Share

Kujual Suamiku di Status Facebook
Kujual Suamiku di Status Facebook
Penulis: Sriayu23

Status Promosi

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 07:34:07

POV Adam 

[Di jual barang kualitas bagus, dengan harga murah. Sekali memiliki, maka tidak akan menyesal sampai mati. Yang minat, langsung japri.]

"Dam, Dam, liat status promosi di akun F* istri lu," ujar Rendi setelah membaca caption status jualan istriku dengan suara lantang.

"Kenapa? paling dia promosi panci, wajan, dan perkakas masak lainnya. Lu, kaya baru  liat status bini gua ajah."

"Iya gua tahu. Tapi, sekarang dia jualan barang antik. Asli, lu pasti kaget liat barangnya."

"Barang apaan?" tanyaku pada Rendi. Sementara mata fokus pada layar komputer. 

"Liat dulu. Gua yakin lu suka barangnya," ujar Rendi terkekeh.

Aku langsung cek F******k. Mencari akun jualan istriku. Mira memang seorang penjual olshop alat-alat dapur. Dia sangat suka memasak. Sehingga, bergabung dengan perusahan penjual alat dapur, untuk menjualkannya di media sosial, dan marketplace.

Perasaanku mulai tidak enak. Jangan-jangan Mira berjualan barang-barang aneh. Seperti benda penglaris atau benda ala-ala dukun yang lainnya. Bisa malu diriku. Suaminya seorang pekerja kantoran, sedangkan istrinya jualan barang yang tidak jelas. Mau ditaruh di mana mukaku ini. 

"Status yang mana?" tanyaku heran. Ketika sudah membuka akun jualan Mira. Tidak ada yang aneh. Dia berjualan panci seperti biasanya. Dengan caption yang cukup menarik. Banyak foto-foto alat dapur yang berseliweran di akunnya. 

"Itu, status paling atas. Baru Dua jam yang lalu."

"Yang ini?" tanyaku mendekati Rendi. Menunjuk status istriku.

"Iya, yang itu. Buka foto-fotonya. Di foto paling akhir. Gua yakin lu suka barangnya."

Aku langsung buka foto-foto yang di shere istriku. Ada sekitar lima belas foto. Dari foto pertama sampai sepuluh tampak biasa saja. Tidak ada barang yang aneh. 

Namun, di foto urutan sebelas sampai lima belas, aku sungguh kaget. Mata membelalak tak percaya. Mira mengirim fotoku dengan segala fose. Bahkan, di foto terkahir sangat mencengangkan. Ada fotoku yang sedang mencium tangan wanita. Namun, pada gambar wanitanya sengaja diburamkan. 

"Eh, Dam, lu udah liat sw istri lu? gila. Kayanya dia tahu lu selingkuh," ujar temanku yang lain.

"Enak aja, lu. Gua gak selingkuh," hardikku kesal. 

"Wah, ada istri jual suami. Serem amet," ledek Rendi.

"Diam, lu. Kerja-kerja."

Suara ledekkan perlahan meredup. Mereka fokus kembali dengan kerjaan masing-masing. Sedangkan aku, malah gusar sendiri. Aku takut Mira salah paham atas kedekatanku dengan Diana. Aku paham betul, perempuan dalam foto itu adalah Diana. Sahabatku sejak SMA, kuliah, sampai sekarang kami kerja satu perusahaan sekaligus satu tim. 

"Mas, kenapa sama istri kamu? ko, bikin status gitu," ujar Diana saat jam makan siang.

"Gak usah dipikirin, Na. Biasalah, paling salah kirim Saking banyaknya foto panci, Mira sampe salah majang barang dagangannya," ujarku berusaha menenangkan Diana. Padahal, sedari tadi aku panik. Mira tidak bisa dihubungi setelah membuat status yang menggemparkan. 

Tak mau teman hidupku itu gusar, atau sakit hati. Entah dia menyadari atau tidak, foto perempuan yang dibuat buram adalah fotonya. Semoga saja tidak sadar. Hubungan kami bisa berantakan kalau itu terjadi. 

"Apa Mira gak mau kita deket lagi sebagai sahabat, Mas? kalau gitu, lebih baik kita saling berjauhan."

"Gak gitu, Na. Udahlah, jangan berpikir negatif. Sebelum kenal Mira, aku udah Deket sama kamu. Kita bakal tetep berhubungan sampai kapan pun."

"Tapi pertemanan kalian ini sudah kelewatan," cetus Bumi tiba-tiba duduk makan bersama.

Kami bertiga adalah sahabat dekat sejak SMA. Bedanya, Bumi lebih beruntung dari kami. Di usianya yang sekarang, dia sudah menjadi manager di perusahan ini. Berkat Bumi juga, aku dan Diana bisa diterima di perusahaan ini. Meskipun, dalam soal percintaan, Bumi sangat tidak beruntung. Berkali-kali diselingkuhin, dan akhirnya menjadi jomblo abadi. 

"Kelewatan gimana, Sih, Mi. Sok tahu kamu tuh."

"Hahaha, terserah kamu, Na. Kalian sebenarnya tahu, tapi pura-pura tak tahu. Tenang saja, aku tak akan ikut campur. Asal, jangan libatkan aku dalam urusan ini. Siap-siap Dam, takutnya ada perang dunia ketiga, hahaha."

Bumi bicara dengan meledek. Seakan-akan kejadian ini adalah lelucon. Aku berusaha bersikap biasa. Walaupun ucapannya membuat pikiran negatif mendominasi isi kepala. 

"Udah, makan-makan," sergahku menghentikan topik pembicaraan yang tidak mengenakan. 

Sampai waktu pulang kerja, aku masih memikirkan ucapan Bumi. Takut Mira marah, atau mengancam berpisah. Bahaya jika itu terjadi. Bisa langsung miskin diriku. Apalagi harus berhadapan dengan bapaknya Mira yang galak luar biasa. Mampus ....

"Mir, buka pintunya, Sayang. Mas pulang."

Aku berusaha memasang ekspresi semanis mungkin. Lebih baik bersikap seolah-olah tidak tahu. Dibandingkan harus bertanya, malah menambah masalah saja. 

"Mira ...."

"Iya, Mas. Aku denger. Emang aku budek?" 

Mira membuka pintu dengan wajah datar seperti biasa. Dia mempersilakanku masuk. Sikapnya tidak mencurigakan. Tampak baik-baik saja. Mungkin benar dugaanku, Mira hanya salah memposting foto. Dia tidak mungkin tahu apa-apa tentang rahasia yang aku simpan. 

"Mir, kamu baik-baik aja 'kan?"

"Ya, baik-baik ajalah. Emang kenapa? lihat nih, dari atas sampe bawah masih lengkap. Heran, kesambet kamu, Mas?" 

"Hehehe, enggak ...."

"Ya udah sana, mandi terus makan. Aku dah, makan duluan. Gegara laper. Jadi, kamu makan sendiri aja yah."

"Iya, Sayang gak papa."

Tanpa menjawab lagi, Mira langsung merebahkan tubuh di kasur. Aku mulai mencium keanehan dari tingkahnya. Baru aku sadari, sikapnya perlahan cuek. Apa hanya perasaanku saja?

"Hahaha, iya .... beneran."

Dari ruang makan, aku mendengar suara Mira sedang asik berbicara dengan seseorang. Mungkin, dia sedang menelpon sahabatnya.

"Hahaha ...."

Suara tawanya makin kencang. Istriku terdengar sangat bahagia. Ada apa gerangan? tidak biasanya Mira tertawa terbahak-bahak seperti itu. Perasaanku jadi tidak enak. Segera aku menyelesaikan makan, dan menyimpan piring kotor di dapur. 

"Udah dulu, yah. Nanti aku telepon lagi."

Saat aku masuk ke kamar, Mira malah menutup sambungan teleponnya. Dia menarik selimut dan tidur membelakangiku. Aku makin curiga, ada yang tidak beres dengan istriku.

"Sayang ...."

"Hmmm."

"Mau dipijit?"

"Enggak."

"Kamu kenapa? ko, kaya beda. Aku buat salah?"

"Enggak."

"Hmm ... Mas boleh tanya sesuatu."

"Iya, apa?" tanya Mira masih dengan posisi yang sama. Dia seakan tak mau memandangku

"Kamu ... salah kirim foto Mas, yah?"

"Oh, foto yang di F* sama status wa?"

"Iya, itu salah kirim 'kan?"

"Enggak."

"Hahaha, jangan becanda Sayang. Gak mungkin kamu jual suamimu secara online."

"Emang kenapa? banyak yang nawar mahal, Mas. Liat deh, kolom komennya. Status aku jadi rame."

Aku tak melanjutkan lagi perbincangan dengan Mira. Memilih mengambil ponsel dan mencek status Mira. Benar saja yang dia katakan. Kolom komentar sudah berubah jadi wadah bergosip. Banyak kicauan para ibu-ibu yang ditanggapi Mira.

[Suaminya juga dijual, Mbak?]

[Cek harga]

[Wah, tampaknya suaminya selingkuh, nih. Beginilah kalau istrinya penjual online. Hahaha, mantap .... lanjutkan, Bun]

[Iya, Bun]

Balas Mira dengan emoticon tersenyum manis. 

Bab terkait

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Promosi Suami Sendiri

    Tanganku mengepal kuat. Menahan sesak di dada. Merasa dilecehkan oleh istri sendiri. Tega-teganya Mira memposting fotoku bagaikan barang dagangan. Gila. "Prank kamu gak lucu, Sayang," ujarku menahan emosi. Mira mengambil posisi duduk. Wajahnya tampak tidak merasa bersalah. Dia malah memandangku dengan intens. Lalu, mengambil ponselnya. Mendadak hatiku berdegup kencang. Rasa marah sirna begitu saja. Digantikan kecemasan. Takut Mira mengetahui skandalku dengan Diana. Tak mungkin. Perempuan lugu seperti dia, akan mencari lebih jauh tentang kedekatanku dengan Diana. Aku juga berusaha menyembunyikan hubungan spesial kami dibalik kedok persahabatan. Supaya, Mira tak mencurigai semua rahasia yang sudah aku sembunyikan cukup lama. Bahkan, banyak orang percaya, aku dan Diana hanya sebatas sahabat dekat. "Aku gak prank Mas. Satatusku rame gara-gara posting muka kamu. Terus, lihat nih ...."Mira menunjukkan WhatsApp. Banyak pesan yang masuk dari pelanggannya. Ada yang meledekku, dan ada ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   POV Mira

    [Di jual ... di jual ... beli sepuluh panci, bakal dapat bonus pria digambar ini. Bisa daftar jadi istri kedua atau ketiga, batas sampai keempat. Kalau mau jadi selingkuhannya juga boleh. Asal pancinya dibeli dulu kakak ... cus langsung japri.]"Mir, ini tanda tangan. Ada yang mau ajak kerja sama. Buat launcing model baru produk panci kita," ujar Tiara menyodorkan Map di meja kerjaku. "Iya, Ra. Sabar. Lagi asik nih.""Hadeh, lu masih aja posting suami lu di status? gak guna tau. Mending langsung cerein aja.""Hust, enak aja. Santai, Ra. Sebagai perempuan masa kini, kita harus main cantik. Buat tukang selingkuh menyesal. Lalu, hempasan, hahaha.""Heran, lu masih bisa ketawa. Padahal, udah tahu diselingkuhi. Emang bener-bener perempuan langka. Gua salut, punya temen kaya lu."Aku hanya menampakkan senyum termanis di dunia. Maklumi saja jika Tiara berbicara demikian. Dia belum pernah merasakan lika-liku rumah tangga. Hanya tahu aku wanita yang tegar. Padahal, aku juga pernah menangis ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Dipermalukan

    "Kamu harus ikut, Din. Biar makin keren konsep promosi panciku."Mas Adam dan Diana saling tatap. Mereka tampak tegang. Aku tersenyum penuh kemenangan. Jika mereka pintar menorehkan rasa sakit, maka aku juga bisa dengan cerdas mempermalukan mereka di depan publik. "Ti-tidak usah, Mir. Kalian saja.""Ih, jangan gitu dong, Na. Aku punya konsep iklan yang bagus nih.""Ko-konsep apa?""Konsep Lempar Panci untuk Pelakor.""Maksud kamu apa pake konsep kaya gitu?" tanya Mas Adam tampak tidak suka. "Santai dong, Mas. Jadi, bos panci aku itu cewek, Mas. Dia suka konsep-konsep marketing yang unik. Sedangkan temen-temenku yang lain, pake konsep iklan yang biasa. Cuman pose mesra sama suami dan panci dagangannya. Kalau aku, mau pake ide yang berbeda. Tahu aja menang gitu.""Maaf, Mir. Aku gak mau," tolak Diana dengan senyum terpaksa. "Yah, ko, gak mau, Sih. Cuman kamu doang temen cewek kita. Tolonglah, bantu. Sekali ini saja. Demi hadiah rumah," ujarku mengatupkan tangan untuk memohon. Diana

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bos itu Istriku

    POV Adam "Sayang, kita menang. Kamu gak usah tidur dikontrakkan lagi. Kamu bakal punya rumah mewah, sama seperti Mira," ujarku senang luar biasa."Serius, Mas?" tanya Diana dengan mata berbinar. Dia sampai tidak jadi memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Benerlah, masa Mas bohong. Nanti sore pulang kerja kita langsung ke perusahan panci tempat Mira jadi reseller. Bosnya mau langsung ketemu.""Asek. Pasti mau langsung ngasih kunci rumahnya ke kamu, Mas.""Tentu, dong. Enak saja buat Mira. Dia gak ada kerjanya, cuman bisanya malu-maluin kita doang. Tapi gak papa, yang penting perjuangan kita terbayarkan.""Betul, Mas. Gak sia-sia jidatku masih sakit kena panci. Untung saja dapet hadiah. Kalua enggak, aku marah sama kamu," ujar Diana memanyunkan bibir. Lalu, wajahnya berubah berseri-seri kembali. Beruntung kami menang. Kalau kalah, Diana pasti tak akan memberiku jatah. Semua ini karena tingkah abstrak Mira. Bisa-bisanya dia memberi konsep pelakor. Tak apa, itu hanya konsep. Aku yakin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Rencana Bodoh Adam

    "Mir, maafkan aku, Mir. Aku hilaf, Sayang," ujarku mengemis di kaki Mira. Jangan sampai kehilangan tambang emasku. "Hilaf-hilaf kepalamu botak, Mas. Gampang sekali kamu bicara. Kamu pikir kesalahhanmu sama halnya kaya maling celana dalam? dasar pria titisan kadal buntung," umpat Mira tampak emosi."Maafkan Mas, Sayang. Mas dijebak Diana. Sebenarnya Mas hanya mencintai kamu.""Mas, enak saja kamu menyalahkan aku," protes Diana.Aduh, kenapa Diana tidak mengerti posisiku. Aku hanya sedang berusaha mendapatkan maaf dari MIra. Kalau sampai MIra benar-benar meminta cerai, mendadak miskin diriku. Aku mana bisa membahagiakan Diana tanpa subsidi uang dari MIra. Selama ini, uangku hampir setengahnya terkuras karena harus memberi jatah bulanan pada ibu dan adikku. Kalau bukan karena bantuan uang dari MIra, kebutuhan rumah tak akan bisa terbiayai. Kenapa aku tidak menyadari kalau istriku sangat kaya. Kalau tahu dia pemiik perusahan, aku akan ekstra hati-hati ketika berselingkuh."Ini hadiah

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Diusir

    "Sayang, kamu kenapa bawa preman ke kamar kita? lihat aku sudah menghias kamar kita. Biar kamu lebih nyaman.""Mas, kamu emang benar-benar gak punya malu. Sama sekali gak paham arti kata pergi. Nih, surat perceraian kita. Bawa. Biar kamu sadar kalau aku tak mau lagi denganmu." Mira melempar amplop putih tepat ke wajahku. "Sayang, maafkan Mas. Kita bicarakan semua ini baik-baik. Dengan kepala dingin. Usir dulu dua preman itu.""Silakan jelaskan semuanya di pengadlan, Mas. Bos perusahan besar sepertiku tak punya banyak waktu untuk mengurusmu.""Sayang, kita bicarakan dulu semuanya. Kamu akan menyesal karena meminta cerai dariku. Apa kamu mau jadi janda? lebih baik kita bicarakan dulu semuanya.""Hei, dua preman, pergi kalian. Aku harus bicara urusan rumah tangga dengan istriku," sambungku berusaha mengusir dua pereman berwajah mirip harimau ganas.Jantung ini berdebar gugup. Mati aku jika harus melawan dua preman dengan otot kekar seperti mereka. Tak habis pikir, kenapa Mira bisa terpi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bujukan Ibu Mertua

    POV Mira "Mir, buka pintunya. Ini ibu Mir." Siapa yang datang? seperti suara ibu mertuaku. Ya ampun, urusannya akan semakin ribet saja. Tak cukup menerorku lewat pesan, keluarga Mas Adam malah menemuiku. Apa Mas adam tidak memceritakan surat perceraian yang aku berikan? kenapa masih berani mengusikku? "Hei, awas. Aku mertuanya Mira. Kenapa kalian menahanku masuk." "Iya nih, siapa sih kalian!" teriak dua suara yang tak asing. Mungkn Ibu dan Ela sedang berusaha menghadapi dua penjagaku di depan. Namun, pasti sulit mengusir mereka. Anak dan ibu sama membandelnya seperti kuman dalam hidupku. Benar-benar tak tahu diri. "Siapa, Mir?" tanya Tiara yang ikut terbangun. Sejak semalam, Tiara memang menemaniku. Dia tidur di kamar tamu yang ada di rumah ini. "Kayanya mertua dan adik iparku." "Aduh. Masih pagi udah bikin rusuh aja." "Ya, begitulah, pasti ada sesuatu mangkannya mereka repot-repot ke sini." "Mungkin mereka gak mau kehilanggan kamu, Mir. Secara kamu selalu memberikan apapun

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Mengamuk

    "Arrgh, dasar menantu kurang ajar.""Iya nih. Mbak Mira mulai gila.""Kalian yang gila. Jadi manusia tidak punya rasa malu. Cepat pergi."Byur!"Arrgh!" teriakku dan Tiara yang lagi-lagi terkena siraman air yang diguyurkan Ela. Mertua dan adik iparku memang keterlaluan. Bukannya mendamaikan, malah membuat suasana semakin kacau. Beraninya mengajak berkelahi di rumahku sendiri."Ih, kalian ini... menguras emosiku saja," ucapku geregetan menahan kesal. Hampir saja aku mau melempar gelas kosong ke mereka. Beruntung Tiara Menahan."Istigfar, Mir. Kamu bukan orang jahat. Kuasai dirimu."Walaupun Tiara kadang bar-bar, tapi dia memang sahabat terbaik. Selalu mengingatkanku dalam kebaikan. Dia paling tidak mau jika aku melakukan hal yang merugikan diri sendiri. "Penjaga, cepat bawa mereka keluar," perintah Tiara."Hei, kamu gak usah ikut campur. Ini urusanku dengan menantuku. Kalian juga, para preman sialan, jangan bertingkah. Aku belum selesai memberi pelajaran pada Mira. Dia sudah kurang a

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28

Bab terbaru

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   TAMAT

    "Mas, ko, datang ke sini?" tanya Alina merangkul pria itu.Kami semua langsung bengong. Kecuali ibu mertua, sepertinya dia sudah tahu. Siapa pria itu? kelihatan sangat dekat dengan Alina."Kalian kenapa pada bengong?""Hehehe, enggak, Tante. Dia siapa Tante, kayanya Kahfi pernah ketemu.""Itu Wendi, Kahfi.""Om Wendi siapa, Mbah?""Kenalkan saya calon suaminya Alina." Pria itu menyalami kami semua. Aku cukup kaget saat dia mengenalkan diri sebagai calon suami Alina. Tapi, kabar ini cukup baik."Biasa aja dong, Mbak Mira. Jangan bengong. Katanya aku gak boleh jadi perebut suami orang terus. Ya udah, nih, aku buktiin cari pria lajang. Ya, walaupun duda anak satu. Setidaknya aku gak merebut punya orang.""Bagus dong. Mas mendukung kamu, Alina. Segeralah menikah, tak usah acara yang mewah, asal segera sah.""Iya Mas Hafidz tenang saja.""Mira, maafkan ibu kalau selana ini sering menyakiti hati kamu. Ternyata kamu ini memang perempuan yang sangat dicintai Hafidz. Ibu gak bakal tega memisa

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pusara Ibu dan Ayah

    "Ma-maksudnya Diana sudah meninggal?""Sesuai yang kalian lihat. Dia meninggal karena terkena penyakit paru-paru. Perempuan itu emang aneh, dia sendiri yang menyerahkan Salma pada kalian, tapi dia yang terus menerus meratapi anaknya.""Semua ini terjadi karena kesalahanmu juga, Max. Diana pernah datang padaku dengan kondisi banyak luka. Jangan-jangan dia meninggal karena kamu juga bersikap kasar sama dia.""Hahahaha, iya betul. Aku memang tidak suka dengan perempuan itu. Sudah aku bilang jangan mengurus bayi sialan. Dia malah berani membawanya. Bayi itu sama mengesalkan dengan Diana, berkali-kali aku coba membunuhnya tetap saja tidak berhasil. Ini semua karena kalian, orang asing yang malah ikut campur.""Ja-jadi semua ini ulah Om Max? kemarin Om bilang ibu meninggal hanya karena sakit. Ternyata ... Om jahat. Om mau membunuhku, dan juga sudah berhasil membunuh ibuku.""Kamu salah, anak cantik. Bukan hanya ibumu yang aku bunuh, bapakmu juga. Dia aku beri racun saat di penjara.""Astaga

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pulanglah, Zea

    "Kamu anak laki-laki yang bisa ayah andalkan, jaga Mamah di sini, biar Ayah yang datangi diskotik itu.""Ya elah, Yah, emang kenapa kalau Kahfi ikut. Kalau ada Kahfi bisa makin kuat ngelawan musuhnya, Kahfi ini pinter bela diri, ayah 'kan tahu Kahfi juga pernah juara di bidang pencak silat.""Bukan waktunya berdebat, Kahfi."Mas Hafidz masuk ke kamar Heri. Mereka berdua mengobrol di sana untuk membahas rencana penggerebekan. Zea harus secepatnya diselamatkan. Aku temui Kahfi di kamar tamu. Dia tampak jengkel, mukanya ditekuk, sambil murung."Ikuti kata Ayah, Kahfi Sayang. Bukan waktunya buat ngambek. Kita ada dikondisi genting.""Iya, Mah," jawab Kahfi malas. Aku tinggalkan saja dia di kamar agar bisa istirahat. ***Keesokan malamnya, Mas Hafidz dan Heri sudah mendapat informasi terkait Max. Meliputi latar belakangnya, sekilas tentang bisnis ilegalnya, dan tempat persembunyian. Menyewa detektif memang lebih cepat mendapat banyak informasi.Kami juga bersekongkol dengan pihak polisi.

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Zea Diculik

    Pov Mira"Mas, mana Zea katanya di hotel ini?" tanyaku mengedarkan pandangan ke seluruh area hotel. Mas Hafidz mengajakku bertanya pada resepsionis. "Maaf Mbak, lihat anak perempuan sekitar kelas dua SMA, pakai hijab, kulit sawo matang, namanya Zea.""Oh, Adek bernama Zea. Tadi ada di sini, Pak, katanya dia menunggu keluarganya datang. Tapi, terkahir saya lihat dia keluar dan gak balik lagi. Saya pikir sudah dijemput orang tuanya.""Astagfirulloh, jangan-jangan ada yang berbuat jahat sama Zea, Mas.""Tenang, Sayang. Kita telpon Kahfi lagi.""Hallo, Kahfi?""Iya, Yah, udah ketemu Kak Zea?""Dia gak ada di sini. Apa kamu tahu ke mana kira-kira dia pergi?""Gak ada di situ? Kahfi udah nyuruh Kakak nunggu di situ aja. Pasti ada yang culik Kakak Zea. Soalnya pas telpon dia bilang udah berhasil ngelawan orang jahat. Pasti ada yang yang gak beres, Yah.""Astagfirulloh."Persendianku semakin lemas. Baru dapat kabar bahagia, sudah dihujam kenyataan pahit. Mungkin bahaya sedang mengincar anakk

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Pov Zea

    "Ini uang buat bekal kamu di Jakarta. Kamu pergi ke alamat yang sudah Tante tulis, yah.""Beneran gak Tante ini alamat ibu kandung aku?""Iya, cari aja pria bernama Max, itu suami Ibu kamu saat ini."Sebenarnya aku ragu dengan informasi yang diberikan Tante Alina. Secara selama ini perempuan itu judes dan malah suka menjelek-jelekkanku di depan Mbah. Namun, aku juga penasaran. Mamah juga pernah bilang kalau dia dulunya tinggal di Jakarta. Jadi, bisa saja ucapan Tante Alina benar. "Ya udah, Zea pamit dulu, Tante. Nanti bilang aja sama Mamah kalah Zea ke alamat ini.""Iya, gampang. Kamu matiin aja hapenya, jangan dulu di aktifin."Aku mengangguk. Kebetulan ponselku memang sedang lowbet. Aku nekat ke Jakarta naik bis tanpa sepengetahuan Mamah dan Ayah. Kalau mereka tahu, tentu tak akan setuju. Aku memang bahagia diasuh mereka. Sama sekali tidak kekurangan kasih sayang. Tetapi, aku juga ingin bertemu orang tua kandungku. ***"Ini alamatnya?" tanyaku heran. "Ponsel? arrgh, ke mana ponse

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Zea Kabur

    "Zea buka pintunya, Sayang.""Kak Zea buka pintunya. Kita semua sayang sama Kak Zea. Jangan dengerin nenek."Berkali-kali mengetuk pintu tak ada jawaban. Aku paham, perasaan Zea pasti sangat hancur. Meski aku bukan ibu kandungnya, tetapi perasaanku juga ikut terluka. Zea sudah seperti anakku sendiri. Kenapa semuanya terbongkar dengan cara seperti ini?"Zea ... maafin Mamah, yah, Sayang," ujarku menangis. "Mah, kita biarkan Kak Zea menenangkan diri dulu, Mah. Dia pasti butuh waktu menerima semua ini."Aku hanya mengangguk lemas. Biar zea tenang dulu. Aku melangkah menjauh dari kamarnya. Ibu mertua ternyata masih menunggu untuk berdebat lagi denganku."Duduk, aku mau bicara.""Bu, pergi saja dari sini.""Kamu ngusir mertuamu sendiri?""Mira, kamu ini emang sudah gila. Terlalu membela anak pungut dibandingkan mertuamu sendiri. Akui saja kesalahanmu, dan kembalikan anak itu ke asalnya. Jangan mempersulit hidup."Aku melangkah mendekati Alina. Menjambak rambutnya. Mata melotot menatap per

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Nenek Pilih Kasih

    "Mah, Ayah apa benar?""Enggak, Sayang. Mbah lagi sakit, jadi kaya gitu.""Jangan bohong. Selama ini Zea merasa diperlakukan berbeda. Mbah selalu pilih kasih. Mbah hanya baik sama Ka Nayla, dan Kahfi. Apa mungkin Zea emang anak pungut?" Ibu mertuaku hanya diam. Wajahnya ketus tak acuh. Ini yang selalu aku takutkan. Kalau aku dan Mas Hafidz tidak ada di sini, mungkin ibu sudah membongkar semuanya. Selama ini, ibu sering keceplosan."Hust, Zea jangan berpikir yang enggak-enggak. Kita keluar aja. Kesian nenek lagi sakit.""Anak itu emang gak tahu diuntung. Aku sedang sakit, malah dia emosi. Heran. Bawa saja anak itu keluar.""Bu, jangan bicara begitu. Ibu memang sedang sakit, tapi tetap jaga perasaan cucu ibu. Jangan bicara seenaknya.""Kalian keluar saja. Biar Kahfi yang di sini. Ibu pusing liat kalian.""Kahfi, jaga nenek kamu. Mamah, Ayah, sama Kak Zea nunggu di luar."Kahfi mengangguk. Meski anak itu suka ribut dengan kakaknya, tetap saja dia sangat menyayangi Zea. Kahfi tidak ikut

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   15 Tahun Kemudian

    "Kahfi ... Ya Allah!" teriakku emosi dengan kelakuan anak bungsu. Kahfi dan Zea mirip ton dan jerry. Setiap hari selalu bercanda keterlaluan. Kejar-kejaran ke sana ke sini. Seperti hari ini, Kahfi menendang ember yang berisi pakaian yang akan di jemur. Lalu lari terbirit-birit karena di kejar kakaknya."Zea, cukup, Sayang. Kalian ini kenapa, sih. Sehari saja jangan ribut.""Hahaha, sini maju kalau berani. Ah, kakak payah.""Dasar adik durhaka. Kamu yang salah, malah berani-beraninya nantangin.""Emangnya ada apa sih?""Itu, Mah, Adek liat video mesum.""Bohong, Mah. Wah, Kakak suka membalikan fakta. Yang ada, kakak tuh, ketahuan mojok di sekolah sama cowok berandalan.""Namanya Rey, enak aja kamu sebut cowok berandalan.""Emang dia cowok berandalan. Kakak aja yang mau dibego-begoin.""Wah, mulutnya minta digeplak sendal swallow, sini kamu."Dua anak itu tidak kapok mendengar teriakanku. Terus berlarian ke sana ke mari. Aku kejar mereka, lalu menjewer kuping keduanya."Kalian ini.""A

  • Kujual Suamiku di Status Facebook   Bahagia Punya Tiga Pelita

    "Mas, ibu gak dikejar?""Gak usah, besok Mas bicara lagi sama ibu. Gak biasanya ibu kaya gitu. Semoga perlahan ibu bisa menerima.""Aamiin. Maaf yah, Mas.""Kenapa minta maaf, Sayang?" "Ya, kamu sama ibu jadi ribut gara-gara aku.""Bukan gara-gara kamu, Sayang. Kita hadapi bersama yah. Apapun sekuensi mengadopsi Zea. Toh, niat kita baik. Allah maha tahu."Aku peluk suamiku. Mencium pipinya tanda cinta. Bahagianya punya suami sangat bijaksana. Karunia terindah yang pernah aku miliki. Setiap rumah tangga pasti ada badainya. Tidak ada yang baik-baik saja. Jika ada keluarga yang terlihat sangat harmonis, itu tandanya komunikasi antar anggota keluarga berjalan baik. Adanya komunikasi, bisa membuat kita saling memahami, dan menghargai. *****"Sayang, bentar liatin adek Kahfi dulu yah.""Siap, Mah."Aku kebelet ke toilet. Nikmat sekali punya anak bayi dan balita. Padahal, Salwa sudah diurusi pembantu rumah ini. Tetap saja aku kewalahan. Makan tidak tenang, mau mandi saja kerepotan. Masih

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status