Keesokan harinya...Suasana kantor yang awalnya cukup tenang, kini berubah menjadi riuh ketika Lukman tiba-tiba saja datang dan memukul Yuda di ruang kerjanya."Dasar brengsek! Bajingan!" Lukman terus memukul pipi Yuda, begitu pun dengan Yuda yang membalas memukul balik Lukman, Yuda jelas tidak terima karena tiba-tiba saja dipukuli seperti ini oleh Lukman.Hingga akhirnya seorang satpam datang dan melerai mereka berdua, dengan diikuti direktur utama kantor cabang tersebut."Apa-apaan kalian ini, bikin malu saja! Ayo, cepat ke ruanganku sekarang!" bentak direktur tersebut seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya itu.Yuda dan Lukman saling membuang muka, lalu kemudian mereka berdua langsung pergi mengikuti direktur tersebut.Sesampainya di ruangan direktur utama, direktur tersebut langsung duduk di kursinya, sedangkan Lukman dan Yuda, mereka berdua berdiri di depan meja kerja direktur."Sebenarnya apa yang sedang kalian berdua ributkan? Kalian berdua ini su
Malam harinya....Sesampainya Lukman di rumah, ia langsung menuju kamarnya Citra untuk mandi, sedangkan Citra sendiri juga langsung menyiapkan pakaiannya Lukman.Lalu tidak lama kemudian Lukman keluar dengan hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya."Lho, Mas. Ini kenapa?" tanya Citra yang baru saja mengetahui ada luka di sudut mulutnya Lukman."Aku habis berkelahi dengan Yuda," sahut Lukman datar, lalu kemudian ia mulai menyisir rambutnya."Astaga! Tapi, tidak ada luka lainnya lagi kan?"Lukman menggeleng, lalu kemudian ia hendak pergi ke kamarnya Vira."Lho, Mas mau ke mana lagi?""Aku mau ke kamarnya Vira, malam ini aku akan tidur dengannya." Setelah mengatakan itu, Lukman pun bergegas pergi menuju kamarnya Vira.Citra yang melihat Lukman masih dikuasai amarah, ia tersenyum miring. "Mampus kau, Vira," gumam Citra yang yakin bahwa sebentar lagi Vira akan jadi sasaran amarah Lukman.Citra yang hendak menutup pintu kamarnya, langsung berbalik setelah mendengar ponselnya berb
Setelah kejadian malam itu, Vira jadi agak takut jika bertemu dengan Lukman. Vira juga merasa semakin asing dengan suaminya sendiri. Beberapa hari ini, Vira juga jadi jarang keluar dari kamarnya, ia bahkan sudah tidak pernah makan bersama lagi dengan Lukman dan yang lainnya. Vira hanya sibuk memohon ampun dan mengadu kepada Allah, atas apa yang ia lalui.Sedangkan Lukman sendiri, ia merasa tidak bersalah sama sekali dengan perubahan sikap Vira saat ini. Justru Lukman lebih tenang jika Vira banyak mengurung diri di kamar. Sedangkan untuk makan, Lukman menyuruh asisten rumah tangganya untuk mengantarkan makanan ke kamar Vira.Berbeda dengan Ayu dan Citra, yang menganggap Vira, dinilai terlalu berlebihan menanggapi kejadian malam itu, sebab Lukman dan Vira memanglah pasangan suami istri."Mas, aku ke kamar dulu ya, sepertinya Winda sudah bangun," pamit Ayu setelah ia menyelesaikan sarapannya.Lukman mengangguk, lalu kemudian Ayu bergegas pergi menghampiri anaknya yang sedang menangis ka
"Kamu lihat sendiri nanti, Mas Lukman akan lebih percaya sama aku atau kamu," ujar Citra di saat Lukman dan Ayu sedang menaiki tangga.Tadi Citra sengaja menjatuhkan dirinya sendiri, demi memperlihatkan kepada Vira, kalau Vira sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya."Citra! Kamu kenapa bisa jatuh seperti ini?" tanya Lukman yang berlari menghampirinya, lalu kemudian ia membantu Citra berdiri. Untungnya saja Lukman tidak melihat genangan darah, kalau tidak bisa beneran copot jantungnya.Sedangkan Vira yang melihat itu, ia tetap diam seperti tadi. Vira bahkan tidak khawatir jika Lukman akan memarahinya."Ta-tadi aku hanya ingin memberikan ini kepada Mbak Vira. Tapi, Mbak Vira menolaknya, dan dia juga bilang kalau aku hanya pura-pura baik saja untuk merebut perhatianmu, Mas," jelas Citra seraya menangis."Lalu kemudian Mbak Vira mendorongku karena aku tetap ngeyel mau kasih ini ke dia. Huhuhu ... Ini sakit sekali, Mas. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan anak kita nan
Setelah Vira dan Lukman dinyatakan resmi bercerai oleh pengadilan agama, kini Vira benar-benar merasa sudah bebas. Apalagi, sekarang masa iddahnya juga sudah usai, jadi sekarang Vira dan Della sedang menikmati waktu bersama untuk merayakan kebebasan ini.Hal pertama yang mereka lakukan adalah berbelanja, selain berbelanja untuk kebutuhan diri sendiri, Vira tentu membeli kebutuhan untuk Naura juga, dan tak lupa ia juga membeli kebutuhan untuk anak-anak panti asuhan nya Asih.Vira dan Della memang berencana pergi ke pondok, untuk memberitahukan masalah perceraiannya dengan Lukman. Lalu kemudian mereka berdua nanti akan mampir ke panti asuhan.Naura tidak berkomentar banyak atas perceraian kedua orang tuanya, karena ia sudah cukup mengerti apa yang terbaik untuk kedua orang tuanya."Bunda jangan khawatir, Naura baik-baik saja kok, yang penting bagi Naura adalah kebahagiaannya Bunda," sahut Naura seraya tersenyum, ketika Vira meminta maaf atas keegoisan mereka sebagai orang tua."Terima k
Lukman kira setelah ia memiliki asisten rumah tangga, dan Vira sudah tidak mengerjakan pekerjaan rumah lagi, ia tidak akan ketergantungan pada Vira. Dan, Lukman mengira ia bisa melepaskan Vira dengan mudah.Namun, nyatanya ..."Masakan apa ini?! Kenapa rasanya aneh begini?!" Lukman membanting sendok ke atas piring dengan keras, dan untungnya saja piring bermerek itu tidak pecah."Mas, kamu apa-apaan sih, kan sayang piringnya kalau sampai pecah. Aku kan dapat itu tidak mudah," protes Citra kesal, ia bahkan tidak mempedulikan wajah Lukman yang sudah penuh amarah. Bagi Citra, hanya uang dan barang branded saja yang ada di dalam otaknya.Bukannya meminta maaf, namun Lukman yang sebenarnya sangat butuh untuk ditenangkan, ia jadi semakin emosi setelah mendengar perkataan Citra.Pyaar ....Piring seharga jutaan rupiah itu pun akhirnya pecah dibanting Lukman."Mas!""Diam kamu! Kamu itu tahunya hanya uang dan barang bermerek saja! Kamu mana tahu apa yang disukai suamimu!" bentak Lukman yang se
Beberapa hari kemudian....Lukman sudah terlihat tenang dari sebelumnya, beberapa hari ini ia mogok bicara pada kedua istrinya. Lebih tepatnya, Lukman sangat malas walau hanya sekedar tatap muka saja."Mas, mau yang mana?" tanya Ayu lembut, ia senang akhirnya Lukman mau makan bersama seperti ini lagi."Ayam," sahut Lukman pendek. Kali ini Lukman mau kembali makan di rumah, karena sekarang sudah ada koki yang bisa masak yang sesuai dengan seleranya.Ayu dengan cekatan segera mengambilkan lauk untuk Lukman, ia harus melayani Lukman dengan baik, jika ia ingin menjadi istri satu-satunya untuk Lukman.Malam ini mereka berdua bisa makan dengan tenang, sebab saat ini Citra sedang pergi ke mall.Namun, saat makan malam usai, Lukman dan Ayu yang sedang menonton TV, mereka berdua dibuat kaget dengan teriakan Citra."Mas, ... Mas Lukman!" Citra sudah seperti orang kesetanan, ia berteriak memanggil Lukman dengan wajah yang dipenuhi amarah.Bruuukk ....Semua belanjaan Citra jatuh tercecer di lan
Acara grand opening semalam akhirnya mulai bermunculan di media sosial, bahkan sampai ditayangkan ke salah satu saluran TV nasional. Padahal Vira baru saja membuka bisnisnya, dan ia belum mempunyai banyak pelanggan tetap, namun acara tersebut sudah mampu menggemparkan negeri ini.Vira mengira bahwa ini adalah perbuatannya Della, namun nyatanya Vira tidak tahu bahwa ternyata desain-desainnya selama ini telah mencuri perhatian salah satu orang yang sangat berpengaruh di negeri ini.Namun, belum waktunya orang itu menampakkan diri.Sedangkan di dalam rumah keluarganya Lukman, saat ini Lukman kebetulan sedang berada di rumah kedua orang tuanya, ia datang ke sana dengan Ayu. Sedangkan Citra, ia tentu sedang asyik dengan dunianya sendiri, karena Citra sebenarnya sangat lah malas jika pergi ke rumah orang tuanya Lukman."Lukman, kenapa menantu Ibu yang satunya lagi tidak kamu ajak? Padahal Ibu ingin pamer ke teman-teman Ibu, kalau Citra sedang hamil sekarang."Ibunya Lukman yang gila akan sa