Beranda / Romansa / Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar / memangnya anak Ibu memberikan hakku dengan layak?

Share

memangnya anak Ibu memberikan hakku dengan layak?

Penulis: Vyra Fame
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
'Bodo amat dah, teriak-teriak aja sana sesuka hati lu,' gumam Citra lalu ia melanjutkan tidurnya. Ia menarik selimut yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Dasar mantu gendeng. Dibangunin dari tadi nggak bangun-bangun!"

Bu Miranti menggerutu karena membangunkan Citra yang tak kunjung bangun.

"Ada apa sih, Bu, berisik banget aku kan kebersisikan nih. Mana sebentar lagi harus berangkat kerja lagi."

"Itu lho istri kamu jam segini kok ya gak bangun-bangyn."

"Jangankan Ibu, lha aku aja tadi malam dikunciin dari luar mana gak bisa masuk kamar."

"Memanglah istri kamu itu perempuan sialan!"

"Dah ah biarin aja. Aku mau tidur lagi jangan berisik!"

"Tapi sarapannya gimana?"

"Halah nanti Ibu beli aja di depan sana. Kalau aku gampang nanti sarapan di kantor aja."

"Yaudahlah terserah kamu aja." Akhirnya Bu Miranti kembali masuk ke kamarnya dan kembali tidur.

Tanpa Citra sadari, ternyata matahari sudah menunjukkan dirinya untuk semua orang. Ia bergegas bangun dan melihat jam. Ternyata sudah puku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   mertua celamitan

    Bu Miranti masih senantiasa duduk di kursi seberangan dengan Citra. Ia berkali-kali mengelap mulutnya. "Uhuk uhuk uhuk." Citra tersedak saat ia memakan gorengan bakwan. Citra bergegas mengambil minum dan meninggalkan nasi uduk yang masih mengepul di atas meja. "Kualat kan kamu sama orang tua!" Bu Miranti mengambil nasi saat Citra sedang mengambil air minum. Saat masuk suapan pertama, Bu Miranti kepedasan dengan nasi uduknya. Bu Miranti kalang kabut saat mulutnya terasa terbakar akibat nasi uduk yang ia makan. Memang Bu Miranti tidak bisa makan pedas. Sedangkan Citra sangat suka sekali sama rasa pedas. Bahkan, bisa sampai level ke lima belas tingkat rasa pedasnya. "Hah hah hah! Air mana air!" Bu Miranti berjalan ingin mengambil air untuk berkumur, tetapi ia menabrak apa pun yang ada di depannya karena sangking panasnya mulut Bu Miranti. "Citra! Gayungnya mana ini? Airnya juga abis lagi. Hah hah hah," teriak Bu Miranti menjulurkan lidahnya sudah mirip seperti anjing. "Nih, aku amb

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   kerjaan tersembunyi Citra

    "Lah, kan memang Citra suka pedas kok! Nggak ada tuh sangkut pautnya sama Ibu. Makanya, kalau Ibu mau tuh ya beli sendiri, jangan ngerusuhin punya orang lain. Hahaha"Bu Miranti yang merasa kesal dengan sang menantu pun meninggalkan nya sendiri di meja makan. Bu Miranti bergegas pergi ke kamarnya untuk berkumur menggunakan air minum yang dibeli Aldo tadi malam. "Awas kamu ya, Cit! Akan Ibu adukan kamu sama Aldo! Biar diberi pelajaran smaa Aldo!""Ibu pikir aku takut sama suami mokondo kayak Mas Aldo? Cih! Adukan aja sana!""Awas aja kamu. Aku akan buat perhitungan! Aku gak akan tinggal diam.""Ya, ya, ya, mengadu lah sana. Dipikir aku takut apa. Dah ah, aku mau ke kamar dulu mau lanjutin bobo cantik dulu. Bye." Citra pun masuk kembali ke dalam kamarnya dan tak lupa ia menhunci pintu. Ia hanya alasan saja kalau akan melanjutkan tidurnya padahal dia bukan akan tidur melainkan melakukan pekerjaannya yakni, menulis.Setelah kejadian itu, Bu Miranti minta diantar oleh Aldo pulang ke rumah

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   disita rentenir

    "Citra! Di mana kamu, Cit. Citra!" Aldo berteriak memanggil Citra saat ia sampai di rumah. Sementara itu Citra tengah duduk di ruang tamu yang ada televisinya. Beruntung televisi itu sudah lcd jadi sudah cukup enak dipandang mata. Citra yang merasa terganggu dengan suara Aldo pun berdecak. "Ck! Apaan sih, Mas. Ini bukan hutan ya, Mas, nggak usah teriak-teriak kenapa sih!" Citra menyilangkan tangannya di dada. "Kamu habis apain Ibu ha?""Apaan sih, Mas. Aku ngapain Ibu coba!""Udah deh Cit, kamu ngaku aja. Tadi Ibu udah cerita kok sama aku. Jadi, kamu jangan pura-pura nggak tau ya!""Ooh, kalau udah tau kenapa masih nanya?""Aku mau minta kejelasannya aja sama kamu.""Coba katakan memangnya apa yang Ibu katakan sama kamu?""Katanya kamu ngasih makan Ibu makanan pedas? Kamu kan tau kalau Ibu nggak bisa makan pedas? Terus kenapa kamu ngasih Ibu makanan yang pedas ha?!""Duh Mas. Bisa nggak kalau nggak pakai teriak-teriak? Sakit tau telinga aku." Citra menggosok-gosok telinganya yang b

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   terpaksa mengungsi

    "Bu, Ibu." Aldo membuka pintu rumah Bu Miranti yang tidak terkunci. Terlihat Bu Miranti sedang bingung memikirkan bagaimana caranya ia membayar semua hutang-hutangnya pada rentenir itu. "Do, gimana ini Do? Ibu nggak mau rumah ini disita Do. Ini rumah Ibu satu-satunya.""Lagian Ibu kenapa bisa ambil hutang begitu banyak gak tanya tanya dulu sama aku sih, Bu?" Aldo mengacak kasar rambutnya. Yah, setelah kepergian Aldo menuju ke rumah sang Ibu. Bu Miranti kembali menelpon dan Aldo menanyakan memangnya Bu Miranti berhutang sberapa banyak. Bu miranti mengatakan hutangnya sih hanya lima puluh juta tapi bunganya mencapai separuhnya jadi total yang harus dibayar adalah seratus juta. "Kan Ibu udah bilang kalau adik kamu butuh biaya buat kulaihnya Do. Kalau dia nggak bayar ya nggak bisa ikut semester. Ngandelin duit gaji kamu ya entah kapan lunasnya. Gimana Do?""Gimana kalau minta tolong sama Kinanti, Bu?"Bu Miranti menatap Aldo dengan berharap Kinanti dapat membantunya. "Iya juga ya, kena

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   kaya tapi pelit

    Akhirnya Citra pun melanjutkan kegiatannya dengan perasaan kesal tanpa mau membantu untuk membawakan tas besar milik ibu mertua dan adik iparnya. Ia juga harus mempersiapkan hati, otak dan juga fisik karena pastinya setelah ini akan selalu ada peperangan antara dirinya dan juga Ibu mertua dan Aldo. ***Sejak Bu Miranti kehilangan rumah, Kinanti jadi semakin sering mendatangi Bu Miranti di rumah Aldo. Ia tanpa malu untuk datang ke rumah Aldo sementara sedang ada Citra di sana. Kinanti mengajak Bu Miranti dan juga Raya untuk merayakan kepulangannya dari penjara meskipun saat ini Bu Miranti sudah kehilangan rumah satu-satunya itu. "Ck! Ngapain sih kutu kupret itu ke sini? Bikin sakit mata aja liatnya." Citra yang berada di dapur melihat kedatangan Kinanti untuk mengajak mertua dan iparnya berbelanja. Akhirnya Citra yang tidak ingin melihat Kinanti, ia masuk ke dalam kamar dan berselancar di dunia maya hingga Bu Miranti, Raya, dan juga Kinanti meninggalkan rumah itu. "Ayo Mbak Kina

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   atur saja uangmu sendiri, Mas!

    "Wah, kalian habis dari mana?" tanya Aldo yang baru saja pulang bekerja sedangkan Citra sedang menonton televisi. "Ini Do, Kinanti habis ajak Ibu dan juga Adikmu belanja. Nih belanjaan kita." Bu Miranti menunjukkan paper bag yang ia tenteng. Raya pun tak mau kalah dengan sang Ibu. Ia pun menunjukkan paper bag yang ia bawa. "Nih Mbak kamu liat dong, kita habis belanja lho. Mbak Kinanti yang traktir kita. Baiknya calon Kakak ipar aku," antusias Raya sembari memperlihatkan paper bag nya pada Aldo. Citra yang sedang asyik menonton tidak mempedulikan apa yang mereka ucapkan. Citra pun beranjak dari depan televisi menuju kamarnya karena malas mendengarkan bualan keluarga toxic itu. Namun, karena ia merasa haus akhirnya Citra memutuskan untuk mengambil minum ke dapur. Merasa dicuekin, Raya memonyongkan bibirnya. "Mas, aku punya rencana sama Ibu. Gimana kalau kita nikah siri diam-diam saja tanpa tahu Mbak Citra? Nanti biar aku yang ngomong sama Papa kalau aku terlanjur hamil," ucap Kin

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   aku bukan babu kalian!

    "Citra! Jangan kurang ajar kamu! Ambil uang itu dan atur semua kebutuhan rumah! Cukup gak cukup harus cukup!" hardik Aldo sembari menatap tajam pada Citra karena ia sudah dengan beraninya menghamburkan uang yang Aldo berikan tadi ke lantai. "Kamu pikir kamu siapa bisa memaksaku? Aku tak butuh uangmu, Mas! Kamu pikir sehebat apa dirimu sampai-sampai aku seperti pengemis terhadapmu.""Benar-benar kamu ya, Cit! Sudah berani membangkang rupanya.""Kalau iya kenapa memangnya? Kamu saja berani nyakitin aku. Jelas saja aku berani membangkang. Jangan kamu pikir aku akan takut sama kamu ya!""Heh Citra, mau jadi istri durhaka kamu? Ingat Cit, surga kamu itu ada di bawah kaki Aldo. Jadi jangan pernah kamu membangkang sama Aldo!""Kalian pikir, kalian nggak dzalim sama aku? Kalian rampas hakku. Kalian pikir uang satu juta akan cukup untuk kebutuhan satu bulan? Kalau kalian merasa uang satu juta akan cukup untuk satu bulan, silahkan kalian saja yang mengaturnya. Aku mah ogah!"Citra pun meningga

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   beli saja pakai uang kalian sendiri

    Citra pun tak memperdulikan Bu Miranti dan juga Raya. Ia mengangkat bahunya pertanda ia masa bodoh dengan semua itu sembari menyunggingkan senyuman sinisnya. Bu Miranti mengambil kembali belanjaan yang ia letakkan di atas meja. Lalu membawanya ke dapur dan bergegas untuk masak. Dengan cepat Bu Miranti menyelesaikan memasaknya. Ia menaruh makanan yang sudah jadi ke maja makan dan tidak lupa menutupnya dengan tudung saji. "Ibu sudah masak?" tanya Aldo mendaratkan bokongnya di kursi makan yang berada di dapur. "Sudah, nih baru mateng." Bu Miranti menaruh piring yang berisi telur dan terong balado. Aldo dan Raya mengerutkan dahinya melihat masakan sang Ibu. "Kok Ibu cuma masak telur sama terong sih?" protes Raya kepada sang Ibu. "Iya, Bu, kok Ibu cuma masak ini saja?" Aldo pun ikut memprotes sang Ibu. "Iya, kita harus ngirit, gaji kamu kan cuma sedikit." Bu Miranti mengambil nasi dan juga lauknya ke dalam piring. "Kalo sama Citra paling nggak menunya itu ayam atau nggak ya ikan.

Bab terbaru

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 129

    "Ah! Apa itu mas Alex??" gumamnya yang langsung bangkit dari duduknya, "Gawat! Aku harus cepat sembunyi!"Seketika saja wanita itu mengerjap, debaran jantungnya tak karuan mendengar derap langkah yang mendekati rumah tersebut. Kinanti merapatkan kedua tangannya lalu memegangi dadanya yang semakin terasa tak karuan.Bagaimana tidak? Hari-hari yang dijalani mereka awalnya sangat bahagia, Kinanti sangat bersyukur karena mendapatkan suami yang sangat pengertian dan selalu memanjakannya, fisik maupun batin.Akan tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alex semua mulanya berjalan dengan baik dan bahkan bahagia, Kinanti selalu mendapat perlakuan manis dari Alex yang sangat menyayanginya, begitupun sebaliknya. Akan tetapi hal itu rupanya tidak berjalan lama karena ternyata Kinanti salah menilai Alex sebagai suami barunya, kehidupan rumah tangganyapun tak berjalan seperti apa yang diharapkan olehnya selama ini.Tak dapat terbayangkan pula jika nasib Kinanti akan hancur seperti

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 128

    Nugroho pun mengerjapkan kedua bola matanya dengan cepat. Dia mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicaranya di depan matanya tersebut.Tanpa disadarinya pandangannya pun menyapu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki Abey. "Menantu? Hmm ... boleh juga rupanya," batin Nugroho.Namun, sekejap kemudian Nugroho kembali tersadar bahwa apa yang dilakukannya itu terlalu gegabah. "Astaga, baru juga ketemu. Mikir apa sih aku ini?" batinnya membantah penilaiannya barusan, karena bagaimanapun juga dia ingin yang terbaik untuk Citra tapi tidak ingin memaksakan kehendaknya.Merespon sapaan dari Abey tersebut Nugroho pun jadi tertawa terbahak-bahak dan bersedekap. "Boleh juga keberanianmu, ya!" ucap pengusaha sukses tersebut sambil menepuk-nepuk bahu pemuda yang ada di hadapannya.Wajah Abey yang sudah mereda pun jadi memerah lagi. Sejenak dia juga merututi dirinya sendiri mengapa bisa sampai seberani itu.Namun, kemudian yang ia dengar adalah sahutan dari sang Ibu dan juga sahabat

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 127

    Bahkan Abey tidak seolah terbungkam dan tak mampu berkata-kata lagi saat menanggapi tekanan dari perempuan yang diharapkannya menjadi calon mertua tersebut. Ingin rasanya dia berteriak menyuarakan batinnya, "Tante, kita bukan udah kenal lagi, tapi saling suka! Iya benar, Citra juga bilang suka aku!"Namun, alih-alih bisa bersuara, Abey pun mengatupkan rahangnya kuat-kuat, tatkala melihat sosok yang dari tadi bersemayam di kepalanya itu muncul tertangkap ekor matanya.Sedetik kemudian, terdengar juga suara Citra yang berseru, "Mama!""Eh? Sebentar ya, Sar," ucap Arumi pada temannya untuk menanggapi panggilan sang anak terlebih dahulu, "Apa, Sayang?"Kali ini giliran Citra yang syok sampai rahangnya menganga terbuka. Kedua bola matanya saling tatap dengan seorang pria tampan yang berdiri terpaku di tengah taman rumahnya.Citra mengibaskan kepalanya, berusaha menghalau gambaran di depan mata kepalanya yang dikiranya sebagai halusinasi itu."Lho, kok malah bengong? Kenapa lagi sih, Sayang

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 126

    Abey masih tak bergeming sama sekali. Pikirannya sungguh sangat tak menentu saat ini. Tidak, tetapi rasanya otaknya sudah eror!Bagaimana bisa alamat yang dikirimkan oleh mamanya itu adalah alamat yang sama dengan rumah Citra, wanita yang sangat ia cintai?!Bahkan titik di mana mamanya berada benar-benar tepat di titik di mana rumah Citra itu.Saat ini Abey masih berada di depan rumah Citra. Sedari tadi, saat wanitanya itu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Abey masih tak bergerak atau menjalankan mobilnya sama sekali.Selagi menunggu balasan dari mamanya agar mengirim lokasi di mana rumah teman mamanya berada, Abey tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.Tetapi apa daya jika yang ia dapatkan sangat mengejutkan seperti ini?!"Ini ... tak mungkin 'kan teman mama itu ...," ucap Abey yang menggantung, kembali menoleh dan megamati rumah mewah milik keluarga Citra dengan seksama."Atau jangan-jangan teman Mama itu adalah ibunya Citra?" gumamnya lirih menyambung ucapannya yang mengg

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 125

    Seketika Citra membeku di tempat hanya karena mendengar pertanyaan dari Abey perihal isi hatinya. Perasaan kikuk kembali menghantui. Sejenak wanita itu menimbang, mau tetap menyembunyikan perasaan dan membuat Abey menunggu atau terus terang saat ini juga.Namun, bersamaan dengan itu Citra sadari rupanya dia sudah berada di dekat area rumah, tanda jika dirinya harus kembali menerangkan arah jalan."Itu, setelah patung di depan itu kamu belok kanan," ucap Citra menerangkan. Dia tak mau membuat dirinya dan Abey berakhir kebablasan sehingga harus mencari rute untuk berputar. Jalanan masih cukup ramai, akan sedikit sulit mengambil jalan putar. Apalagi perlu beberapa meter lagi baru mereka akan menemukan tempat untuk berbelok."Ah, jadi daerah sini? Kalau daerah sini aku pernah datang. Aku ingat dulu pernah diajak temanku ke sini. Kebetulan rumah temanku ada di perumahan itu, yang itu." Dengan cepat Abey menunjuk sebuah komplek perumahan tak jauh dari lokasi mereka. Komplek itu cukup besar

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 124

    Sepanjang perjalanan Citra hanya bisa menyalahkan dirinya dan pikirannya yang tumpul. Terlalu penakut hanya karena kegagalan cinta di masa lalu.Sadar akan dirinya yang masih ditunggui oleh Abey, Citra pun berusaha keras mengusir segala rutukan yang hanya memenuhi isi kepala itu."Sudahlah," desis Citra pelan sembari mulai menata meja kerjanya. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali berjalan keluar dari ruangan untuk kemudian menghampiri Abey yang sejak tadi masih berada di parkiran.Sementara itu, di tempatnya Abey menunggu dengan resah. Hawa panas dan dingin seolah menyerang jiwanya secara bersamaan."Sial. Kenapa aku harus bertindak gegabah, sih? Kenapa aku harus terburu-buru seperti ini? Citra pasti kecewa sekali. Mana mungkin dia mau menerimaku kalau begini caranya! Mengungkapkan perasaan di lahan parkir? Sungguh? Oh my God! Good job, Abey. Kamu telah menghancurkan semua," sinis Abey pada dirinya sendiri. Pria itu seperti kehilangan harapan sekarang."Ah, tidak apa-apa lah. To

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 123

    Citra yang merasa penasaran dengan ajakan Abey pun tanpa pikir panjang mengikuti langkah pria itu. Entah mengapa hari ini Citra mendadak berubah menjadi wanita penurut karena hati yang selalu terasa enggan menolak setiap ajakan yang Abey layangkan. Namun, jujur saja hal itu sama sekali tak membuat Citra resah. Justru berada di samping Abey selalu membuat Citra nyaman dan betah.Sekilas Citra mencuri tatap ke arah Abey yang masih setia berjalan di sisinya. Melihat pria itu dari dekat benar-benar mampu mendebarkan dada Citra. Juga pipi wanita itu yang perlahan menampakkan ronanya.Abey menghentikan langkah saat tubuhnya sudah benar-benar tiba pada lokasi tujuan. Begitu pula dengan Citra yang sejak tadi mengikuti laju kaki Abey.Sejenak Abey berdehem pelan, berusaha keras menetralisir rasa gugup yang melingkupi jiwa. Setelahnya Abey memberanikan diri memutar tubuh menghadap Citra yang sebenarnya sejak tadi sudah menunggu kalimat apa yang hendak pria di sampingnya itu katakan."Emm, Citra

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 122

    "Apa maksud, Mama?!" pekik Raya.Saat ini Raya sudah mengerutkan dahinya dengan kasar. Tentu saja ia berharap apa yang dikatakan mamanya tadi adalah mimpi dan dia hanya salah dengar saja.Berjualan makanan? Raya tidak gila untuk melakukan semua itu! God, demi apapun, Raya tak mau!"Apa kamu masih tidak paham dengan apa yang mama maksud, huh?" desis tajam Miranti yang menatap Raya dengan bengis. "Tentu saja kita harus hidup, Raya! Kita harus makan dan punya uang. Memangnya kamu pikir kita memiliki uang untuk makan jika kita tidak mencarinya?!"Dengan marah dan masih mencoba untuk mengeluarkan semua bahan-bahan makanan yang tersisa, Miranti kembali mengomeli putrinya itu."Dan kamu!" Miranti menunjuk Raya dengan tajam, ia marah saat ini. "Bagaimana bisa kamu kehilangan uang itu, tabunganmu!"Plaaakk ...!!!"Aaakhh ...! Mama! Kenapa mama memukul Raya?!" Lengan Raya dipukul cukup keras dengan Miranti yang kini sudah memelototinya."Tentu saja ini juga salahmu!"Raya mengerutkan dahinya. "

  • Kujual Suamiku Seharga 1 Miliar   bab 121

    "Ugh ...."Miranti mulai merasakan pening di kepalanya. Bahkan rasanya saat ini bagian kepalanya sudah sangat besar, hampir pecah.Melenguh kesakitan dan sedikit mengerutkan dahi, Miranti mulai sadar. Membuka matanya dan cahaya remang-remang mulai masuk ke dalam pandangannya.'Sepertinya aku baru saja pingsan,' gumam Miranti sembari merintih, memegangi rambut kepalanya dengan erat. Sial, peningnya masih saja menjadi!"Mama ... Mama sudah bangun?"Seketika Miranti langsung menoleh ke arah sumber suara yang masuk ke dalam pendengarannya itu. Itu adalah Raya, putri semata wayangnya. Putrinya itu sedang mengipasi dirinya dengan raut wajah yang cukup khawatir."Ughh ...," lenguh Miranti kembali sembari mencoba untuk bangun.Dibantu dengan Raya, ia mulai mendudukkan diri di ranjang tempat kamar tidur pribadinya. "Hati-hati, Ma, sepertinya kepala Mama masih berat," ucap Raya seraya membantu ibunya itu.Itu benar. Kepalanya masih sangat pusing."Kamu sudah kembali?" tanya Miranti sedikit deng

DMCA.com Protection Status