Halo pembaca KSML, salam kenal semuanya~Oh ya, di sini Ria mau kasih tau, bahwa aku yang ingin kasih hadiah untuk pembaca yang paling banyak menyumbang gem, dan juga pembaca yang paling aktif kasih komentar, itu beneran lho!Jadi, aku berharap kalian tidak sungkan lagi untuk kasih gem dan juga kasih komentar apapun mengenai KSML. Namun, dalam kategori yang sopan ya ... kasih komentarnya (jangan sampai bully author 😁), dan mengenai hadiah, nanti pemenang bisa memilih sendiri, apakah ingin saldo dana, pulsa, atau koin (untuk koin masih harus dikonsultasikan dengan editor dulu ya!)pengumuman pemenang akan diumumkan setelah novel KSML ini tamat, jadi aku rasa kalian bisa mulai dari sekarang untuk ngasih gem ataupun komentar. Ingat! Yang banyak ya! Hehehe...Sedangkan untuk nominal hadiah akan menyusul, sebab aku ingin tahu seberapa antusiasnya kalian dengan give away ini. Jadi, semakin banyak orang yang ikut dan kasih gem ataupun komentar, maka nominalnya juga akan semakin lumayan.Suda
Seminggu telah berlalu, dan sesuai dengan pembicaraan di antara Lukman dan Citra di waktu bulan madu, kini Lukman benar-benar tidur bersama istrinya hanya dengan kehendaknya sendiri.Namun, istri yang paling diuntungkan di sini hanyalah Citra, sebab Lukman lebih sering memilih tidur bersama Citra."Mas Lukman, kamu sudah dua Minggu lebih bersama dengan Citra, dan kamu baru denganku semalam. Tapi, kenapa malam ini kamu akan tidur dengan Citra lagi, Mas?! Kenapa Mas Lukman sekarang jadi tidak adil sih?" protes Ayu ketika Lukman hendak masuk ke kamarnya Citra.Lukman menghela napas sejenak, lalu kemudian ia mengatakan, "Ayu, kami ini masih pengantin baru. Jadi, wajar kalau kami masih ingin menghabiskan banyak waktu bersama. Toh, kalau aku ingin denganmu lagi, aku juga akan tidur bersamamu.""Tapi, Mas. Ini namanya tidak adil, dan kamu juga, Citra. Jangan mentang-mentang kamu istri baru, kamu bisa seenaknya dengan aku dan Mbak Vira.""Lho, Mbak. Kalau Mas Lukman ingin tidur denganku, itu
Keesokan harinya...Hari ini adalah tanggal gajiannya Lukman, Vira yang hendak membayar iuran pondok dan sekolahnya Naura, ia lantas mengecek saldo tabungan khusus bulanan dari Lukman."Lho, kenapa Mas Lukman hanya ngasih uang segini?" gumam Vira bingung ketika melihat transferan dari Lukman, telah dipotong dua juta rupiah dari biasanya.Sebenarnya uang yang diberikan Lukman sekarang masih sangat cukup untuk membayar semua kebutuhan Naura dan keperluan Vira sendiri. Namun, ini tetap saja aneh.Lalu tidak lama kemudian, terdengar suara notifikasi pesan yang masuk dalam ponselnya Vira.[Mbak, kamu sudah ditransfer uang sama Mas Lukman belum? Ini , kenapa jatah bulanan ku dikurangi ya?]Ayu yang mendapatkan jatah bulanan paling sedikit, ia tentu mengeluh. Sebab uang dari Lukman kini hanya cukup untuk membeli kebutuhan Winda, dan juga perawatan tubuhnya saja.[Kalau aku hanya dapat segini, aku tidak bisa nabung lagi dong, Mbak.][Aku juga kok, Yu. Uang bulananku juga dipotong sama Mas Luk
Setelah selesai membahas perkara uang bulanan, Vira langsung kembali ke kamarnya. Lalu kemudian ia segera menghubungi Della untuk membahas pekerjaan apa yang akan diberikan Della kepadanya."Halo, assalamu'alaikum ....""Wa'alaikumsalam ... Hei, bagaimana kabarmu, Sayang?" sahut Della di seberang sana."Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimana?""Sama, aku juga baik. Eh, tumben nelvon, ada apa?""Ini, aku ada hal penting yang ingin dibicarakan denganmu, jadi bisakah hari ini kita ketemuan?""Emm boleh, kebetulan hari ini jadwalku juga kosong, kalau begitu kita ketemuan di cafe bintang ya?""Baik, kalau begitu aku akan siap-siap dulu.""Oke, aku juga. Kalau begitu sampai ketemu nanti, assalamu'alaikum.""Iya, wa'alaikumsalam." Setelah itu sambungan terputus.Setelah selesai bersiap-siap, Vira pun langsung pergi ke lantai bawah untuk berpamitan kepada Lukman."Mas, aku izin keluar dulu, mau bertemu dengan Della.""Iya, hati-hati," sahut Lukman tanpa menoleh sedikitpun ke arah Vira
Membangun bisnis memang tidaklah mudah, begitu pun dengan Vira. Di dalam jangka waktu satu bulan, Vira bahkan hanya mendapat dua orang pembeli secara online. Jika bukan karena Della yang berhasil membujuk beberapa orang temannya untuk membeli desainnya Vira, Vira mungkin sudah menyerah.Hari ini Vira mengajak ketemuan Della di mall, yaitu untuk mentraktir Della makan, sekalian mereka berdua nanti akan berbelanja bersama."Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, namanya juga orang baru mulai usaha, ya pasti tidak mudah ... pokoknya yang penting kamu harus tetap semangat!" ujar Della seraya mengepalkan tangannya memberi semangat kepada Vira."Iya, aku tahu. Dan, makasih banyak ya, karena kamu sudah banyak membantuku.""Halah apaan sih, nggak usah makasih-makasih segala. Kayak sama siapa aja," balas Della seraya mengibaskan tangannya, lalu kemudian ia kembali menyeruput minumannya."Lalu bagaimana dengan suamimu sekarang?"Vira menghela napas panjang. "Ya ... begitulah, dia tetap sering bers
Keesokan harinya...Suasana kantor yang awalnya cukup tenang, kini berubah menjadi riuh ketika Lukman tiba-tiba saja datang dan memukul Yuda di ruang kerjanya."Dasar brengsek! Bajingan!" Lukman terus memukul pipi Yuda, begitu pun dengan Yuda yang membalas memukul balik Lukman, Yuda jelas tidak terima karena tiba-tiba saja dipukuli seperti ini oleh Lukman.Hingga akhirnya seorang satpam datang dan melerai mereka berdua, dengan diikuti direktur utama kantor cabang tersebut."Apa-apaan kalian ini, bikin malu saja! Ayo, cepat ke ruanganku sekarang!" bentak direktur tersebut seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya itu.Yuda dan Lukman saling membuang muka, lalu kemudian mereka berdua langsung pergi mengikuti direktur tersebut.Sesampainya di ruangan direktur utama, direktur tersebut langsung duduk di kursinya, sedangkan Lukman dan Yuda, mereka berdua berdiri di depan meja kerja direktur."Sebenarnya apa yang sedang kalian berdua ributkan? Kalian berdua ini su
Malam harinya....Sesampainya Lukman di rumah, ia langsung menuju kamarnya Citra untuk mandi, sedangkan Citra sendiri juga langsung menyiapkan pakaiannya Lukman.Lalu tidak lama kemudian Lukman keluar dengan hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya."Lho, Mas. Ini kenapa?" tanya Citra yang baru saja mengetahui ada luka di sudut mulutnya Lukman."Aku habis berkelahi dengan Yuda," sahut Lukman datar, lalu kemudian ia mulai menyisir rambutnya."Astaga! Tapi, tidak ada luka lainnya lagi kan?"Lukman menggeleng, lalu kemudian ia hendak pergi ke kamarnya Vira."Lho, Mas mau ke mana lagi?""Aku mau ke kamarnya Vira, malam ini aku akan tidur dengannya." Setelah mengatakan itu, Lukman pun bergegas pergi menuju kamarnya Vira.Citra yang melihat Lukman masih dikuasai amarah, ia tersenyum miring. "Mampus kau, Vira," gumam Citra yang yakin bahwa sebentar lagi Vira akan jadi sasaran amarah Lukman.Citra yang hendak menutup pintu kamarnya, langsung berbalik setelah mendengar ponselnya berb
Setelah kejadian malam itu, Vira jadi agak takut jika bertemu dengan Lukman. Vira juga merasa semakin asing dengan suaminya sendiri. Beberapa hari ini, Vira juga jadi jarang keluar dari kamarnya, ia bahkan sudah tidak pernah makan bersama lagi dengan Lukman dan yang lainnya. Vira hanya sibuk memohon ampun dan mengadu kepada Allah, atas apa yang ia lalui.Sedangkan Lukman sendiri, ia merasa tidak bersalah sama sekali dengan perubahan sikap Vira saat ini. Justru Lukman lebih tenang jika Vira banyak mengurung diri di kamar. Sedangkan untuk makan, Lukman menyuruh asisten rumah tangganya untuk mengantarkan makanan ke kamar Vira.Berbeda dengan Ayu dan Citra, yang menganggap Vira, dinilai terlalu berlebihan menanggapi kejadian malam itu, sebab Lukman dan Vira memanglah pasangan suami istri."Mas, aku ke kamar dulu ya, sepertinya Winda sudah bangun," pamit Ayu setelah ia menyelesaikan sarapannya.Lukman mengangguk, lalu kemudian Ayu bergegas pergi menghampiri anaknya yang sedang menangis ka
Pagi yang begitu cerah, sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah menyakiti dua wanita cantik yang saat ini tengah duduk di gazebo taman belakang rumahnya Daffa."Vir, kamu sudah tidak merasa mulas lagi?" tanya Della yang masih khawatir, sebab beberapa hari yang lalu Vira mengeluh mulas seperti orang yang akan melahirkan.Ya, saat ini Vira tengah mengandung sembilan bulan, dan kemarin sebenarnya adalah hari perkiraan Vira melahirkan, namun ternyata malah mundur dari jadwal, dan sampai saat ini Vira belum merasakan kontraksi lagi.Vira menggelengkan kepalanya. "Enggak, justru sekarang aku tidak merasakan sakit apapun, padahal dari sebulan yang lalu pinggulku rasanya mau copot karena pegal banget."Della tertawa, "masa sih?""Yee ... dibilangin nggak percaya. Ntar deh kamu rasain sendiri kalau sudah hamil tua, dan kata orang-orang tua sih itu memang hal wajar, sebab bayi sedang mencoba mencari jalan keluarnya, balas Vira yang teringat obrolannya dengan para
Setahun kemudian...Bugh ... Bugh ... Bugh ..."Bang, ampun ... Bang! Ampun ...." Suara jeritan Lukman terdengar hingga meja penjaga, namun para penjaga itu seolah tuli dan tidak mendengar teriakan kesakitan Lukman.Mereka sengaja membiarkan Lukman dipukuli terlebih dahulu, lalu baru beberapa menit kemudian salah satu penjaga itu akan datang untuk menghentikan aksi penyiksaan tersebut."Ampun, Bang. Kumohon ampun ...." Suara Lukman semakin melemah, ia hampir mati karena lemas sebab dipukuli dengan brutal."Brengsek! Rasain kamu, siapa suruh kamu mengambil makananku!""Enggak, Bang. Enggak ... bukan aku yang mengambilnya," sahut Lukman seraya menangis. "Halah, sekali pencuri ya tetap pencuri!" teriak lelaki itu seraya memukul dan menendang Lukman kembali.Kejadian ini sudah seperti makanan sehari-hari untuk Lukman, ia selalu difitnah mengambil makanan bos penguasa bilik penjara yang ditempatinya, lalu kemudian ia akan dihajar habis-habisan, padahal makanan milik bos itu telah dicuri o
Vira terus berlari tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang menatap heran, sebab Daffa mengejarnya dan terus memanggilnya."Vira, ... tunggu!" teriak Daffa terakhir kalinya sebelum Vira menutup pintu mobil."Kita jalan, Pak," ujar Vira seraya menghapus air mata yang menetes di pipinya."Tapi, Nya, Tuan Daffa terus memanggil, Nyonya.""Biarkan saja, atau Bapak ingin saya pulang sendiri?"Sang sopir yang takut jika dianggap mengabaikan Daffa, namun ia lebih takut jika Vira semakin marah hingga menyebabkan suatu kesalahan yang lebih fatal lagi."Baiklah, Nya." Mobil melaju dengan cepat, meninggalkan Daffa yang masih terus berteriak memanggil nama Vira.Sesampainya di rumah, Vira langsung pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya. Vira terus menangis untuk menumpahkan semua rasa yang telah menghimpit dadanya.Di saat sedang menangis, Vira tiba-tiba saja ingat dengan perkataan Asih waktu itu, lalu apakah sekarang Vira boleh mulai merasa menyesal, karena tidak men
Keesokan harinya, Daffa merasa aneh dengan sikap Vira yang tiba-tiba saja berubah padanya. Ia hendak menyalahkan ibunya atas perubahan sikap istrinya. Namun sayangnya, ibunya tadi pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Singapura."Tck, ini pasti gara-gara sikap Ibu yang terlalu acuh, jadi Vira hari ini seperti menghindariku," gumam Daffa seraya mengguyur badannya dengan air.Saat ini Daffa sedang mandi, dan rencananya hari ini ia akan berangkat ke kantor.Vira yang tiba-tiba saja berubah menjadi pendiam, membuat Daffa bahkan tidak berani meminta jatah hariannya pada Vira, dan sontak saja hal itu membuat Daffa kesal."Huh! Padahal Vira sebentar lagi kedatangan tamu bulanannya, seharusnya kan beberapa waktu ini aku bekerja lebih keras lagi untuk membuatkan adik untuk Naura." Daffa tidak berhenti menggerutu, dan ia harus melampiaskan rasa kesalnya ini ke asistennya nanti.Setelah selesai mandi, Daffa langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan Vira. Daffa tersenyum ketika melihat
Sejak perjalanan dari Bali ke Jakarta, Vira sudah gugup, apalagi sekarang mereka sudah sampai tepat di depan rumahnya Daffa.Dan, pemandangan tidak mengenakkan terjadi ...."Kak Daffa ...." Seorang gadis cantik bertubuh semampai terlihat berlari menghampiri Daffa, bahkan ia juga hampir memeluknya, jika saja Daffa tidak menghentikannya."Stop! Ketahuilah batasan, kalau kamu bukan anak kecil lagi!" "Kak Daffa, kenapa masih sedingin ini sih ...." ujar gadis tersebut dengan manja. "Oh, ini pasti Kakak Ipar. Hai, Kak. Salam kenal, aku Lisa, adiknya Kak Daffa."Vira tersenyum canggung, dalam benak ia jelas kebingungan, sebab Daffa tidak pernah cerita kalau dia memiliki seorang adik."Bukan! Dia bukan adikku, dia hanyalah seorang pengganggu dari kecil," sahut Daffa serius, namun itu dianggap candaan oleh Lisa."Aaah, Kakak ini bisa aja. Kalau begitu ayo, kita masuk. Tante sudah menunggu kalian." Seolah tidak mendengar perkataan Daffa, Lisa tetap berjalan di depan dengan penuh percaya diri.
Matahari semakin terik, namun Vira dan Della tampak tidak terganggu dengan cuaca panas saat ini."Del, aku rasa Ervan itu menyukaimu deh," ujar Vira yang mulai bisa melihat bahwa Ervan diam-diam sering mencuri pandang ke arah Della.Della mendesah, ia juga mengetahui kenyataan ini. Lebih tepatnya Della juga sudah mengetahui hal ini sejak lama."Kamu masih ingat nggak, dulu aku pernah cerita tentang cinta pertamaku," ujar Della dengan mata yang menerawang kenangan masa lalunya.Vira mengangguk. "Iya, cowok itu terlalu pendiam kan. Dan, meki dia terlihat menyukaimu, tapi dia tidak pernah menyatakan cinta padamu.""Iya, hingga akhirnya aku bertemu dengan Nicole. Dan bodohnya dia, dia baru menyatakan cinta setelah aku bersama Nicole."Vira tertawa, namun kemudian ia ingat sesuatu. "Eits, jangan bilang kalau itu Ervan ya? Astaghfirullah, kenapa aku juga baru ingat, cowok yang waktu itu kamu ceritakan, namanya juga Ervan bukan?"Vira sontak menepuk keningnya sendiri, bisa-bisanya ia lupa de
Selamat siang semuanya ~Terima kasih ya karena sudah setia ngikutin cerita KSML hingga bab ini. Oh ya, ini berkaitan dengan GA yang aku umumkan waktu itu, aku lihat posisi pemberi gem terbanyak, dan komentar paling banyak orangnya udah ganti posisi ya ...Di sini aku lihat ka @Rinlee yang menduduki posisi pertama pemberi gem terbanyak dan juga komentar terbanyak. Misalkan ada yang nggak percaya, kalian bisa mengeceknya sendiri.Jadi, di sini aku ingin memberi tahu bahwa, aku nggak buat aturan bahwa pemenang pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak harus berbeda orang. Jadi, misalkan Ka Rinlee ini tetap menduduki posisi pertama di pemberi gem terbanyak dan komentar terbanyak, jadi ia berhak menerima hadiah ke dua-duanya.Karena hadiah untuk saat ini Ria belum bisa kasih banyak, sebab antusias pembaca yang masih dibawa standard, jadi ria hanya bisa kasih pulsa/saldo dana dengan nilai masing-masing 25 ribu saja. Dan, misalkan nanti Ka Rinlee menang dua kategori itu sekaligus, maka i
Keesokan harinya.Semalam tidak ada drama Daffa meminta jatah pada Vira lagi, sebab Daffa mengerti kalau Vira benar-benar sangat lelah. Daffa juga sengaja membiarkan Vira bisa tertidur dengan pulas, agar hari ini Vira bisa menikmati liburannya bersama Della. Ya, hari ini Daffa terpaksa melepaskan Vira bersama sahabatnya itu, karena Daffa tiba-tiba saja diajak bertemu oleh rekan-rekan bisnisnya yang berada di Bali. Karena dalam pertemuan ini banyak bos-bos hidung belang, maka Daffa sengaja tidak mengajak Vira, sebab Daffa tidak rela jika istrinya itu jadi pusat perhatian rekan-rekan bisnisnya.Bagi Daffa, Vira terlalu cantik, jadi hanya dia saja yang boleh memandang dan mengagumi keindahan istrinya itu."Bos, kenapa kita tidak mengajak mereka berdua? Kan sekalian nanti mereka bisa jalan-jalan ke mall," ujar Ervan yang duduk di samping Daffa. Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang melaju menuju salah satu mall terdekat di daerah tersebut."Nggak, aku nggak sudi istr
Sesampainya di Bandara, mereka langsung pergi menuju hotel, karena hari sudah larut malam. Untung saja mereka tadi menaiki jet pribadi, jadi mereka bisa seenaknya sendiri mengubah jadwal penerbangan mereka.Vira, Daffa, dan Ervan berangkat ke Bali mundur dari jadwal, akibat kelakuan Daffa yang tidak bisa melepas Vira dalam kungkungannya.Hotel yang dipilih Daffa berada di sekitar pantai Kuta. Daffa sengaja memilih hotel di dekat pantai Kuta, agar Vira bisa pergi ke pantai kapanpun ia mau.Sesampainya di depan hotel."Vira, ...." teriak Della seraya melambaikan tangannya, lalu kemudian ia segera berlari menghampiri sahabatnya itu."Della, kamu di sini juga?" tanya Vira seraya membalas pelukan Della."Iya, kata Pak Bos ini sebagai hadiah karena aku menjadi sahabat terbaikmu."Vira yang mendengar itu, ia langsung menoleh ke arah Daffa. "Terima kasih, Mas," ujar Vira yang terlihat bahagia, sebab suaminya benar-benar memikirkan apa yang membuat ia senang, salah satunya dengan mengajak Del