Share

permintaan Bu Miranti

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Om, Kinanti mohon Om jangan cerita sama Papa ya. Ini biar jadi masalahnya Kinan saja. Jadi Papa nggak perlu tau," ucap Kinan memelas pada pengacara keluarga nya itu yang bernama Pak Agus.

"Sebenarnya itu memang hak klien, Om memang tidak perlu untuk mengatakan hal apa pun kepada orang lain termasuk Papa kamu." Kinanti dapat bernapas lega karena ia sebenarnya juga takut kalau sang papa akan mengetahui semuanya.

"Tapi Om sebagai pengacara Pak Anggoro cuma bisa mengingatkan saja. Lebih baik Kamu batalkan niat kamu untuk menikah dengan pria itu. Karena Om melihat lelaki itu cuma mau harta saja. Dia itu tidak bukan pria baik-baik. Apalagi Ibunya. Mereka itu matre. Dia tidak tulus mencintai kamu Kinanti," imbuh Pak Agus menasehati Kinanti panjang lebar agar Kinanti paham dengan apa yang diucapkan Pak Agus.

Kinanti yang mendengar ucapan Pak Agus pun menepis semua omongan yang diucapkan Pak Agus barusan.

"Itu cuma perasaan Om Agus saja. Mas Aldo nggak seperti itu kok, Om. Mas Aldo dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   aku bukan babu kalian!

    "Iya Kinan, Ibu sama Aldo bisa naik taksi kok. Tapi … anu ….""Kenapa, Bu?""Ibu dan Aldo gak punya uang buat naij taksi. Emmm maaf kalau merepotkanmu, Nak, bisa gak kalau kita pinjam dulu uang buat naik taksi? Kamu kan tau kalau uang gaji Aldo itu dikuasai sama Citra sialan itu." Mimik wajah Bu Miranti dibuat sesedih mungkin agar Kinanti mempercayainya. "Oh, iya Ibu tenang saja. Ini Kinanti ada kok. Maaf ya hanya bisa kasih segini soalnya belum narik lagi uang di ATM." Kinanti menyerahkan sepuluh lembar uang berwarna merah pada Bu Miranti. Mendadak wajah tua yang tampak kuyu karena beberapa hari berada di dalam penjara itu seketika berbinar. "Ya ampun terimakasih ya, Kinanti. Kamu memang calon menantu yang terbaik buat Ibu. Memanglah si Aldo ini gak pernah salah pilih." Kinanti tersenyum mendengar ucapan Bu Miranti. Ia pun berpamitan sembari mencium takzim tangan calon mertuanya itu. "Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya., "Ya sudah hati-hati ya, Sayang. Ibu doakan semoga uru

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   kedatangan Raya

    "Nama kamu Citra kan? Ya jelas nyuruh kamu lah." "Aku? Ogah! Suruhlah sana calon menantumu yang katanya baik dan terhormat itu. Aku bukan babu kalian!"Citra pergi berlalu meninggalkan Bu Miranti dan juga Aldo. Citra memasuki kamarnya dan tidak lupa mengunci pintu kamar agar tidak diganggu oleh kedua orang yang sangat menyebalkan menurut Citra. Brak! CeklekCeklek"Lihat tuh, Do! Kelakuan istri kamu itu gak ada sopan-soapannya sama orang tua! Kerjanya memvangkang saja! Sudahlah lebih baik kamu ceraikan saja dia. Dasar istri gak berguna bisanya cuma nyusahin saja." "Ck, sudahlah, Bu, biarkan saja dulu. Ibu lapar kan? Yuk kita beli maka pakai uang yang dikasih Kinanti tadi. Masih ada kan?""Ya masih lah. Gila aja kalau sudah habis masa iya cuma buat bayar ongkos taksi aja langsung habis.""Ya kali kan biasanya juga begitu. dikasih uang langsung deh habis.""Jadi kamu mulai hitung-hitungan sama Ibu, Do?""Ya, ya enggak begitu maksud Aldo, Bu. Aldo cuma …." "Halah, dahlah, nih sana k

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   jepitin aja sana ke pintu, Mas!

    "Istri kamu belum keluar juga dari kamar? Kenapa gak minta dia aja sih yang bersihkan. Benar-benar istri tak berguna.""Kelamaan nunggu dia. Udahlah sana istirahat soalnya aku juga mau istirahat. Badanku capek semua."Bu Miranti dan Raya pun akhirnya mengangguk dan mereka beranjak ke dalam kamar yang berada tak jauh dari meja makan tersebut karena memang jarak kamar utama dengan kamar kosong itu memang cukup jauh. Jika kamar utama ada di sebelah ruang tamu maka kamar yang akn digunakan Bu Miranti dan Raya ada di sebelah ruang makan yang gabung dengan dapur. Setelah memastikan Ibu dan Adiknya masuk ke dalam kamar, Aldo juga bergegas untuk masuk ke kamarnya. Entahlah, rasanya malam ini dia tengah berhasrat dan minta untuk dituntaskan sekarang juga. Aldo pun menyusul Citra ke kamarnya, ia menggedor-gedor pintu kamarnya dengan Citra, tetapi tak kunjung dibukakan oleh Citra. DokDokDok"Cit, buka pintunya!"Agak lama Aldo menunggu tetapi Citra tak kunjung keluar juga. TokTokTokAldo

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   memangnya anak Ibu memberikan hakku dengan layak?

    'Bodo amat dah, teriak-teriak aja sana sesuka hati lu,' gumam Citra lalu ia melanjutkan tidurnya. Ia menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya. "Dasar mantu gendeng. Dibangunin dari tadi nggak bangun-bangun!"Bu Miranti menggerutu karena membangunkan Citra yang tak kunjung bangun. "Ada apa sih, Bu, berisik banget aku kan kebersisikan nih. Mana sebentar lagi harus berangkat kerja lagi.""Itu lho istri kamu jam segini kok ya gak bangun-bangyn.""Jangankan Ibu, lha aku aja tadi malam dikunciin dari luar mana gak bisa masuk kamar.""Memanglah istri kamu itu perempuan sialan!""Dah ah biarin aja. Aku mau tidur lagi jangan berisik!""Tapi sarapannya gimana?""Halah nanti Ibu beli aja di depan sana. Kalau aku gampang nanti sarapan di kantor aja.""Yaudahlah terserah kamu aja." Akhirnya Bu Miranti kembali masuk ke kamarnya dan kembali tidur.Tanpa Citra sadari, ternyata matahari sudah menunjukkan dirinya untuk semua orang. Ia bergegas bangun dan melihat jam. Ternyata sudah puku

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   mertua celamitan

    Bu Miranti masih senantiasa duduk di kursi seberangan dengan Citra. Ia berkali-kali mengelap mulutnya. "Uhuk uhuk uhuk." Citra tersedak saat ia memakan gorengan bakwan. Citra bergegas mengambil minum dan meninggalkan nasi uduk yang masih mengepul di atas meja. "Kualat kan kamu sama orang tua!" Bu Miranti mengambil nasi saat Citra sedang mengambil air minum. Saat masuk suapan pertama, Bu Miranti kepedasan dengan nasi uduknya. Bu Miranti kalang kabut saat mulutnya terasa terbakar akibat nasi uduk yang ia makan. Memang Bu Miranti tidak bisa makan pedas. Sedangkan Citra sangat suka sekali sama rasa pedas. Bahkan, bisa sampai level ke lima belas tingkat rasa pedasnya. "Hah hah hah! Air mana air!" Bu Miranti berjalan ingin mengambil air untuk berkumur, tetapi ia menabrak apa pun yang ada di depannya karena sangking panasnya mulut Bu Miranti. "Citra! Gayungnya mana ini? Airnya juga abis lagi. Hah hah hah," teriak Bu Miranti menjulurkan lidahnya sudah mirip seperti anjing. "Nih, aku amb

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   kerjaan tersembunyi Citra

    "Lah, kan memang Citra suka pedas kok! Nggak ada tuh sangkut pautnya sama Ibu. Makanya, kalau Ibu mau tuh ya beli sendiri, jangan ngerusuhin punya orang lain. Hahaha"Bu Miranti yang merasa kesal dengan sang menantu pun meninggalkan nya sendiri di meja makan. Bu Miranti bergegas pergi ke kamarnya untuk berkumur menggunakan air minum yang dibeli Aldo tadi malam. "Awas kamu ya, Cit! Akan Ibu adukan kamu sama Aldo! Biar diberi pelajaran smaa Aldo!""Ibu pikir aku takut sama suami mokondo kayak Mas Aldo? Cih! Adukan aja sana!""Awas aja kamu. Aku akan buat perhitungan! Aku gak akan tinggal diam.""Ya, ya, ya, mengadu lah sana. Dipikir aku takut apa. Dah ah, aku mau ke kamar dulu mau lanjutin bobo cantik dulu. Bye." Citra pun masuk kembali ke dalam kamarnya dan tak lupa ia menhunci pintu. Ia hanya alasan saja kalau akan melanjutkan tidurnya padahal dia bukan akan tidur melainkan melakukan pekerjaannya yakni, menulis.Setelah kejadian itu, Bu Miranti minta diantar oleh Aldo pulang ke rumah

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   disita rentenir

    "Citra! Di mana kamu, Cit. Citra!" Aldo berteriak memanggil Citra saat ia sampai di rumah. Sementara itu Citra tengah duduk di ruang tamu yang ada televisinya. Beruntung televisi itu sudah lcd jadi sudah cukup enak dipandang mata. Citra yang merasa terganggu dengan suara Aldo pun berdecak. "Ck! Apaan sih, Mas. Ini bukan hutan ya, Mas, nggak usah teriak-teriak kenapa sih!" Citra menyilangkan tangannya di dada. "Kamu habis apain Ibu ha?""Apaan sih, Mas. Aku ngapain Ibu coba!""Udah deh Cit, kamu ngaku aja. Tadi Ibu udah cerita kok sama aku. Jadi, kamu jangan pura-pura nggak tau ya!""Ooh, kalau udah tau kenapa masih nanya?""Aku mau minta kejelasannya aja sama kamu.""Coba katakan memangnya apa yang Ibu katakan sama kamu?""Katanya kamu ngasih makan Ibu makanan pedas? Kamu kan tau kalau Ibu nggak bisa makan pedas? Terus kenapa kamu ngasih Ibu makanan yang pedas ha?!""Duh Mas. Bisa nggak kalau nggak pakai teriak-teriak? Sakit tau telinga aku." Citra menggosok-gosok telinganya yang b

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   terpaksa mengungsi

    "Bu, Ibu." Aldo membuka pintu rumah Bu Miranti yang tidak terkunci. Terlihat Bu Miranti sedang bingung memikirkan bagaimana caranya ia membayar semua hutang-hutangnya pada rentenir itu. "Do, gimana ini Do? Ibu nggak mau rumah ini disita Do. Ini rumah Ibu satu-satunya.""Lagian Ibu kenapa bisa ambil hutang begitu banyak gak tanya tanya dulu sama aku sih, Bu?" Aldo mengacak kasar rambutnya. Yah, setelah kepergian Aldo menuju ke rumah sang Ibu. Bu Miranti kembali menelpon dan Aldo menanyakan memangnya Bu Miranti berhutang sberapa banyak. Bu miranti mengatakan hutangnya sih hanya lima puluh juta tapi bunganya mencapai separuhnya jadi total yang harus dibayar adalah seratus juta. "Kan Ibu udah bilang kalau adik kamu butuh biaya buat kulaihnya Do. Kalau dia nggak bayar ya nggak bisa ikut semester. Ngandelin duit gaji kamu ya entah kapan lunasnya. Gimana Do?""Gimana kalau minta tolong sama Kinanti, Bu?"Bu Miranti menatap Aldo dengan berharap Kinanti dapat membantunya. "Iya juga ya, kena

Latest chapter

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 129

    "Ah! Apa itu mas Alex??" gumamnya yang langsung bangkit dari duduknya, "Gawat! Aku harus cepat sembunyi!"Seketika saja wanita itu mengerjap, debaran jantungnya tak karuan mendengar derap langkah yang mendekati rumah tersebut. Kinanti merapatkan kedua tangannya lalu memegangi dadanya yang semakin terasa tak karuan.Bagaimana tidak? Hari-hari yang dijalani mereka awalnya sangat bahagia, Kinanti sangat bersyukur karena mendapatkan suami yang sangat pengertian dan selalu memanjakannya, fisik maupun batin.Akan tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alex semua mulanya berjalan dengan baik dan bahkan bahagia, Kinanti selalu mendapat perlakuan manis dari Alex yang sangat menyayanginya, begitupun sebaliknya. Akan tetapi hal itu rupanya tidak berjalan lama karena ternyata Kinanti salah menilai Alex sebagai suami barunya, kehidupan rumah tangganyapun tak berjalan seperti apa yang diharapkan olehnya selama ini.Tak dapat terbayangkan pula jika nasib Kinanti akan hancur seperti

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 128

    Nugroho pun mengerjapkan kedua bola matanya dengan cepat. Dia mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya di depan matanya tersebut.Tanpa disadarinya pandangannya pun menyapu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki Abey. "Menantu? Hmm ... boleh juga rupanya," batin Nugroho.Namun, sekejap kemudian Nugroho kembali tersadar bahwa apa yang dilakukannya itu terlalu gegabah. "Astaga, baru juga ketemu. Mikir apa sih aku ini?" batinnya membantah penilaiannya barusan, karena bagaimanapun juga dia ingin yang terbaik untuk Citra tapi tidak ingin memaksakan kehendaknya.Merespon sapaan dari Abey tersebut Nugroho pun jadi tertawa terbahak-bahak dan bersedekap. "Boleh juga keberanianmu, ya!" ucap pengusaha sukses tersebut sambil menepuk-nepuk bahu pemuda yang ada di hadapannya.Wajah Abey yang sudah mereda pun jadi memerah lagi. Sejenak dia juga merututi dirinya sendiri mengapa bisa sampai seberani itu.Namun, kemudian yang ia dengar adalah sahutan dari sang Ibu dan juga sahabat

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 127

    Bahkan Abey tidak seolah terbungkam dan tak mampu berkata-kata lagi saat menanggapi tekanan dari perempuan yang diharapkannya menjadi calon mertua tersebut. Ingin rasanya dia berteriak menyuarakan batinnya, "Tante, kita bukan udah kenal lagi, tapi saling suka! Iya benar, Citra juga bilang suka aku!"Namun, alih-alih bisa bersuara, Abey pun mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tatkala melihat sosok yang dari tadi bersemayam di kepalanya itu muncul tertangkap ekor matanya.Sedetik kemudian, terdengar juga suara Citra yang berseru, "Mama!""Eh? Sebentar ya, Sar," ucap Arumi pada temannya untuk menanggapi panggilan sang anak terlebih dahulu, "Apa, Sayang?"Kali ini giliran Citra yang syok sampai rahangnya menganga terbuka. Kedua bola matanya saling tatap dengan seorang pria tampan yang berdiri terpaku di tengah taman rumahnya.Citra mengibaskan kepalanya, berusaha menghalau gambaran di depan mata kepalanya yang dikiranya sebagai halusinasi itu."Lho, kok malah bengong? Kenapa lagi sih, Sayang

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 126

    Abey masih tak bergeming sama sekali. Pikirannya sungguh sangat tak menentu saat ini. Tidak, tetapi rasanya otaknya sudah eror!Bagaimana bisa alamat yang dikirimkan oleh mamanya itu adalah alamat yang sama dengan rumah Citra, wanita yang sangat ia cintai?!Bahkan titik di mana mamanya berada benar-benar tepat di titik di mana rumah Citra itu.Saat ini Abey masih berada di depan rumah Citra. Sedari tadi, saat wanitanya itu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Abey masih tak bergerak atau menjalankan mobilnya sama sekali.Selagi menunggu balasan dari mamanya agar mengirim lokasi di mana rumah teman mamanya berada, Abey tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.Tetapi apa daya jika yang ia dapatkan sangat mengejutkan seperti ini?!"Ini ... tak mungkin 'kan teman mama itu ...," ucap Abey yang menggantung, kembali menoleh dan megamati rumah mewah milik keluarga Citra dengan seksama."Atau jangan-jangan teman Mama itu adalah ibunya Citra?" gumamnya lirih menyambung ucapannya yang mengg

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 125

    Seketika Citra membeku di tempat hanya karena mendengar pertanyaan dari Abey perihal isi hatinya. Perasaan kikuk kembali menghantui. Sejenak wanita itu menimbang, mau tetap menyembunyikan perasaan dan membuat Abey menunggu atau terus terang saat ini juga.Namun, bersamaan dengan itu Citra sadari rupanya dia sudah berada di dekat area rumah, tanda jika dirinya harus kembali menerangkan arah jalan."Itu, setelah patung di depan itu kamu belok kanan," ucap Citra menerangkan. Dia tak mau membuat dirinya dan Abey berakhir kebablasan sehingga harus mencari rute untuk berputar. Jalanan masih cukup ramai, akan sedikit sulit mengambil jalan putar. Apalagi perlu beberapa meter lagi baru mereka akan menemukan tempat untuk berbelok."Ah, jadi daerah sini? Kalau daerah sini aku pernah datang. Aku ingat dulu pernah diajak temanku ke sini. Kebetulan rumah temanku ada di perumahan itu, yang itu." Dengan cepat Abey menunjuk sebuah komplek perumahan tak jauh dari lokasi mereka. Komplek itu cukup besar

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 124

    Sepanjang perjalanan Citra hanya bisa menyalahkan dirinya dan pikirannya yang tumpul. Terlalu penakut hanya karena kegagalan cinta di masa lalu.Sadar akan dirinya yang masih ditunggui oleh Abey, Citra pun berusaha keras mengusir segala rutukan yang hanya memenuhi isi kepala itu."Sudahlah," desis Citra pelan sembari mulai menata meja kerjanya. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali berjalan keluar dari ruangan untuk kemudian menghampiri Abey yang sejak tadi masih berada di parkiran.Sementara itu, di tempatnya Abey menunggu dengan resah. Hawa panas dan dingin seolah menyerang jiwanya secara bersamaan."Sial. Kenapa aku harus bertindak gegabah, sih? Kenapa aku harus terburu-buru seperti ini? Citra pasti kecewa sekali. Mana mungkin dia mau menerimaku kalau begini caranya! Mengungkapkan perasaan di lahan parkir? Sungguh? Oh my God! Good job, Abey. Kamu telah menghancurkan semua," sinis Abey pada dirinya sendiri. Pria itu seperti kehilangan harapan sekarang."Ah, tidak apa-apa lah. To

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 123

    Citra yang merasa penasaran dengan ajakan Abey pun tanpa pikir panjang mengikuti langkah pria itu. Entah mengapa hari ini Citra mendadak berubah menjadi wanita penurut karena hati yang selalu terasa enggan menolak setiap ajakan yang Abey layangkan. Namun, jujur saja hal itu sama sekali tak membuat Citra resah. Justru berada di samping Abey selalu membuat Citra nyaman dan betah.Sekilas Citra mencuri tatap ke arah Abey yang masih setia berjalan di sisinya. Melihat pria itu dari dekat benar-benar mampu mendebarkan dada Citra. Juga pipi wanita itu yang perlahan menampakkan ronanya.Abey menghentikan langkah saat tubuhnya sudah benar-benar tiba pada lokasi tujuan. Begitu pula dengan Citra yang sejak tadi mengikuti laju kaki Abey.Sejenak Abey berdehem pelan, berusaha keras menetralisir rasa gugup yang melingkupi jiwa. Setelahnya Abey memberanikan diri memutar tubuh menghadap Citra yang sebenarnya sejak tadi sudah menunggu kalimat apa yang hendak pria di sampingnya itu katakan."Emm, Citra

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 122

    "Apa maksud, Mama?!" pekik Raya.Saat ini Raya sudah mengerutkan dahinya dengan kasar. Tentu saja ia berharap apa yang dikatakan mamanya tadi adalah mimpi dan dia hanya salah dengar saja.Berjualan makanan? Raya tidak gila untuk melakukan semua itu! God, demi apapun, Raya tak mau!"Apa kamu masih tidak paham dengan apa yang mama maksud, huh?" desis tajam Miranti yang menatap Raya dengan bengis. "Tentu saja kita harus hidup, Raya! Kita harus makan dan punya uang. Memangnya kamu pikir kita memiliki uang untuk makan jika kita tidak mencarinya?!"Dengan marah dan masih mencoba untuk mengeluarkan semua bahan-bahan makanan yang tersisa, Miranti kembali mengomeli putrinya itu."Dan kamu!" Miranti menunjuk Raya dengan tajam, ia marah saat ini. "Bagaimana bisa kamu kehilangan uang itu, tabunganmu!"Plaaakk ...!!!"Aaakhh ...! Mama! Kenapa mama memukul Raya?!" Lengan Raya dipukul cukup keras dengan Miranti yang kini sudah memelototinya."Tentu saja ini juga salahmu!"Raya mengerutkan dahinya. "

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 121

    "Ugh ...."Miranti mulai merasakan pening di kepalanya. Bahkan rasanya saat ini bagian kepalanya sudah sangat besar, hampir pecah.Melenguh kesakitan dan sedikit mengerutkan dahi, Miranti mulai sadar. Membuka matanya dan cahaya remang-remang mulai masuk ke dalam pandangannya.'Sepertinya aku baru saja pingsan,' gumam Miranti sembari merintih, memegangi rambut kepalanya dengan erat. Sial, peningnya masih saja menjadi!"Mama ... Mama sudah bangun?"Seketika Miranti langsung menoleh ke arah sumber suara yang masuk ke dalam pendengarannya itu. Itu adalah Raya, putri semata wayangnya. Putrinya itu sedang mengipasi dirinya dengan raut wajah yang cukup khawatir."Ughh ...," lenguh Miranti kembali sembari mencoba untuk bangun.Dibantu dengan Raya, ia mulai mendudukkan diri di ranjang tempat kamar tidur pribadinya. "Hati-hati, Ma, sepertinya kepala Mama masih berat," ucap Raya seraya membantu ibunya itu.Itu benar. Kepalanya masih sangat pusing."Kamu sudah kembali?" tanya Miranti sedikit deng

DMCA.com Protection Status