Share

Puncak Acara

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-26 13:44:11
Setelah sertifikat ada di tanganku, segera aku hubungi Gibran untuk membuat sertifikat palsu. Lalu, membuat surat pengalihan sertifikat rumah ibu, atas namaku.

Gibran merupakan pria yang sangat cerdas. Dia bisa mengurus permasalahanku secara cepat dan cantik. Tanpa menimbulkan kecurigaan. Semalam baru aku menelponnya, saat pagi hari, dia sudah bisa memasukan sertifikat palsu ke dalam kotak itu. Kami yakin, Nayla akan curiga dan segera mengambilnya. Betul saja, prediksi kami tidak salah. Saat aku pergi, dia mengambilnya. Aku melihat semua aktifitas dan pembicaraan mereka lewat cctv yang sudah dipasang disegala penjuru rumah.

Ketika Mas Adi memasukan obat tidur ke dalam minumanku, Gibran langsung mengirim pesan. Maka aku bisa mengantisipasi kelakuan jahat suamiku. Sehingga, mencari alasan agar Mas Adi meminumnya. Akhirnya, dia sendiri yang terlelap karena obat tidur.

Pagi hari, aku pergi ke rumah Lik Sumi. Mulai menyusun rencana puncak. Gibran sampai mengorbankan waktu kerjanya, untu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isabella
good job Eva mertua pingsan takutnya Eva yg di salahkan
goodnovel comment avatar
Lili Suryani
saya senang sikap Eva yg kuat
goodnovel comment avatar
Ai Rohmah
seneng banget rasanya keluarga benalu dapat balasannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Jangan Minta Bantuan

    Ibu!" Teriakan Mbak Ratna membuatku kaget. Aku langsung berlari ke arah halaman depan. Disusul Lik Sumi dan Gibran. "Innalilah." Ibu sudah tergeletak di tanah. Dia pingsan tidak sadarkan diri. Semua anaknya menampakan raut panik. "Bu, bangun, Bu ...." "Adi, cepat bawa mobil. Ayok kita bawa Ibu ke rumah sakit," perintah Mbak Neli. Mas Adi langsung bergegas masuk kembali ke rumah. Namun, Gibran menghalanginya. "Mobil itu punya Eva. Kamu tidak berhak lagi membawanya." "Jangan halangi aku, Gibran. Apa kamu tidak lihat, ibuku pingsan!" bentak Mas Adi. "Pakai saja mobil milikku, yang telah kamu berikan untuk gundikmu itu." "Ta-tapi, Dek, itu mobilku. Ungnya kita dapatkan bersama, dari hasil penjualan kopi." "Jangan banyak berdebat. Suruh gundikan memberikan kunci mobil itu. Kunci mobilmu yang sudah ada di tanganku, tidak akan kembali." "Dasar perempuan Ibl*s. Ibuku sedang sekarat, tapi kamu masih membicarakan hak kepemilikan. Di mana hati nuranimu, Eva. Menyesal aku pernah punya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Karma

    POV Adi "Adi, cepat kejar Eva." "Gak usah Bu. Jangan buat keluarga kita tambah malu. Apa Ibu gak denger kata Mbak Eva? dia sudah tidak mau dimintai bantuan. Ini semua karena keserakahan kalian sendiri. Sekarang, mintalah bantuan sama pelakor ini." Dengan nada Emosi, Tiwi mengeluarkan pendapatnya. Dia menatap tajam ke arah Ibu dan juga diriku. Kemudian, melangkah keluar menyusul Eva. "Adi, jangan dengarkan Tiwi. cepat kejar Eva." Aku hanya diam. Bersandar di tembok, lalu terduduk lesu. Sudah tak ada harapan lagi mendapatkan hati Eva. Benar kata Tiwi, nampaknya aku harus belajar hidup tanpa bergantung pada Eva. Dari awal,aku memang ragu dengan sandiwara yang ibu suruh. Sejak ibu sadar sore tadi, dia histeris karena menyadari bahwa kakinya lumpuh. Dokter menganjurkan untuk terus melakukan pengobatan secara bertahap agar lekas pulih. Diperkirakan butuh uang banyak untuk penyembuhan ibu. Karena itulah, Ibu mendesakku untuk membujuk Eva agar mau kembali lagi. Sehingga, dia bisa memba

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Pertengkaran

    "Rumahku, disita Mbak." "Apa?" Kami semua syok. Mengedarkan pandangan tak percaya ke arah Mbak Neli dan Mas Hendri. Ibu hanya bisa mengelus dada. Sedangkan, Mbak Ratna dan Nayla memandang dengan sorot mata sinis. "Kenapa bisa disita? terus kalian mau tinggal di mana? jangan bilang tinggal disini. Rumahku sudah sesek." Mbak Ratna memiringkan bibirnya. Nampak jelas kekesalan di wajahnya. Membuat Mbak Neli menunduk karena merasa tak enak hati. "Ratna, jangan bicara seperti itu pada adikmu." "Bukan maksud Ratna ngelarang mereka tinggal di sini, Bu. Tapi Ibu 'kan tahu, di sini cuman ada tiga kamar. Mereka nanti tidur di mana?" "Ibu tidur sama Mbak Ratna. Biar kamar Ibu bisa aku tempati sama Mas Hendri." "Lah, terus nanti Tiwi tidur di mana?" "Tiwi tidur bareng Mbak juga." "Enak aja. Pemilik rumah ini aku, kenapa kamu yang ngatur-ngatur, Nel?" "Aku gak maksud gitu, Mbak. Tapi, ya gimana lagi." "Iya enak banget, yah, kalian. Numpang aja, terus." Suasana ruang tamu jadi panas. Ras

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Masalah Hidup

    "Berikan!" bentaku. Aku berusaha merebut ponsel di tangan Nayla. Dia terus berontak. Rasa curiga semakin kuat. Pasti ada hal yang dia sembunyikan. "Tidak! Jangan berani-berani ngatur aku. Kamu tuh, cuman suami yang berguna. Bisanya ngajak aku susah doang. Nyesel aku nikah sama kamu." Plak! Ulu hati nyeri. Tidak menyangka perempuan yang selama ini aku anggap lemah lembut, ternyata mempunyai mulut yang mampu merobek isi hati. Amarah menghipnotisku. Tanpa sadar mendaratkan tamparan di pipi mulus Nayla. "Kamu nampar aku, Mas?" tanya Nayla tak percaya. "Ma-maaf, Nay. Aku gak niat nyakitin kamu." "Ada apa ini?" Ibu mendorong kursi rodanya masuk ke kamar. Pintu memang tidak dikunci. Pasti Ibu mendengar pertengkaran di antara kami. "Ibu." Nayla merangkul ibu. Dia menitikan air mata. Sambil memegang pipi bagian kiri, yang nampak memerah. Menunjukan ekspresi pilu. "Apa yang kamu lakukan sama Nayla Adi?" tanya ibu dengan oktaf suara tinggi. Matanya melebar. "Mas Adi nampar Nayla, Bu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Eva Yang Disalahkan

    POV Eva "A-aku hamil, Mas." Tubuhku rasanya gemetar. Saat Tiwi mengungkap sebuah kejujuran. Tak pernah menyangka, dia akan salah jalan seperti ini. Saat di kantor polisi, aku pikir dia hanya baru sekali saja melakukan perbuatan menjijikan itu. Namun, ternyata sudah sangat jauh. "Apa?" Mantan mertua, dan anak-anaknya datang. Aku bisa melihat jelas ekspresi kaget yang luar biasa dari wajah mereka. Ibu Mas Adi, terperangah. Dia mematung. Bagai jasad tanpa ruh. Plak! "Gila kamu Tiwi. Sejak kapan kamu bisa berbuat hal memalukan seperti ini? kenapa bisa hamil di luar nikah. Dasar adik tidak tahu diuntung." Mbak Ratna terus memaki Tiwi. Bukan hanya menampar, tapi beberapa kali mencoba memukul tangannya. Aku berusaha menghadang. Agar Tiwi tidak terus menerus disakiti. "Tiwi, coba ulangi lagi perkatanmu. Pasti ibu salah dengar. Betulkan, Nak? katakan bahwa semuanya tidak benar." Ibu Maria mendekati Tiwi dengan kursi roda. Kondisinya sangat memprihatikan. Hatiku tak tega. Dia berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Mas Menyesal, Dek

    "Apa, rujuk?" Aku hanya bisa mengernyitkan dahi. Mbak Ratna berbicara hal yang ngawur. Membuat kepalaku geleng-geleng, karena heran. "Iya. Kamu harus rujuk sama Adi. Sebagai penjamin, hidup Tiwi akan bahagia. Kalau kamu masih jadi istri Adi, Kamu bisa membantu perekonomian rumah tangga Tiwi nantinya. Kami tidak akan khawatir, nasib adik kami, kedepannya. Meskipun dia harus nikah muda." "Hahaha, aduh, aduh ...." Tawaku pecah dan menggema di ruang tamu. Cacing diperut ikut terpingkal-pingakal menyaksikan kebodohan kakaknya Mas Adi. Mereka menatap bingung dengan tingkahku. "Kenapa kamu malah ketawa, Eva?" "Kalian itu lucu, hahaha." "Lucu Gimana maksud kamu? Dasar perempuan kampung, Jangan main-main sama kami." "Hahaha, siapa yang main-main? justru kalian sendiri yang memainkan drama jadul." "Sudahlah Eva. Jangan banyak bercanda. lebih baik kamu setujui saja syarat yang kami ajukan. Dengan senang hati kami akan menikahkan Tiwi." Nampaknya mereka ini memang sudah benar-benar gil

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Dek, Maafkan Mas

    POV Adi "Na-nayla kabur." Jantungku bergemuruh hebat saetelah mendengar kabar yang begitu menacap di hati. Betul prediksiku selama beberapa hari ini. Ada yang aneh dari Nayla. Dia pasti selingkuh dengan pria lain. Mulai dari ponsel yang diberi sandi tanpa aku ketahui. Lalu, Sudah hampir satu minggu kemarin, dia selalu pulang larut malam. Sikap Nayla pula yang memberi cambukan tersendiri kepadaku. Apalgi Ibu selalu saja membela Nayla. Bahkan saat Eva datang memintaku untuk menikahkan Tiwi, Ibu selalu saja menyalahkanku. "Di, kenapa kamu tidak bisa meluluhkan kembali hati, Eva? Jadi runyam seperti ini. Bagaimana nasib adikmu jika harus menikah muda. Harusnya kamu bisa mencari solusi dari permaslahan keluarga kita." Kata-kata Ibu setelah Eva pergi, sangat memukul batinku. Benar kata Eva, aku hanya dijadikan tumbal kebahagian keluarga ini. Mereka selalu membebankan semua masalah kepadaku. Ibu hanya menjadikanku alat untuk kebahagian Mbak Ratna, Mbak Neli, dan adikku. Namun, mereka tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Sidang Perceraian

    POV adi Suara ayam mulai memekikkan telinga. Menandakan malam berganti pagi. Langit mulai tersenyum kembali dengan cahaya mentari. Meskipun hatiku masih terasa gelap. Nayla sama sekali tidak mau berbicara denganku sejak bertemu dini hari tadi. Dia langsung tidur membelakangiku. Awalnya, aku berniat memeriksa ponselnya. Namun, tak kunjung bisa membuka sandi. Akhirnya, aku menyerah dan memilih mencari cara lain untuk membongkar skandal perselingkuhan yang mungkin saja dilakukan Nayla. "Di, kapan mau cari kerja? Mbak Sudah tidak punya simpanan lagi untuk biaya makan. Pusing harus gimana nantinya," ucap Mbak Ratna yang sedang memasak di dapur bersama Mbak Neli. "Iya, Di. Kerja, cari uang. Masa mau numpang makan terus." "Gak nyadar? Mbak Neli juga numpang. Udah punya suami, masih ngandelin orang tua." "Songong kamu, Di. Bukannya dengerin Mbak. Malah membalikan fakta." Mbak Neli menggoreng nasi dengan kesal. Beberapa butiran nasi sampai berjatuhan ke kompor. Aku abaikan tanpa menimpal

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26

Bab terbaru

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   TAMAT

    "Ya Allah.""Tenang, Sayang. Kita cek saja ke kantor polisi."Kami mengangguk setuju atas usulan Gilang. Lalu, masuk ke mobil masing-masing. Awalnya Mas Gibran melarang. Takut aku mual dan merasakan gejala kehamilan lainnya. Namun, aku yakinkan dia, bahwa kondisi tubuh ini baik-baik saja. Apalagi jarak ke kantor polisi hanya satu jam. "Sayang, kamu gak ada yang dirasa?" tanya Mas Gibran di tengah perjalanan."Aku baik-baik saja, Sayang. Mas fokus nyetir, yah.""Siap, sayang. Kalau pusing, atau mual, atau lapar, bilang aja yah.""Siap suamiku."Mas Gibran mencium tangan. Sementara matanya fokus menyetir mobil. Sepanjang jalan, suamiku sangat memperhatikanku. Dia memang sedikit berlebihan. Maklum, sudah lama kami menunggu kehadiran sang buah hati. Wajar, kalau suamiku begitu menjaganya. Ditambah lagi, dia sangat mencintaiku. "Mas, kasihan sekali Salwa.""Iya, Sayang. Ko, bisa dia malah masuk rumah sakit jiwa.""Mungkin, obsesi dia terlalu tinggi. Sampai meracuni pikiran. Ya, jadi gitu

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Hamil

    "Garis dua. Ini benar-benar garis dua. Tapi garisnya tidak terlalu keliatan."Mataku melebar. Deru jantung tak karuan. Angin segar seakan berhembus kencang. Antara percaya dan tidak. Aku ngin ambruk. Badanku terduduk di kasur. Air mata berjatuhan. Bibir tersenyum. "Assalamualaikum.""Eva!"Teriakseseorang dari pintu depan, membuatku sadar. Aku hapus air mataku. Bergegas menuju pintu depan."Rani, kamu ada di sini?""Iya, Eva. Maaf aku gak ngabarin. Sekalian ada urusan bisnisnya Mas Gilang di daerah sini. Jadi, aku sengaja mampir ke sini.""Gilangnya mana?""Aduh, maaf, Va, kerjaan dia numpuk banget. Katanya nanti nyusul. Aku saja sampe dicuekin. Jadi, sengaja ke sini deh, biar gak gabut di hotel.""Owalah, ya sudah, ayok masuk."Rani aku suruh duduk di sofa. Sementara aku membawakan satu cangkir teh hangat. Udara di sini terasa dingin, meski sudah mau beranjak siang hari. Badanku sedikit lemas. Masih terbayang-bayang dua garis merah tadi. Namun, aku harus bersikap biasa di depan Ra

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Rani Siuman

    "Tidak, Di. Kamu beruntung sekali sudah punya bayi kecil yang lucu," jawab Mas Gibran dengan senyum sendu. Sambil menepuk pundak Mas Adi. "Sabar, Ran. Kamu orang baik. Pasti, banyak jalan biar kalian bisa dihadirkan apa yang kalian inginkan.""Aamiin."Aku menggandeng Mas Gibran dengan erat. Kami saling bertatapan. Kata-kata Mas Adi memberi semangat tersendiri untuk kami.Percaya, bahwa banyak jalan menemukan kebahagiaan. Masih banyak pejuang garis dua yang sudah berjuang hampir puluhan tahun. Maka, bagi kami yang belum lama berjuang, tak ada alasan untuk mencoba, apalagi menyerah.Semuanya butuh proses. Asal terus berusaha dan berdoa. Insyallah, hasil tidak akan menghianati. Pasrahkan diri, dan terus memohon. Semesta pasti memberi jalan."Kalian hebat, bisa bangkit lagi secepat ini."“Alhamdulilah, Mas. Semoga bisnis ini bisa terus berjalan lancar. Biar bisa terus membuka peluang usaha untuk orang lain.”"Aamiin. Tentu, dong. Termasuk membuka peluang usaha buatku. Aku yakin, dalam b

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Cinta Penuh Haru

    "Panggil Dokter, cepat!" perintah Pak Hakim.Gilang bergegas keluar ruangan. Sementara Mas Gibran malah memeluk pinggangku. Kami bagaikan penonton yang sedang menyaksikan adegan penuh haru. Saksi cinta seorang ayah kepada anaknya yang mampu memberi kekuatan tersendiri. Sehingga, Rani bisa berjuang keras melawan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Sayang, bertahanlah. Ayah mohon."Suasana makin tidak karuan. Harapan dan kecemasan jadi satu. Apalagi saat melihat dokter tampak tegang memeriksa Rani, karena mendadak dia kejang. "Rani, bangunlah. Ayah menunggumu, Nak.""Dokter bagaimana kondisi istri saya?""Iya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya. Kenapa dia tidak bangun, padahal tadi tangannya bergerak.""Maaf, Pak. Saya belum bisa memastikan secara pasti kapan Ibu Rani akan siuman. Namun, gerakannya tadi bisa menjadi pertanda baik. Dia merespon perkataan kalian. Maka, kita harus terus berdoa. Semoga secepatnya Ibu Rani bisa siuman.""Ya Allah, Rani. Bangun, Nak.""Sabar, Pak.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Bertemu Ayah

    "Aku izin menghubungi Mas Adi dulu, Mas.""Iya sayang. Semoga Pak Hakim bisa ke sini.""Aamiin. Semoga kehadiran Pak Hakim bisa membuat Rani cepat sembuh."Aku bergegas menelepon Mas Adi. Sengaja menggunakan fitur pengeras suara, agar Mas Gibran ikut mendengar percakapan di antara kami. "Halo, Mas.""Iya, Eva. Bagaimana kondisi di sana.""Tidak baik-baik saja, Mas." Aku ceritakan kondisi yang terjadi di sini. Mas Adi ikut perihatin. Dia juga merasa was-was dengan keadaan kami di sini."Mas, tolong bilang pada Dokter Pak Hakim, beliau diajak ke sini. Agar bisa bertemu dengan anaknya.""Baiklah, Eva. Aku akan menanyakannya dulu. Kamu dan Gibran tenanglah di sana. Mas akan berusaha membantu kalian semaksimal mungkin.""Terima kasih, Di.""Sama-sama, Gibran. Kalian harus waspada. Takutnya perempuan gila itu melarikan diri.""Iya, Mas. Semoga saja tidak.""Ya sudah, aku langsung ke rumah sakit lagi. Semoga diizinkan. Aku yakin bisa, karena kondisi Pak Hakim tampak lebih baik.""Aamiin.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Akad Nikah Gagal

    “Mbak Rani, Mas Gilang?” Salwa kaget dengan kehadiran kakaknya. Tentu semua ini di luar perkiraannya. Aku sudah memasang kamera tersembunyi di kamarnya. Agar bisa mengambil langkah lebih dulu dibandingkan Salwa.Mas Adi juga sudah berhasil mengamankan keberadaan Pak Hakim. Pria paruh baya itu sedang dirawat di rumah sakit dekat rumah Mas Adi. Sementara Rani dan gilang, aku perintahkan hadir ke sini, untum menjadi saksi di kantor polisi. Sekaligus membongkar kejahatan-kejahatan adiknya."Ke-kenapa ada Mbak Rani dan Mas Gilang. Aku sudah bilang, jangan mengundang mereka," ucap Salwa naik pitam.Wajahnya berubah seram. dia mulai menyadari kejahatannya akan terbongkar. Aku sudah siap siaga. Sebenarnya tamu yang hadir merupakan para polisi yang sedang menyamar. Area rumah ini juga sudah dijaga beberapa karyawan pria Mas Gibran. Agar bisa mengantisipasi kalau Salwa berani kabur."Ini hadiah dariku Salwa. Aku ingin dihari bahagi ini, disaksikan kakamu tercinta.""Tidak. Kamu sudah melanggar

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Kekacauan Di Acara Pernikahan

    "Apa?""Maaf, Bos. Tiba-tiba semua orang di rumah ini pingsan, lalu saat kami memeriksa kamar bapak, kamarnya kosong.""Bodoh. Kenapa kalian sangat ceroboh!" sentakku emosi. Sialan. Siapa yang sudah menculik ayah. Berani-beraninya bermain-main denganku. Aku bingung harus bagaimana. Tak mungkin pulang. Besok acara akad nikah. Namun, jika tidak bisa ditemukan, Mas Gibran bisa curiga. "Tangkap Rani, dan Gilang. Kalau ini semua ulah mereka, sakiti saja mereka. Kalau tidak, cepat cari di mana pun keberadaan ayah. Kalau tidak, kamu tahu akibat.""Ba-baiklah, Bos."Sambungan telepon aku matikan dengan emosi membuncah. Aku banting ponsel ke kasur. Tidak jadi istirahat. Aku harus memikirkan cara untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sampai jam menunjukan waktu dini hari, aku belum bisa tidur. Masih menunggu kabar tentang ayah. Para anak buah tak bisa diandalkan. Hanya menangkap Rani dan Mas Gilang saja butuh waktu berjam-jam. Tak mau terus dihantui rasa kesal, dan

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Persiapan Pernikahan

    POV Salwa"Mas, aku mau gaun pernikahan yang cantik, dan bunga melati asli," ujarku sangat bahagia saat ada di dalam mobil. Semakin hari, sikap Mas Gibran semakin manis saja. Dia mengajakku mencari keperluan untuk pernikahan. Sering-sering saja Mas Gibran dan Mbak Eva ribut. Agar aku punya kesempatan mendapatkan hati Mas Gibran sepenuhnya. "Iya, kamu pilih saja yang kamu mau.""Aku juga pengen kita tetap mengundang warga sekitar. Biar aku tetap diakui sebagai istrimu.""Soal itu tentu, Sal. Aku pasti mengundang warga sekitar sebagai saksi.""Bagus, Mas."Bibirku merekah bagai bunga mawar. Tak menyangka bisa ada di posisi ini. Aku pikir, dekat lagi dengan Mas Gibran hanya mimpi. Nyatanya, dia akan menjadi suamiku. Kami akan hidup bahagia. Memiliki anak-anak yang lucu. Lalu, Mbak Eva tinggal didepak sesuka hati.“Mas, aku mau makan di restoran terenak di daerah sini.”“Baiklah.”Setelah berkeliling mencari kebaya dan MUA yang bagus, aku ajak Mas Gibra. Ternyata cukup melelahkan juga m

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Eva Beraksi

    POV Eva "Aduh, kenapa perempuan itu sadar keberadaan cctv yang baru aku pasang kemarin?" tanya pada diri sendiri. Tadi, sekilas aku mendengar pembicaraan Mas Gibran dengan Salwa. Semua yang terjadi, merupakan hasil rekayasa antara aku dan Mas Gibran. Aku sengaja menyuruhnya pergi ke kota. Agar aku bisa memasang cctv dengan leluasa di rumah ini. Terutama di kamar Salwa, dan depan pintu kamarku. Video-video itu akan menjadi bukti akal bulus perempuan kegatelan itu. Semalam, aku pura-pura ribut dengan Mas Gibran. Sengaja, agar mempermudah mencari alasan untuk mempercepat acara pernikahan pura-pura antara Mas Gibran dan Salwa. "Aku mengajak Salwa keluar dulu, Sayang. Agar dia tidak curiga soal cctv di rumah ini.""Iya, Mas. Hati-hati. Buat dia terlena dengan rayanmu. Agar aku bisa dengan bebas menemukan banyak bukti untuk membongkar kejahatannya.""Siap, Sayang.""Oh, iya, barang bukti yang kamu temukan di pabrik, apa sudah diperiksa polisi?""Dalam proses penyelidikan Mas. Jepitan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status