnya, Azam sampai tidak sadar bahwa yang datang itu adalah Aluna."Silakan du ...!" Azam tak melanjutkan ucapannya karena baru tersadar bahwa yang ada di hadapannya adalah istrinya. Azam pun bangkit dari duduknya dengan mata berbinar. "Kok gak bilang-bilang, sih, Sayang, mau ke sini?" tanyanya seraya

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 78

    Meski jantung Aluna masih berdebar kencang tiap kali melihat mantan suaminya itu, tapi Aluna berusaha sekuat mungkin untuk bersikap normal layaknya dua pasang manusia yang tidak ada lagi ikatan apa-apa. Aluna tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya sedikit. Lalu buru-buru menundukkan pandangannya menyembunyikan wajahnya yang terasa memanas. Pun dengan Rayan yang berusaha mengendalikan detakan jantungnya yang kian lama kian berdebar kencang. Apalagi saat melihat seulas senyum yang dihadirkan di bibir ranum wanita di hadapannya. Tak bisa dipungkiri, di hati kedua insan itu masih ada nama masing-masing yang tersimpan rapi. Mempunyai tempat khusus hingga mungkin akan sulit untuk benar-benar dihapus begitu saja. Cinta yang dulunya tertancap kuat, belum benar-benar tercabut kuat dari akarnya meski kini mereka telah hidup bersama pasangannya masing-masing. Tak berselang lama, Bu Ida dan Humaira pun ikut turun. Mata Bu Ida membesar melihat mantan menantu yang dulu begitu dibencinya.

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 77

    POV AuthorRayan masih bergeming. Matanya memindai tangan mungil Hasan yang menggenggam erat tangan Rumaisha. Melihat bocah berusia tujuh tahun tersebut, hatinya mencelos dan nelangsa. Namun, di sisi lain, ia pun terlalu berat untuk menjalani pernikahan poligami yang sesuai dengan aturan agama. Karena di hatinya, nama Rumaisha benar-benar tidak pernah bertahta walau untuk sekejap. Apalagi mengingat kejahatan Rumaisha yang menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkannya. Dari arah dapur, muncul Bu Ida berserta Humaira. Mereka berdiri di dekat kaki Rumaisha menapak. "Rumaisha sudah pamit sama ibu. Sama Humaira juga. Ibu menyerahkan semua keputusannya padamu, Nak," tutur Bu Ida menatap Rayan. "Apa kamu sudah bulat untuk pergi dari sini dan bercerai dariku? Lalu, Hasan bagaimana?" tanya Rayan pada Rumaisha.Rumaisha mengangguk yakin. "Aku sudah bulat. Dan tentang Hasan, aku akan memasukannya ke pesantren agar dia tumbuh menjadi anak yang baik dan mengerti agama. Tidak seperti aku ..

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 76

    POV RayanAku sungguh tersentak dengan cerita ibu. Apalagi saat ibu menceritakan bahwa ibu sengaja dihasut Rumaisha agar membenci Aluna. Ibu menceritakan semua yang terjadi dulu. Tak terbayang bagaimana sakitnya Aluna mendengar kenyataan pahit itu langsung dengan telinganya sendiri. Setelah dikhianati olehku, suaminya sendiri, Aluna kembali dikhianati oleh Zidan. Laki-laki yang selama ini menunjukkan perhatiannya yang besar pada Aluna. Apalagi mereka sempat memutuskan untuk menikah. Ah, Aluna. Sungguh berat ujian hidup yang harus kamu hadapi. Sebagai seseorang yang pernah mencintaimu begitu dalam, aku hanya bisa mendoakan, semoga segala rasa sakit itu digantikan dengan kebahagiaan yang tiada tara oleh yang Maha Kuasa. Sore ini, ibu berbicara banyak padaku. Perihal kejadian-kejadian yang terjadi selama aku tidak ada bersamanya. Tentang kesepiannya, tentang rasa rindunya, dan tentang rasa bersalahnya yang luar biasa. Namun, aku sedikit lega, karena ternyata Rumaisha menjaga dan merawat

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 75

    POV RayanAku masih menundukkan kepalaku di hadapan Abi yang sepertinya masih mempertimbangkan semuanya setelah aku menceritakan semuanya. Hingga aku mendengar abi berdehem pelan."Nak Rayan. Nak Rayan di sini sudah genap dua tahun. Apa Nak Rayan sudah benar-benar mantap untuk kembali ke Jakarta?" tanya Abi.Aku mengangguk yakin. "Insyaallah, Abi. Saya rindu sekali pada ibu. Saya juga ingin kembali memimpin perusahaan yang dua tahun terakhir ini saya abaikan," jawabku. Terdengar helaan napas pelan dari mulut laki-laki yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu. "Baiklah. Kalau begitu, Nak Rayan bisa temui dulu wanita pilihan Abi itu. Ta'aruf saja dulu sambil ceritakan semua masa lalu Nak Rayan. Jika memang kalian berjodoh, insyaallah Alloh akan memudahkan jalannya," tutur Abi bijak. Aku pun mengangguk mengerti. Besoknya, aku benar-benar meninggalkan pesantren yang telah kutempati selama dua tahun itu dengan perasaan haru. Sudah cukup banyak kenangan selama aku tinggal di sana.

  • Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya   Bab 74

    POV RayanAku memang sempat terpuruk. Aku memang sempat begitu terjatuh. Di saat aku menerima kenyataan bahwa pernikahanku dengan wanita yang begitu kucinta kandas hanya dalam waktu hitungan bulan saja. Bahkan kami belum sempat mereguk manisnya madu pernikahan. Beruntung, saat aku terpuruk seperti itu, di saat hatiku diliputi kekosongan dan kehampaan, tak sekalipun aku mendatangi tempat-tempat hiburan yang justru akan membawa hidupku jatuh semakin dalam. Suara lantunan adzan yang menggema setiap hari sebanyak lima kali, selalu memberikan rasa tenang yang merasuk ke dalam jiwaku. Aku pun mulai rutin mendatangi rumah Alloh tersebut untuk melaksanakan solat berjamaah lima waktu. Mesjid yang berada tak jauh dari rumahku yang kutempati saat itu. Rumah yang sengaja kubeli untuk Aluna sebagai hadiah pernikahan. Di sanalah aku biasanya menghabiskan waktu. Hingga aku memutuskan untuk memperdalam ilmu agamaku. Agar aku bisa belajar apa itu ilmu ikhlas. Agar aku bisa belajar apa itu qodo dan q

DMCA.com Protection Status