Home / Romansa / Kucari Jodoh Yang Biasa Saja / Bab 4- Dunia Milik Berdua

Share

Bab 4- Dunia Milik Berdua

Author: asihmukti62
last update Last Updated: 2022-01-30 07:23:20

Melihat Ayah dan Ibu kembali bersama benar-benar seperti mimpi. Aku bahkan sudah  sempat menganggap Ayahku sudah meninggal. Rasa kecewa dan sakit hati memaksaku untuk melupakan Ayah dan keluarga kayanya. Tapi Tuhan ternyata berkehendak lain, Ayah sekarang ada di tengah kami.

Ayah dan Ibu bak dua sejoli yang baru jatuh cinta. dimana ada Ibu di situ ada Ayah. Terlebih Ayah yang kelihatan sekali bucin  tingkat akut.

Seperti pagi tadi mereka berdua pergi ke pasar. Berhubung letaknya  tidak jauh dari rumah Ayah mengajak Ibu untuk jalan kaki. Ayah bahkan tak sungkan membawakan tas belanjaan Ibu.

Aku bahkan melihat bagaimana tatapan tetangga saat Ayah dan Ibu lewat depan rumah mereka. Jelas sekali kecanggungan di wajah Ibu, tapi tidak bagi Ayah, laki-laki pemilik wajah blasteran Indonesia Jerman itu bahkan tidak sungkan menggandeng tangan Ibu, sementara tangan satunya membawa tas belanjaan. Sesekali Ibu menghempaskan tangan Ayah, namun ia tak perduli, digandengnya lagi tangan wanita yang telah melahirkanku itu, seolah-olah takut belahan jiwanya itu kembali pergi meninggalkannya. Aku yang saat itu sedang menyapu jalan depan rumah ingin tertawa melihat kelakuan Ayah, kalau saja Ibu tidak melotot ke arahku.

"Berasa ngontrak di bumi kita," sindirku saat Ayah dan Ibu memasuki pagar.

"Makanya cari pacar, biar tahu rasanya gandengan, masa kalah sama truk," jawab Ayah membuatku langsung cemberut, tapi tidak sampai masuk ke hati. Aku tahu Ayah hanya sedang menggodaku saja.

"Belanjanya banyak bener?"

"Mumpung ada yang bantu bawa, sekalian saja," jawab Ibu sambil berlalu. "Nanti bantu Ibu masukan sayur ke kulkas, Nduk!" lanjut Ibu sebelum masuk ke rumah.

Dulu saat masih di rumah Yangti, Ibu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, karena meskipun beliau istri pertama, tapi yang biasa diajak kemana-mana bukan Ibu, tapi Tante Vina. Yangti dan Tante Vina akan berkomplot menggagalkan rencana Ayah, ketika Ayah berniat mengajak Ibu keluar. Sesekali Ayah mengajak kami keluar rumah, itupun sembunyi-sembunyi.

Masih tertanam di otakku bagaiman dulu aku sudah bersiap pergi, sudah memakai baju bagus, Ayah bilang mau mengajakku pergi ke mall. Namun, ketika akan berangkat Yangti justru meminta Ayah untuk mengantar beliau dan Tante Vina pergi entah kemana. Selalu seperti yang lalu-lalu Ayah tak mampu menolaknya. Ketika ayah menolak pun Ibu lah yang akan membujuk Ayah untuk menuruti keinginan Yangti.

Terlalu asik ngobrol banyak hal dengan Ayah, tak terasa waktu makan siang tiba. Dari dalam Ibu sudah memanggil kami untuk makan siang. Makan siang kali ini sangat berbeda dari biasanya. Selain karena ada ayah yang menemani kami, jumlah makanan yang terhidang di meja pun beraneka macam. Ibu benar-benar nggak kira-kira masak untuk kami. Piring Ayah bahkan sampai penuh karena banyaknya lauk yang ibu taruh di piringnya.

"Kita cuma bertiga loh Bu, Ibu nggak salah masak sebanyak ini?" Ibu tersenyum sambil sibuk menawari Ayah lauk makannya.

"Cukup Yang, Mas bingung ini mau makan dari mana dulu, lagian sebanyak ini mana habis Mas nanti." Piring Ayah yang menggunung membuatku geleng-geleng kepala, dikiranya Ayah kuli panggul kali, makannya porsi jumbo begitu.

"Pantesan lama, masaknya banyak gini, habisin stok kulkas, Bu?" sindirku sambil mengambil nasi.

"Ini semua kan makanan kesukaan Ayahmu, iya kan Mas?" Ayah otomatis mengangguk, sementara aku mencebikkan bibirku, dasar Ibu bucin.

"Ya makanan kesukaan Ayah, tapi nggak semua dimasak juga kali Bu, yaa ampuuun mentang-mentang lama nggak masakin suami."

Ibu hanya tersenyum mendengar sindiranku, tak lama Ibu beranjak dari kursi namun Ayah segera mencegahnya, "Yang, mau kemana?"

"Ambil jus jeruk Yah, Ibu lupa tadi sudah buat."

"Sini saja dulu, kita makan berdua ya! Mas nggak mungkin habisin ini sendirian." Ibu mengurungkan niatnya mengambil jus jeruk, digeser kursinya mendekat ke arah Ayah. Dan selanjutanya live adegan romantis tersaji di depanku, mereka makan sepiring berdua dan saling suap-suapan. Bener-bener deh, aku merasa jadi air kobokan di sini, tersisihkan.

"Widuri, usiamu bulan depan dua puluh tujuh tahun kan?" tanya Ayah sambil menyuapkan nasi buat ibu.

Kuanggukan kepala, baru sadar kalau sebentar lagi usiaku bertambah. "Iya yah tanggal 14 bulan depan."

"Widuri minta hadiah apa?" Aku terdiam sejenak tidak langsung menjawab pertanyaan Ayah. Sebenarnya selama ini kutak ada yang pernah menarik dengan ulang tahunku, jadi aku sedikit bingung ketika ditanya tentang ulang tahun.

"Nggak usah yah, lagian juga Widuri nggak pernah ngerayain ulang tahun," tolaku halus.

"Nggak bisa begitu, dua puluh tahun ayah tidak pernah memberimu apa-apa, kali ini tidak boleh menolak! Atau Widuri mau ulang tahunnya dirayakan?"

Aku yang sedang minum, tanpa sengaja menyemburkan minumanku, terlalu terkejut mendengar pertanyaan Ayah. Tak terbayangkan aku yang wanita dewasa berusia 27 tahun membuat perayaan ulang tahun. Bagi orang lain mungkin hal biasa tapi bagiku itu terlalu absurd.

"Widuri ulang tahun ke dua puluh tujuh, bukan ulang tahun ke tujuh, Ayah, tidak ada raya-rayaan kaya anak kecil aja," tolakku sambil sedikit tergelak.

"Ok, tidak ada perayaan tapi harus ada hadiah, nanti kamu pikirkan saja mau hadiah apa!" K anggukan saja kepalaku, tanpa berniat membantah Ayah.

"Nduk, kamu sudah memberi keputusan untuk permintaan Ayah kan?" tanya ibu, yang kujawab dengan anggukan.

"Bagaiman tadi keputusannya?" imbuh Ibu

"Widuri setuju kalau Ibu mau kembali dengan Ayah, tapi Widuri tetap di sini, kerjaan Widuri kan di sini jawabku.

Aku benar-benar tak pernah merass se-happy

Andai Toya disini, semua pasti akan lebih mudah, meskipun usianya masih muda, tapi Toya sangat dewasa.

"Toya bagaimana?" lanjutku.

"Toya juga menyerahkan semua ke ibu, sebelum kamu pulang ibu sudah hubungi Toya, ayahmu juga sempet vidio call, alhamdulillah respon Toya tidak seperti yang ayah dan ibumu khawatirkan sebelumnya .

"Bagaimana kalau kemarin Toya dan aku tidak mau menerima ayah, Bu?" tanyaku penasaran.

"Ibu akan bertahan bersama kalian."

"Kenapa? Ibu tidak kasihan dengan ayah? Perjuangannya menemui ibu kan tidak main-main, jadi mata-mata saja hampir satu bulan" ayah tergelak sambil mengelus-elus tangan kiri ibu.

kegiatan makan siang kami yang telah selesai beberapa menit yang lalu, kami lanjutkan dengan ngobrol di meja makan.

"Kalian harta terindah ibu, nggak mungkin ibu mengorbankan kalian."

"Lalu mas bagaimana, Yang?" rajuk ayah membuatku mencebikan mulutku melihat kelakuannya yang terlalu manja, sama sekali tidak cocok dengan tampilannya yang maskulin.

"Ya itu tantangannya Mas, untuk menaklukan Widuri dan Toya." ibu memandang geli tingkah ayah.

"Kamu tega sekali, Yang."

"Lah terus mau ayah bagaiman?"

"Ya kamu nggak boleh nolak aku, kita berjuang bersama-sama untuk meyakinkan anak kita."

"Astaga ayah, apa lagi ini? Kalian kan memang sudah kembali bersama, Widuri dan Toya juga tidak ada masalah, terus apa yang diributkan?" ucapku mulai jengah tapi juga ingin tertawa melihat kelakuan ayah.

"Kan ini pura-puranya, Nak," bela ayah sambil nyengir.

"Ayah bermaksud membawa ibumu ke Jakarta minggu depan, Widuri mengijinkan tidak, kalau bisa Widuri menyusul saat akhir pekan?"

"Terserah ibu saja Yah, bagaimana baiknya menurut ibu, Widuri tidak masalah yang penting ibu bahagia."

"Sambil menunggu ayah menyiapkan rumah, biar nanti kita bisa langsung ke rumah sendiri."

"Jadi bagaimana Widuri bisakan akhir pekan menyusul ke Jakarta, yangti juga pasti ingin ketemu Widuri?"

"Ya Yah, In shaa Allah." ku kabulkan keinginan ayah, meskipun aku tidak terlalu yakin apa Yangti benar kangen padaku.

"Semoga secepatnya kita bisa kumpul bersama." doa ayah yang lalu diamini oleh ibu dan aku. Mengamini doa ayah berarti juga merembet ke pekerjaanku yang tentu juga harus pindah, aku hanya bisa tersenyum miris.

Aku berharap ibu kali ini bisa diterima dengan baik oleh keluarga ayah, aku berjanji akan membawa ibu sejauh-jauhnya kalau mereka kembali menyakiti ibu.

Kurang luar biasa apa kami bisa menerima ayah begitu saja setelah dua puluh tahun dalam bayangan kelam yang diciptakan keluarga ayah, perjuangan Ibu tidaklah mudah, banyak tangis mengiringi.

Tapi entahlah kali aku sangat yakin dengan kesungguhan ayah, paling tidak aku menjadi lebih tenang melepas Ibu kembali ke sisi Ayah.

Inshaa Allah semua akan baik-baik saja, aku hanya bisa memasrahkan semua padaNya. 

Related chapters

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab5-Yang Biasa Saja

    Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru.Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m

    Last Updated : 2022-02-01
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 6- Mencoba Berdamai

    Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal.Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya."Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi

    Last Updated : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 7-Beby Siter Dadakan

    I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel. Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku. Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa

    Last Updated : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 8 - Dia Yangti

    Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun."Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil."Siap Bos," kataku sambil hormat."Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan."Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi."Wanita itu harus memiliki wawasan lua

    Last Updated : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 9-Menginap

    Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d

    Last Updated : 2022-03-04
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 10-Sendok dan Garpu

    Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.*****Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan."Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m

    Last Updated : 2022-03-06
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 11-Pillow Talk

    Hai kamu iya kamu selamat malam. Pak sendok up nieh. Semoga klen suka yaaa. Btw, ada yang nungguin pak sendok nggak nih? kalu sudah baca boleh loh tinggalin jejak, jangan lupa ulasannya yaa bintang lima dooong. i lup u ols🥰🥰*****Malam semakin larut, anak-anak Mba Mira sudah terlelap, setelah kubacakan mereka dongeng. Mba Mira sendiri biasanya akan tidur dengan Mas Radit dulu, namun akan bergabung denganku saat Mas Radit telah tidur. Pernah aku keberatan, nggak enak rasanya kalau kehadiranku mengganggu kebersamaan mereka, namun Mba Mira tidak peduli, dengan alasan sudah minta ijin Mas Radit, dan Mas Radit juga tidak keberatan.Pukul 21.15 kuputuskan untuk mengirim pesan pada ibuku, mengecek sudah tidur atau belum. Saat pesan yang kukirim langsung centang biru, segera saja ku-video call nomor Ibu."Assalamualaikum bu," sapaku ketika wajah Ibu telah mun

    Last Updated : 2022-03-26
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 12- Guling Hidup

    Mba Mira kubuat terbengong-bengong dengan pernyataanku yang tak ingin menikah. Sementara Aku masih menyelimuti seluruh tubuhku, tak berniat membukanya, lebih ketakut melihat tampang Mba Mira saat ini. Setelah saling terdiam beberapa saat, tiba-tiba selimut yang kupakai ditarik paksa oleh Mba Mira."Bocah edan! Maksudmu opo dengan tidak usah menikah?" tanya Mba Mira sambil melotot."Ya ora opo-opo, Mbak. Aku merasa nyaman sendiri begini," jawabku sambil kembali memakai selimut yang tadi ditarik Mba Mira."Kamu jangan egois to, Wid. Bagaimana perasaan ibumu kalau kamu tidak menikah? Ibumu kan sudah lama kepengin nimang cucu, Wid," cicit Mbak Mira sedikit menekan suaranya takut membangunkan seisi rumah.Kutarik napasku, lalu kuhembuskan dengan kasar. Ibuku? Mana mungkin aku melupakan perasaan Ibuku. Bagiku hal terpenting di dunia ini adalah Ibuku. Aku akan rela melakukan apapun asalkan beliau bahagia."Naah kan, nggak bisa jawab kan

    Last Updated : 2022-03-26

Latest chapter

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 13-Pagi yang Heboh

    Suasana pagi di rumah Mba Mira cukup membuat rooming di telinga. Mba Mira yang biasanya memang sudah cerewet, saat pagi hari kadar cerewetnya meningkat berkali-kali lipat. Seolah-oleh kalau berhenti bicara, maka berhenti pula bumi berputar. Ditambah dengan kelakuan si kembar yang tak mau diam, seolah memang sengaja untuk memancing emosi ibunya. Hanya Mas Radit yang tidak terpengaruh oleh kehebohan anak istrinya."Zaidan, letakkan mainannya!" teriak Mbak Mira yang kesekian kalinya."Zaidan, denger Bunda ngga? Letakan mainannya! Mandi dulu!" Mba Mira kembali mengulang titahnya dengan lebih keras."Iya iyaa, Idan mau mandi sama Ate Ui aja," jawab Si Bos kecil sambil mendekat ke arahku."Ate Ui sudah pakai baju kerja nanti basah, mandi sama Bunda saja!" Sang ibu menolak ide sang anak."Nggak mau!" tolak Zaidan dengan cepat."Yah, bantuin to ah! Kebiasaan nggak peka banget lihat istri repot." Kali ini Mba Mira mulai melebarkan g

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 12- Guling Hidup

    Mba Mira kubuat terbengong-bengong dengan pernyataanku yang tak ingin menikah. Sementara Aku masih menyelimuti seluruh tubuhku, tak berniat membukanya, lebih ketakut melihat tampang Mba Mira saat ini. Setelah saling terdiam beberapa saat, tiba-tiba selimut yang kupakai ditarik paksa oleh Mba Mira."Bocah edan! Maksudmu opo dengan tidak usah menikah?" tanya Mba Mira sambil melotot."Ya ora opo-opo, Mbak. Aku merasa nyaman sendiri begini," jawabku sambil kembali memakai selimut yang tadi ditarik Mba Mira."Kamu jangan egois to, Wid. Bagaimana perasaan ibumu kalau kamu tidak menikah? Ibumu kan sudah lama kepengin nimang cucu, Wid," cicit Mbak Mira sedikit menekan suaranya takut membangunkan seisi rumah.Kutarik napasku, lalu kuhembuskan dengan kasar. Ibuku? Mana mungkin aku melupakan perasaan Ibuku. Bagiku hal terpenting di dunia ini adalah Ibuku. Aku akan rela melakukan apapun asalkan beliau bahagia."Naah kan, nggak bisa jawab kan

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 11-Pillow Talk

    Hai kamu iya kamu selamat malam. Pak sendok up nieh. Semoga klen suka yaaa. Btw, ada yang nungguin pak sendok nggak nih? kalu sudah baca boleh loh tinggalin jejak, jangan lupa ulasannya yaa bintang lima dooong. i lup u ols🥰🥰*****Malam semakin larut, anak-anak Mba Mira sudah terlelap, setelah kubacakan mereka dongeng. Mba Mira sendiri biasanya akan tidur dengan Mas Radit dulu, namun akan bergabung denganku saat Mas Radit telah tidur. Pernah aku keberatan, nggak enak rasanya kalau kehadiranku mengganggu kebersamaan mereka, namun Mba Mira tidak peduli, dengan alasan sudah minta ijin Mas Radit, dan Mas Radit juga tidak keberatan.Pukul 21.15 kuputuskan untuk mengirim pesan pada ibuku, mengecek sudah tidur atau belum. Saat pesan yang kukirim langsung centang biru, segera saja ku-video call nomor Ibu."Assalamualaikum bu," sapaku ketika wajah Ibu telah mun

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 10-Sendok dan Garpu

    Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.*****Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan."Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 9-Menginap

    Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 8 - Dia Yangti

    Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun."Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil."Siap Bos," kataku sambil hormat."Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan."Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi."Wanita itu harus memiliki wawasan lua

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 7-Beby Siter Dadakan

    I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel. Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku. Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 6- Mencoba Berdamai

    Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal.Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya."Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab5-Yang Biasa Saja

    Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru.Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m

DMCA.com Protection Status