Share

Menemukan Buku Tulis

Author: Fetina
last update Last Updated: 2023-09-30 05:35:59

Tanganku bergetar saat memegangi buku tulis ini. Apa yang dituliskan oleh Tika membuatku menyesal. Di dalam buku itu, ia mengatakan kalau selama ini selalu mencintaiku dan anak-anak.

Namun, tidak begitu denganku yang sibuk dengan Cynthia dan anak kami. Aku menyangka kalau Tika sudah tak mencintaiku lagi. Ia sering membuat masalah hingga akhirnya kami bercerai.

Kubaca kembali kata demi kata yang ia tuliskan di sana. Banyak makna yang tersirat di dalamnya. Ia mengatakan buku hariannya telah hilang, itu berarti aku memang harus mencari buku harian istriku.

Kemudian, ada yang menggelitikku di kalimat terakhirnya yang mengatakan kalau ia bisa pergi dengan tenang. Apa maksud dari semua ini?

Perasaan bersalah bercokol dalam hatiku. Bila saja aku tak bercerai dengannya, mungkin takkan seperti ini. 

Bila saja aku tak menurutinya untuk menikah lagi, mungkin takkan seperti ini juga.

Bila saja aku lebih peduli padanya, mungkin ia masih di sini.

Hening, semua sudah tak ada di sini. Rumah ini, tempat di mana kami memadu kasih, membina keluarga dan mendapatkan keturunan. Ia yang selalu menyambutku pulang bekerja serta tersenyum di saat aku butuh sandaran.

"Yah, kenapa? Itu apa, Yah?" tanya Faiz. Ternyata Faiz datang, pasti dengan Cynthia.

"Buku, di dalamnya ada tulisan Bunda. Oya, kamu pernah lihat Bunda nyimpen buku hariannya nggak?" tanyaku pada Faiz.

"Buku harian kayak gimana sih, Yah?" tanyanya sembari mendekatkan wajahnya padaku.

"Bukunya lebih kecil daripada buku tulis biasanya," jawabku pada anak laki-laki kami yang berusia sembilan tahun itu.

"Nggak, Yah. Aku nggak pernah liat. Bunda biasanya suka nulis di buku punyaku, Yah. Kalau aku habis ngerjain PR sama Bunda, terus Bunda suka nasehatin aku lewat tulisan," katanya.

"Oh gitu. Nanti Ayah mau lihat ya!"

"Iya, Yah. Kata Bunda biar bisa dilihat lagi pesan Bunda suatu saat aku lupa," jelas Faiz.

Anakku yang kedua--Kia, memperhatikan kami bicara. Ia pun dekat dengan bundanya.

"Bunda juga suka nulis di bukuku. Tapi aku bacanya masih dieja, jadi belum baca semua," katanya.

Ternyata memang seperti itu cara istriku berkomunikasi dengan anak-anak. Ia menyampaikan pesan di buku tulis mereka agar anak-anak bisa membacanya sewaktu-waktu.

"Baiklah. Nanti Ayah lihat ya!" 

Kami melanjutkan untuk mencari petunjuk lain mengenai ketiadaan Bunda mereka. Kali ini Faiz malah menemukan sebuah amplop putih yang ia dapatkan dari dalam laci meja riasnya.

Di sana, kami menemukan sepucuk surat.

Buat Mas Wahyu dan anak-anak.

Saat kalian baca surat ini, Bunda sudah tak ada di dekat kalian. Bunda tak mau mengganggu hidup kalian.

Tolong jangan cari Bunda, karena Bunda baik-baik saja.

Suatu saat mungkin kita akan bertemu lagi.

Semoga Ayah dan anak-anak sehat selalu sehat. Bunda sayang kalian semua.

  - Bunda-

Badanku tiba-tiba terhuyung di atas ranjang. Saat ini hanya ada satu kalimat dalam hati ini kalau aku harus mencari Tika, yang kini telah menjadi mantan istriku.

"Ayah kenapa?" tanya Faiz saat aku menahan tangis. Ya, saat ini dengan sekuat tenaga aku menahan tangis agar tidak pecah di depan anak-anak.

"Ayah hanya pusing sedikit."

"Ayah memikirkan Bunda dan kangen sama Bunda, kan?" Faiz duduk di pangkuanku.

"Ya, Ayah sedang memikirkan Bunda." Aku mengatakan sembari memeluk Faiz dari posisi dudukku.

"Apa? Kamu mikirin Tika terus, Mas?" tanya Cynthia. Ia dari tadi udah datang, tapi hanya Faiz dan Kia yang membantuku mencari titik terang tentang keberadaan Tika.

"Ya wajar lah. Dia kan ibu dari anak-anakku, Dek."

"Setelah apa yang ia lakukan padamu? Dan Tika itu tak pantas untuk dipikirkan karena ia tidak memikirkanmu, Mas. Kalian bukan suami istri juga dan sudah tidak halal jika ada rindu diantara kalian," sahutnya.

Suara Cynthia kali ini lebih tinggi dariku. Tika tak pernah seperti ini dulu. Aku jadi selalu membandingkan keduanya, karena Cynthia ini, walau istri kedua, rasa cemburunya berlebihan. Menurutku tidak wajar dan aku tak suka dengan sikap seperti itu.

Belum lagi, itu tak mendidik bagi anak-anak. Mereka melihat ibu sambungnya tak menghormati Bunda mereka nanti. Bisa-bisa ia malah dibenci oleh Faiz dan Kia nantinya.

Kali ini aku membawa Cynthia keluar dari kamar. Di luar kuperingatkan ia agar berhati-hati bicara karena ada kedua anakku.

"Dek, tolong bicara lebih sopan dan lembut. Ada kedua anakku tadi. Kalau mau marah boleh, tahan dulu sampai mereka tak ada diantara mereka," sahutku memperingatkannya.

Cynthia diam. Ia kupastikan takkan mengulanginya lagi nanti.

"Baiklah, Mas."

"Ingat ya! Jangan dilakukan lagi!" 

Ia mengangguk pelan. 

"Ayo kita pulang, Mas! Ngapain di sini terus," ucapnya. "Oya, Mas. Lebih baik dijual saja rumahnya. Atau barang-barangnya saja dijual nanti rumahnya dikontrakkan."

Keterlaluan banget Cynthia. Ia malah cari-cari masalah dengan membahas rumah ini yang bukan urusannya. Rumah ini banyak kenangannya. Aku belum memikirkan sampai sana, siapa tau nanti Tika akan kembali ke sini.

"Aku tak memikirkan sampai sana, Tia! Kurasa kamu sudah keterlaluan, malah ikut campur mengenai rumah ini," ungkapku.

"Mas, aku istrimu. Wajar jika ikut campur masalah rumah. Ini kan rumah suamiku, jadi aku berhak memberikan usul padamu, Mas!" Cynthia menaikkan volume suaranya lagi.

"Asal kamu tau, ini bukan rumahku. Rumah ini kepemilikannya atas nama Tika Lestari. Aku tak berhak untuk menjual ataupun mengontrakkan rumah ini."

Cynthia membulatkan matanya, mulutnya bergerak. Ia sekarang diam.

"Puas?" tanyaku lagi.

"Nggak! Mas tega, rumah ini diberikan atas namanya Tika. Rumah yang kita tempati masih atas namamu. Kamu pilih kasih, Mas. Aku tak terima semua sikapmu," balas Cynthia.

Maunya apa sih orang ini? Sudah jelas kubilang kalau rumah ini bukan punyaku. Ia pikir rumah ini tadinya rumahku, kuberikan pada Tika. Ia tak tau sejarah rumah ini.

Lebih baik kutinggalkan Cynthia, kupanggil kedua anakku untuk segera kembali ke rumah kami yang sekarang.

"Mas!" panggil Cynthia. Ia terus-menerus memanggilku. Biarkan saja, nanti juga capek.

"Yuk, anak-anak kita pulang sekarang!" Kuhampiri anak-anak yang masih di kamar.

"Iya, Yah."

Saat melihat lemari, kuteringat ia sering menyimpan perhiasan di lemari, lalu mencoba cari perhiasan milik mantan istriku. 

"Sebentar anak-anak!" Kubuka lemari dan mencari perhiasan yang biasa ia simpan di dalamnya. Aku tau persis ia sering menyimpan dimana.

Saat kutemukan kotaknya, sudah kosong. Tak ada isinya. Siapa yang mengambilnya? Mungkin saja ia bawa perhiasan itu dengannya. Kalau memang begitu, itu lebih baik.

Masih ada baju-baju Tika yang tersimpan, ia tak membawa semua bajunya. Kututup kembali lemari yang sudah kubuka. Namun, perhatianku tertuju pada kantong plastik bening diantara tumpukan baju.

Apa itu?

Bersambung

Related chapters

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Mencari Tika

    "Apa ini?" Aku membuka kantong plastik bening yang kutemukan. Lalu duduk di atas ranjang untuk menelisik isinya.Isinya beberapa obat-obatan seperti paracetamol, obat flu cair dan ada juga CTM obat kecil berwarna kuning. Sepertinya Tika sedang flu, tapi obatnya tak ia bawa. Aku jadi semakin khawatir dengannya.Ponselnya juga tak bisa kuhubungi. Setelah kucek melalui aplikasi lacak keberadaan ponsel, ternyata ponselnya masih berada di sekitar rumah ini. Itu berarti ia tak membawa ponselnya.Kucoba mencari ponselnya terlebih dulu. Pasti ponselnya ada di sekitar kamar ini. Aku harus mencarinya lagi agar menemukan titik temu kembali.Kubuka semua laci di kamar, termasuk di lemari. Ternyata tetap tak ada. Lalu aku mengecek di setiap selipan pakaian yang tersisa, tetap tak ada. Kemudian, kucari di bawah kasur. Akhirnya aku menemukan ponsel Tika. Tapi ponsel ini mati, kubawa saja dulu karena tak mungkin aku mengisi daya saat ini.Selanjutnya, aku akan mencari orangnya. kulaporkan kehilangan

    Last Updated : 2023-09-30
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Info dari Seseorang

    "Kalau boleh tau, dia turun di mana?""Turun di terminal, Pak. Tapi enah naik bis yang mana.""Baiklah. Terima kasih, infonya."Terminal? Itu berarti ia akan keluar kota. Tapi, apa ia akan menemui orang tuanya? Ya sudah, besok aku kan ke rumah Ibu dan Bapak. Semoga memang ada di sana. Kalau pun ada di sana, aku sudah senang karena ia ada walau kami berjauhan.Perceraian ini membuatku tersiksa, perceraian yang tak kuinginkan, tapi harus kujalani karena semua kesalahanku. Sesal di hati ini masih dapat dirasakan, namun perjalanan masih panjang. Kuharap yang terbaik untuk Tika.Kuingat-ingat lagi saat terakhir kami bersama. Sehari sebelum kepergiannya, kami sempat menghadiri acara di sekolah Faiz. Acara pemberian sertifikat dan mahkota bagi yang sudah hafal juz 30. Saat itu kedua orang tua siswa harus hadir di sana.Walau kami sudah bercerai, aku dan Tika datang ke sana bersama dengan membawa serta Kia. Saat itu kami serasa keluarga harmonis, lengkap dan merupakan hari yang membahagiakan

    Last Updated : 2023-10-27
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Bertemu Seseorang yang Mirip Tika

    "Dek, aku nyari Tika toh nggak ngerugiin kamu. Kamu di rumah aja, semua sudah kuberikan dengan selayaknya. Cinta, kasih sayang, harta, semua sudah kuberikan untukmu. Sampai aku harus kehilangan istriku, Dek." Akhirnya keluar juga kata-kata yang mungkin membuatnya sakit hati. "Maaf, Dek. Aku tak bermaksud menyakitimu. Tapi, aku benar-benar harus mencarinya. Aku takut terjadi apa-apa padanya," sahutku.Cynthia diam. Tak lama ia terisak dan menangis. Aku sering tak tega jika melihat wanita menangis. Apalagi ia sekarang istriku dan sudah memberikan keturunan untukku. Kusandarkan kepalanya dalam dadaku, membiarkan ia menangis di sana. Ia harus paham, kalau aku harus mencari Tika karena ia ibu dari kedua anakku, anak-anak mencintainya dan berharap aku bisa menemukannya.Tika itu memang masih berharga untukku. Singgasananya di hatiku masih di tempat yang sama, walaupun kini kami sudah bercerai.Selesai menangis, akhirnya ia mengangkat wajahnya yang sembab. Kuhapus air mata yang masih bersis

    Last Updated : 2023-10-27
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Mencari ke Rumah Orang Tua Tika

    Wanita itu terus saja berjalan. Kukejar dirinya sampai ia menoleh, aku tak jadi mengejarnya lagi. Ternyata bukan Tika."Eh, maaf Mbak!" sahutku."Ngapain sih, Mas. Manggil-manggil nggak jelas. Mana manggilin bukan nama saya, makanya saya jalan terus.""Maaf, saya kira istri saya," jawabku cepat. Sampai aku mengatakan istri, bukan mantan istri."Iya, lain kali nggak usah kayak gitu. Saya takut juga tadi.""Maafkan saya, Mbak!""Ya, saya maafkan, Mas. Udah ya, saya permisi duluan!" katanya.Sangat malu, mata ini bener-bener tak bisa membedakan yang mana Tika, yang mana bukan Tika.Langkahku gontai saat memasuki mobil. Berharap Tika sedang ada di dekatku kali ini. Tapi, itu hanya angan dan harapanku saat ini saja.Kuhela napas kasar, diam dulu di kemudi sebelum melanjutkan perjalanan. Bismillah, semoga ada titik terang.***"Pa, Bu, apa kabar?" tanyaku pada Bapak dan Ibunya Tika saat tiba di rumahnya.Bapak yang sedang duduk sambil membaca buku terkejut. Ia mendongakkan kepalanya, lalu m

    Last Updated : 2023-10-27
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Mencari Tau ke Teman Lama Tika

    "Iya, Bu. Aku minum sekarang." Kuteguk teh manis hangat yang menggugah selera itu. Badanku jadi hangat dan lebih baik setelah meneguknya."Makan saja dulu, Bu. Siapkan makan buat Wahyu dan Bapak!" titah Bapak.Mereka masih menganggapku menantunya, sikapnya masih baik seperti biasa. Sungguh, orang tua dan anaknya sama-sama baik. Namun, keadaan yang membuat semua jadi seperti ini."Baik, Pak. Ibu siapkan dulu."Sembari menunggu Ibu, Bapak menanyaiku tentang pekerjaan. Ia juga bertanya tentang anak-anak dan Cynthia."Gimana Cynthia itu? Apa ia baik?"Aku bingung menjawabnya. Sebenarnya ia baik, namun ia selalu cemburu pada Tika. Ia pun lebih banyak menuntut."Baik, Pak.""Alhamdulillah kalau gitu. Bapak tak mau kalau anak-anak berada di tangan yang salah. Kalau ia tak bisa mengurus anak-anak, lebih baik anak-anak tinggal sama kami saja," kata Bapak.Apa? Bapak inginkan anak-anak? Itu tidak mungkin karena anak-anak harus aku yang mengurusnya, kalau bukan Tika."Alhamdulillah anak-anak bai

    Last Updated : 2023-10-27
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Bertemu Hanum, Temannya Tika

    Suaranya mirip suara mantan istriku. Namun, suara itu tak ada lagi, ditutup olehnya. Ketika kuhubungi lagi, ponselnya tak aktif.Gegas aku pergi menuju Bogor untuk menemui temannya Tika, aku yakin Tika ada bersamanya. Keyakinanku dikuatkan dengan suaranya yang kudengar saat di telepon tadi.Saat istirahat di rest area, kucoba untuk meneleponnya kembali. Kali ini sepertinya Hanum yang mengangkat."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam. Apa benar ini Mbak Hanum?" tanyaku."Iya, benar. Ada apa ya? Ini siapa?" tanya Hanum."Saya mau bertanya mengenai Tika. Apakah mantan istri saya bersama anda sekarang?" tanyaku."Oh, Tika ya? Nggak, Pak. Saya tidak sedang bersama Tika.""Bukannya Tika menemui anda?""Ya, betul. Ia menemui saya dua hari yang lalu. Tapi sekarang ia tak bersama saya," jawab Hanum. Sepertinya ia berbohong, tadi aku tau yang mengangkat suara Tika."Kalau begitu, saat sebelumnya tadi saya menelepon anda. Lalu ada yang mengangkat dan itu adalah Tika, benar kan?" Belum sempat ia jaw

    Last Updated : 2023-10-29
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Protes Chyntia

    "Ya sudah, Pak. Beri waktu pada istri saya. Nanti saya akan coba bujuk agar ia bisa memberitahukan dimana keberadaa mantan istri anda," timpal suaminya."Baik, Pak. Terima kasih, ya. Karena sudah malam, saya permisi dulu ya!""Baiklah.""Hati-hati di jalan," sahut Suaminya Hanum."Terima kasih, Mas!""Sama-sama."Alhamdulillah, setidaknya aku tau kalau Tika baik-baik saja.***Sampai di rumah, anak-anak sudah tidur. Hanya Cynthia yang masih belum tidur karena anak kami masih rewel."Mas, kamu lama banget perginya. Kan udah kubilang tadi, nggak usah lama-lama. Aku benar-benar keteteran karena kamu nggak dateng-dateng, Mas!""Maaf ya, Sayang. Tadi di rumah orangtuanya nggak ada. Jadi aku ke Bogor untuk menemuinya.""Trus gimana? Ketemu?""Nggak. Aku ketemu temannya semasa di kampung. Tapi setidaknya aku tau kalau ia baik-baik saja, aku dan anak-anak sangat khawatir dan merindukannya."Tanpa kusadari baru saja aku bicara seenaknya. Pantas Cynthia saat ini berhenti bicara, ia hanya memand

    Last Updated : 2023-10-29
  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Faiz yang Sabar

    Faiz tersenyum menanggapi celoteh temannya."Bundaku hanya pergi sebentar. Sebentar lagi juga kembali. Ayah selalu mencarinya," ucapnya sembari menatap mataku."Benarkah? Kata mamaku takkan pernah kembali karena ayahmu menikah lagi, jadi bundamu kabur!" Anak itu berlari sambil tertawa meninggalkan Faiz.Astaghfirullah. Ada ya anak yang diajari seperti itu oleh orang tuanya. Aku sangat tak habis pikir bagaimana orang tuanya bisa menjadikan seorang anak sebagai penggosip.Aku berjongkok, menatap mata Faiz--anakku."Sayang, tak usah didengar perkataan temanmu itu! Ayah dan Bunda memang sudah sepakat tentang pernikahan Ayah dan Mama Cynthia. Jadi, Bunda sama sekali tak keberatan tentang itu. Bunda pergi karena hal lain sepertinya. Kita tanya ya, saat bertemu Bunda nanti!" sahutku.Faiz menghela napas kasar. Ia pun menatapku, lalu tersenyum."Iya, Yah. Aku tau dari Bunda juga seperti itu. Bunda selalu nyuruh aku buat mencintai juga Mama Cynthia. Aku nggak bakal terpengaruh oleh omongan tem

    Last Updated : 2023-10-29

Latest chapter

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Keluarga Bahagia

    Kesadaranku akhirnya sudah penuh. Aku lepaskan ia, dan ternyata ia Yuni, bukan Tika. Beruntung aku tak menyebut nama almarhumah istriku, takutnya nanti Yuni tersinggung jika aku menyebutnya."Eh, iya. Maafkan ya, Yun. Mas Wahyu masih kangen dan ingin selalu dekat kamu. Kamu benar-benar ngegemesin buat Mas," sahutku sambil menjawil hidungnya yang bangir."Eh, Mas Wahyu terus aja colek-colek. Aku mau wudhu lagi sekarang. Mas jangan gangguin lagi ya!" sahutnya dengan wajah galaknya. Lebih tepatnya sok galak, padahal aku tau kalau Yuni nggak bakal bisa galakin suaminya."Iya, silahkan Dek. Aku juga dari tadi nungguin kamu kok, sampe ketiduran gini."Yuni kembali ke kamar mandi, sementara pandanganku tertuju pada ponselku.[Mas, aku sudah keluar dari sel tahanan kemarin. Bisa kita bertemu?] tanyanya di pesan aplikasi hijau.Mau apa Cynthia menghubungiku? Apa ia mau menjadi istriku kembali? Ah, jangan harap karena aku sudah memiliki istri shalihah seperti Yuni.Pikiranku masih dipenuhi pert

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Malam yang Indah

    Aku memandangi wajahnya lagi. Menelisik kebenaran yang ada padanya. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap di kamar ini, bersama dengan Yuni dan Kia. Biarlah aku dengan mereka malam ini."Yah, ayo kemari!" Kia menunjuk-nunjuk pada tempat tidur yang sudah ia naiki lebih dulu.Aku melempar senyum dan menghampiri anakku. Yuni pun mengikuti di belakang. "Iya, Sayang. Ayah akan tidur di sebelah Kia. Sekarang udah malam, Kia cepat-cepat tidur karena esok kita ada agenda untuk bertemu bunda," sahutku mengingatkannya.Kia mengerutkan dahinya. Ia baru mengingat agenda kami esok. Atau mungkin Kia belum tau kalau kami memang akan mengunjungi makam Almarhumah Tika."Iya, Yah. Aku mau tidur sekarang aja. Kan mau ketemu Bunda. Tapi, sepertinya aku tidur di kamarku saja. Kasian Kak Faiz tidur sendirian di sana. Biar aku di sana saja, takutnya kakak besok kesiangan, jadi aku harus membangunkannya," jawab Kia.Gadis kecilku malah akan meninggalkan kamar kami. Pandanganku beralih pada Yuni, ia menunduk,

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Ada Kia di Malam Pertama Wahyu dan Yuni

    Yuni menganggukkan kepalanya. Setelah terlihat agak sepi, Kia meminta Yuni duduk. Ia memijati Yuni, kulihat Yuni jadi salah tingkah saat kakinya diminta diangkat dan bertumpu pada salah satu kursi yang dibawa Kia. Kia memijat Yuni pada posisi jongkok."Udah ... udah Kia. Nggak usah, nanti aja ya. Kamu juga pasti capek kan?" Yuni berusaha mendaratkan kakinya. Ia merayu Kia dan akhirnya Kia tak meneruskan pijatannya karena tamu datang kembali. Mereka sudah antri untuk bersalaman dengan kami."Kia, udah ya! Tolong bawa kembali kursinya. Nanti kalau acara sudah selesai, kamu bisa pijat kaki Mama," jelasku. Ia mengerti dan tak meneruskannya. Bapak membantu Kia untuk membawakan kursi ke tempatnya kembali.Acara berlangsung lancar dan tak ada kendala yang begitu sulit. Semua bisa diatasi dengan baik oleh tim panitia.Tibalah kami untuk beristirahat. Yuni sudah ke kamar lebih dulu, sedangkan aku masih mengobrol dengan Ibuku dan kedua orang tua Yuni."Nak Wahyu, kalau sudah capek, kamu istirah

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Pernikahan Wahyu dan Yuni

    Yuni diam. Ia tidak mau berkata-kata lagi terhadapku. Aku masih menunggu ia bicara sambil menghela napas berkali-kali."Maksudnya aku mau jadi istrimu, Mas. Insya Allah aku kan fokus mengurus Kia, Faiz, Andini dan anak-anakku nanti."Aku tak percaya dengan yang baru saja kudengar dari mulut Yuni. Ia mengatakan mau menjadi istriku.Puji syukur pada Allah yang sudah memberikan jawabannya. Akhirnya Kia dan Faiz punya Bunda lagi, begitu juga Andini, mamanya masih menjalankan hukuman. Tapi, ia bisa menganggap Yuni sebagai mamanya juga nanti."Alhamdulillah, terima kasih, Yun. Setelah ini, aku kan menemui Bapak dan Ibu untuk membicarakan pernikahan kita. Kamu maunya gimana?" Aku harus tau maunya Yuni karena ia masih gadis. Setidaknya seorang gadis ingin melaksanakan pesta pernikahannya nanti. Aku tak keberatan dan akan melaksanakan keinginannya."Kalau aku terserah Mas Wahyu saja. Aku ikut saja keputusan pembicaraan Mas Wahyu dan kedua orang tuaku," sahut Yuni."Kamu juga harus ikut karena

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Kejutan dari Anak-anak dan Yuni

    "Kan Kia yang minta Tante Yuni selalu jagain Kia. Masa lupa sih?" Aku menimpali anakku yang kebingungan ada tantenya bersamanya saat ini."Iya, Kia yang minta Tante. Kalau Kia nggak mau Tante temenin, ya udah deh. Tante mau pulang dulu," kata Yuni.Kia mencegahnya dan mengatakan kalau ia sangat senang ditemani oleh tantenya."Tante, kapan jadi bundaku?"Tetiba Faiz datang dan nyeletuk pada Kia."Iya aku juga mau kalau yang jadi bundaku selanjutnya itu Tante Yuni. Aku bisa lihat bundaku pada diri Tante," ungkap Faiz. Anak ini juga bicara berdasarkan hatinya."Ya Allah, Tante nggak nyangka kalian punya pikiran seperti itu. Tante hanya nggak mau kalau dianggap sebagai perebut Ayah kalian dari Bunda Tika," sahut Yuni."Nggak dong, Tante. Kan Bunda udah nggak ada. Pasti Bunda seneng kalau Ayah ada yang urus," jawab Faiz bijak.Aku hanya diam mendengarkan percakapan mereka. Sesekali tersenyum mendengar ocehan anak-anak cerdas ini."Baiklah, akan Tante pikirkan dulu ya!" sahut Yuni. Semoga p

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Membawa Kia ke Klinik

    "Ya, aku yakin Yun. Bagaimana tanggapanmu? Apa kamu mau menerimaku?" tanyaku dengan penuh keyakinan."Aku ... aku butuh waktu, Mas. Aku tak mau jadi pengkhianat bagi kakakku. Kuburan Teh Tika masih basah, Mas. Mas udah mau menikahiku. Rasanya aku merasa bersalah jika itu terjadi," jawabnya.Ia menolakku. Itu berarti ia tak menginginkannya. "Baiklah jika itu keputusanmu. Itu berarti kamu tak mau kan?" Aku menegaskan kembali."Bukan seperti itu, Mas. Aku hanya tak mau dianggap sebagai perebut mantan suami kakakku," sahut Yuni dengan suara bergetar."Tenang, Yun. Takkan ada yang menganggapmu seperti itu. Aku akan menghadapi mereka langsung. Ini juga keinginan Kia dan Faiz. Mereka tak menginginkanku menikahi wanita lain selain kamu, Yun," sahutku."Tapi, Mas. Aku takut. Bolehkah aku berpikir dan meminta pertimbangan pada Bapak dan Ibu?" tanya Yuni."Baiklah kalau seperti itu. Aku akan menunggu jawabanmu. Sebenarnya Bapak udah tau, beliau memintaku untuk bertanya langsung padamu." Aku ber

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Kia Sakit

    Kia benar-benar mencecar kami. Terlihat wajah Yuni yang bersemu karena malu. Aku pun jadi tak enak dengannya atas ulah anakku.Yuni tak menjawab pernyataan Kia. Ia mohon diri untuk ke kamarnya. Aku mengizinkannya karena memang kasihan juga dicecar oleh Kia."Kia, udah ya! Nggak boleh ngomong yang aneh-aneh. Kasian Tante Yuni," sahutku sambil membawanya pulang.Kubiarkan Yuni beristirahat karena ia butuh waktu untuk sendiri.***Kia benar-benar menginginkan pernikahan antara aku dan Yuni. Saat ini Kia sedang demam. Ia bergumam terus agar Yuni menjadi bundanya.Faiz juga akhirnya mendesakku untuk menikahi Yuni. Hingga akhirnya aku menghubungi Bapak di kampung, meminta izin padanya untuk menikahi Yuni."Pak, mohon maaf mendadak menelepon Bapak.""Ada apa Nak Wahyu?" tanya Bapak dengan nada khawatir."Kia sedang sakit tiga hari ini. Sebenarnya sudah sepekan ini, Kia memintaku untuk menikahi Yuni. Kalau Bapak tak keberatan, insya Allah aku berniat menikahinya." Akhirnya kuungkapkan juga ke

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Permintaan Kia

    "Ayah belum berpikir untuk menikah lagi, Sayang," sahutku.Kia mencebik. Ia melipat kedua tangannya di depan dada."Tapi aku kasian sama Ayah. Aku nggak mau kalau Ayah nanti nikah lagi, tapi sama orang lain," jelas Kia. Ia bicara seolah orang dewasa yang menasehati anaknya."Hush ... kamu kenapa sih? Tiba-tiba minta Ayah nikah lagi? Kasian kan Ayah masih sedih," timpal Faiz."Kasian Ayah. Aku juga pengen punya Bunda kayak bundaku," terang Kia.Aku melirik mereka, mereka pun diam."Iya, nanti Ayah pikirkan lagi ya! Kalian tenang saja, kalau Allah sudah menakdirkan, insya Allah bisa berjodoh. Tapi, nggak mungkin Tante Yuni mau sama Ayah. Kan Ayah udab tua." Aku terbahak karena memang aku sudah tua, berbeda dengan Yuni yang masih muda dan masa depan yang cerah."Ah, Ayah payah deh!" kata Kia. Kia tak mau memandang padaku, ia memandang ke arah jendela, pandangannya jauh ke samping jendela.Aku hanya tersenyum mendengar tanggapan anak perempuanku itu. Pemikirannya benar-benar diluar predik

  • Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu   Duka yang Dirasakan Anak-anak

    Pemakaman berlangsung lancar dan cuaca mendukung. Anak-anak dan Yuni menangis terus sehingga aku harus menghentikan mereka. Bapak dan Ibu yang membawa Yuni ke kamarnya untuk ditenangkan."Sudah ya, sekarang Bunda udah nggak sakit. Kia dan Faiz masih punya Ayah yang sayang banget dengan kalian.""Iya, Yah." Faiz menyeka air matanya. Kemudian ibu memberi mereka minum teh manis hangat agar mereka lebih tenang."Nak Wahyu juga minum, silahkan!" sahut Ibu. Beliau melirik Kia yang sepertinya sudah mengantuk. "Kia bobo sama Nenek yuk!" Kia mengangguk, ia dan Faiz ikut neneknya. Mereka harus istirahat."Nak Wahyu, makan dulu yuk!" ajak Bapak.Aku ikut saja walau perut tak lapar. "Bu, anak-anak nanti diajak makan juga ya!" pintaku."Iya, sekarang biar istirahat sebentar ya Nak Wahyu! Tadi mereka udah makan roti kok. Tinggal makan nasi yang belum," sahut Ibu."Baiklah, Bu. Terima kasih."Seusai makan, aku diminta istirahat juga oleh Bapak. Katanya kasian karena aku yang paling banyak tak isti

DMCA.com Protection Status