Beranda / Romansa / Kucari Jodoh Yang Biasa Saja / Bab 3-Ibu Berhak Bahagia

Share

Bab 3-Ibu Berhak Bahagia

Penulis: asihmukti62
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-29 12:45:41

Teh di gelas Ayah masih setengah cangkir,  sementara 3 biji lumpia di atas piring yang ku hidangkan sudah habis tak tersisa. Belum ada pembicaraan yang serius antara kami. Sesekali Ayah menanyakan nama tetangga yang melintas di depan rumah. 

 

"Ayah mau lagi, lumpianya? Biar Widuri gorengin lagi," tawarku.

 

"Cukup lah Wid, nanti malah kekenyangan, sebentar lagi juga makan siang."

 

Suasana sedikit canggung, mungkin karena aku merasa belum terbiasa dengan kehadiran Ayah di tengah-tengah kami. Kemungkinan Ayah pun sama.

 

"Eeemmm...sejak kapan Ayah tau keberadaan kami?" Untuk memecah kesunyian aku mencoba untuk mulai bicara sesuatu yang lebih pribadi.

 

"Sudah hampir satu bulanan," jawab Ayah sambil menyesap tehnya.

 

"Kok baru muncul sekarang." 

 

"Karena Ayah pengecut." Pandangan ayah menerawang ke atas, "Ayah takut Ibumu tak mau menerima Ayah lagi."

 

"Selama ini Ayah tinggal dimana?" 

 

"Ayah mengontrak rumah Pak Sofian." Pak Sofian adalah tetanggaku yang berprofesi sebagai hakim. Sudah hampir tiga bulan memang rumahnya kosong karena Pak Sofian dipindah tugaskan ke Jogja. 

 

"Dan selama itu Ibu tidak tahu, kalau Ayah tinggal di situ?" tanyaku penasaran, Ayah menggeleng. 

 

"Ayah akan mengintip Ibumu dari balkon saat belanja sayur, atau saat Ibumu ngobrol dengan tetangga di depan rumah." Senyum menghias wajah Ayah saat mengenang kelakuan konyolnya. 

 

"Ayah bahkan tahu jadwal Ibumu ke pasar." 

 

"Dan Ibu tidak menyadari kalau hampir sebulan ada yang jadi stalker-nya?" tanyaku sedikit terkekeh.

 

"Sepertinya tidak, Ayah benar-benar stalker profesional." Ayah tergelak, lalu kembali menyesap tehnya kembali. 

 

Perlahan suasana di antara kami mulai mencair. Ternyata semudah itu aku memaafkannya. Atau sebenarnya selama ini aku merindukan kehadir laki-laki yang mewariskan mata tajamnya pada Toya ini.

 

"Ayah juga mulai bertanya-tanya tentang Ibu pada para ahli gibah di komplek ini." 

 

"Bu Tejo?" Tebakku dan langsung diangguki oleh Ayah. 

 

"Apa saja yang Ayah tanyakan pada Bu Tejo?" 

 

"Banyak, kegiatan Ibumu selama ini, apa ada laki-laki yang mendekati Ibumu, bagaimana Ibumu disini, banyak lah." 

 

"Emang Bu Tejo nggak curiga ditanya-tanya terus?" 

 

"Kan tanyanya pakai startegi, Ayah juga pura-pura tanya tentang tetangga yang lain, jadi Bu Tejo tidak curiga." 

 

"Terus info apa yang Ayah dapat dari Bu Tejo?" 

 

"Banyak, cuma di kasih sogokan sedikit saja, informasinya mengalir deras, sampai-sampai yang nggak Ayah tanyakan aja dikasih tahu." Dasar Bu Tejo.

 

"Emang Ayah nyogok pakai apa?" Kupandang Ayah yang masih saja senyum-senyum sendiri. 

 

"Pernah makanan, pernah tas, pernah kain batik." 

 

"Nggak heran lah, Bu Tejo memang begitu, tapi sebenarnya orangnya baik. Dulu waktu awal-awal Ibu hamil Toya, gosip tentang Ibu yang hamil diluar nikah ramai banget. Tapi Bu Tejo akhirnya yang sibuk klarifikasi ke tetangga yang lain setelah tahu masalah sebenarnya dari Tante Mira. Padahal nggak ada yang minta loh, Yah. Dia kaya punya kewajiban untuk membersihkan nama Ibu. Yangti dan Ayah pernah jadi trending topik di komplek ini, loooh." Ayah tampak beberapa kali menarik napas panjang mendengar ceritaku.

 

"Ayah tahu, bahkan Ayah pernah disumpahi impoten sama Bu Tejo." Ayah meringis miris, sementara aku tak sanggup menahan tawa. 

 

"Jangan bilang kalau Ayah takut kejadian beneran?"

 

"Ya takutlah, bagaimanapun Ayah banyak salah pada kalian, kalau benar kejadian, bagaimana program adik buat kalian nanti." 

 

"Ayah serius ingin program adik buat kami?" 

 

"Serius lah, bahkan dua rius." 

 

"Ibu hampir lima puluh tahun loh yah, resikonya besar kalau punya anak lagi." 

 

"Nah itu, Ayah ingin ngasih kalian adik, tapi Ayah juga nggak mungkin membiarkan Ibumu hamil dengan resiko tinggi." 

 

"Ayah nggak serius dong?" 

 

"Serius, siapa bilang nggak serius? Serius tapi ada syarat dan ketentuan yang berlaku." Ayah ngeles sambil nyengir. 

 

"Kalian berdua sudah lebih dari cukup untuk Ayah." ucapnya sambil mengusap kepalaku. 

 

"Rasanya seperti mimpi, bisa berkumpul dengan kalian lagi, sesuatu yang dulu sudah tidak berani Ayah harapkan. " 

 

"Saat pertama melihat Ibumu lagi, ayah merasa tidak pantas untunya, ternyata Ibumu baik-baik saja tanpa Ayah."

 

"Sejak kapan Ayah akhirnya berani muncul di hadapan Ibu? Bukan pas aku pulang kan?" tanyaku penasaran.

 

"Hampir semingguan, awalnya Ibumu shock ketemu Ayah, dua hari Ibumu tidak mau menemui Ayah."

 

"Kok terus mau? Pakai dukun, ya?" tanyaku sedikit bercanda. 

 

"Ayah nunggu Ibumu sambil hujan-hujanan di depan rumah ini." Senyum kembali hadir di wajah Ayah. 

 

"Serius?" tanyaku tak percaya. 

 

"Serius lah."

 

"Kok kaya sinetron belut terbang, Yah?" 

 

"Memang Ayah meniru sinetron, Wid. Hampir sebulan Ayah nganggur, kegiatannya ya nonton sinetron. Ayah jadi tahu kalau mau minta maaf harus hujan-hujanan seharian di depan rumah." Aku benar-benar tak kuasa menahan tawa mendengar cerita Ayah. 

 

"Dan Ayah benar-benar hujan-hujanan seharian?" tanyaku sambil tertawa. 

 

"Untung Ibumu nggak setega itu, belum satu jam Ayah sudah disuruh masuk, Ibumu terus marah-marah, katanya Ayah malu-maluin." kenang ayah sambil senyum-senyum. Terlihat jelas raut bahagia di wajahnya.

 

"Iya lah, nggak kebayang kaya apa malunya Ibu waktu itu." 

 

"Habis itu Ayah sakit, Ibumu mau jenguk Ayah,dari situ Ibumu mulai mau menerima Ayah lagi."

 

"Kok ibu mau ya jenguk Ayah?" 

 

"Ayah minta tolong Bu Tejo, sebelumnya ayah ceritakan semua kisah Ayah dan Ibumu pada Bu Tejo dan Pak Tejo, Ayah juga tunjukin surat nikah kami." Yah, Pak Tejo adalah RT di lingkungan kami. 

 

"Bu Tejo memang ahlinya meyakinkan orang, kadang gosip yang nggak benar saja kaya beneran kalau yang woro-woro Bu Tejo." Ayah tertawa mendengar fakta tentang Bu Tejo. 

 

"Ayah juga nggak tahu bagaimana cara Bu Tejo meyakinkan Ibumu, karena nggak berselang lama Ibumu datang, bahkan mau merawat Ayah."

 

"Mungkin sudah waktunya Ibu bahagia, Yah." 

 

"Ibumu menyerahkan padamu dan Toya keputusan untuk kembali atau tidak, Naaak." Ayah menatap penuh harap ke arahku. "Sekali lagi Ayah minta maaf! Tidak seharusnya Ayah baru datang sekarang, setelah banyak penderitaan yang kalian alami. Ayah merasa tidak tahu diri sekali.

 

"Widuri sudah memaafkan Ayah. Tapi kalau harus bertemu keluarga Ayah, Widuri belum siap, Yah," jawabku pelan. "Apa tidak bisa kami di sini saja, Yah?" 

 

"Ahli waris laki-laki sangat penting bagi keluarga Sudarmo. Ayah sebenarnya sudah mengikhlaskan semua, tapi Yangtimu yang tidak terima. Dulu saat masih ada Aldo tidak ada masalah, sekarang Toyalah cucu laki-laki satu-satunya." 

 

Kuhembuskan napasku, apa yang harus ku putuskan? Terlalu berat kembali ketengah keluarga yang dari awal memang tidak menginginkan kami. 

 

"Kenapa Ayah tidak bisa memutuskan sendiri? Kenapa harus selalu ada Yangti disetiap keputusan Ayah?" 

 

Sosok Yangti tiba-tiba terbayang di pelupuk mataku. Sosok wanita yang tegas dan memiliki kemauan yang keras. Bagaimana dulu Yangti memperlakukan Ibu masih terpatri kuat di otakku. Tak kubayangkan bagaimana nanti kalau kami dipertemukan kembali.

 

"Karena Yangtimu ibu Ayah, ibu yang melahirkan Ayah, Ibumu juga tidak pernah mengizinkan Ayah melawan Yangtimu. Dulu Ayah selalu menunggu Ibumu meminta Ayah untuk mengajaknya pergi. Ayah rela meninggalkan semuanya asal selalu bersama Ibumu. Tapi sampai detik ini pun Ibumu tak pernah memintanya, bagi Ibumu surga di telapak kaki Ibu. Bagaiman bisa Ayah berpaling dari wanita sebaik Ibumu." Tampak keseriusan di wajah Ayah saat mengatakannya. 

 

"Ayah berjanji kali ini hanya ada Ibumu, tidak ada yang lain."

 

"Ayah sudah berpisah sama Tante Vina?" Ayah menganggukan kepalanya, lalu menarik napas panjang. 

 

"Tolong jangan benci Tante Vina, Naaak, Ayah lah yang salah di sini, Ayah tak pernah bisa adil padanya, kesalahan terbesar Tante Vina adalah mencintai Ayah," ucap Ayah sambil menatap nanar langit-langit teras rumah kami. 

 

"Mungkin dulu Ibumu tidak mendapat kasih sayang dari Yangti dan saudara-saudara Ayah, tapi Ibumu mendapat cinta yang besar dari Ayah. Sesuatu yang sangat diinginkan Tante Vina, dan tak pernah bisa Ayah berikan."

 

"Kenapa ayah menceraikan Tante Vina?" 

 

"Bukan Ayah yang menceraikan Tante Vina, tapi Tante Vina lah yang meminta, dia akhirnya menyerah disaat Ayah mulai belajar menerima keadaan."

 

"Ayah menyesal berpisah dengan Tante Vina?" 

 

"Tidak, bagaimanapun Tante Vina juga layak bahagia, tapi tidak bersama Ayah."

 

"Apa Tante Vina sudah menikah lagi?"

 

"Sudah, dengan ayah kandung Aldo. Sekarang Tante Vina sudah banyak berubah. Apapun yang pernah Tante Vina lakukan dulu, Widuri mau kan mengikhlaskannya?" Kuanggukan kepala, tak ada yang terpaksa memaafkan adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan hati. Toh Ibu juga selalu mengajari kami untuk tidak menyimpan dendam. 

 

"Widuri tidak keberatan kalau Ibu mau ikut Ayah ke Jakarta. Tapi bisa nggak Yah, kalau tinggal di rumah sendiri saja? Jangan di rumah Yangti?" tawarku, entah lah aku masih sedikit takut kalau tinggal serumah dengan Yangti. 

 

"Ayah juga sudah berpikir ke situ, Naaak." Lega rasanya ketika Ayah berpikir serupa denganku. "Ayah harus memastikan kalian nyaman di sana.  Yangti biar jadi urusan Ayah nanti."

 

Aku tak bisa menahan senyum bahagia. "Widuri tidak suka rumah yang besar Yah, rumah yang biasa saja," tawarku lagi.

 

"Apapun untuk kalian." Senyum Ayah semakin lebar, ada kelegaan di sana. 

 

"Tapi Widuri tetap di sini loh Yah, sesekali saja ke Jakarta, pekerjaan Widuri kan di sini." Ayah sedikit memicingkan matanya ke arahku. 

 

"Widuri tidak bisa pindah saja ke Jakarta?" tawar Ayah sedikit memohon. "Kita sudah berpisah terlalu lama, Ayah ingin berkumpul dengan kalian."

 

"Ribet ngurusnya Yah, untuk Toya biar nanti dia memutuskan sendiri ya, Yah." 

 

"Ya sudah, ini dibicarakan lain kali saja, kemarin Ayah sudah sempat bertukar kabar lewat telpon dengan Toya, Ayah sangat bersyukur karena dikaruniai anak-anak yang baik-baik seperti kalian." Kembali Ayah mengusap kepalaku sambil tersenyum. 

 

Aku berharap keputusan ini, keputusan yang terbaik bagi kami, khususnya untuk ibuku. Ibu berhak bahagia.

 

Bab terkait

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 4- Dunia Milik Berdua

    Melihat Ayah dan Ibu kembali bersama benar-benar seperti mimpi. Aku bahkan sudah sempat menganggap Ayahku sudah meninggal. Rasa kecewa dan sakit hati memaksaku untuk melupakan Ayah dan keluarga kayanya. Tapi Tuhan ternyata berkehendak lain, Ayah sekarang ada di tengah kami.Ayah dan Ibu bak dua sejoli yang baru jatuh cinta. dimana ada Ibu di situ ada Ayah. Terlebih Ayah yang kelihatan sekalibucintingkat akut.Seperti pagi tadi mereka berdua pergi ke pasar. Berhubung letaknya tidak jauh dari rumah Ayah mengajak Ibu untuk jalan kaki. Ayah bahkan tak sungkan membawakan tas belanjaan Ibu.Aku bahkan melihat bagaimana tatapan tetangga saat Ayah dan Ibu lewat depan rumah mereka. Jelas sekali kecanggungan di wajah Ibu, tapi tidak bagi Ayah, laki-laki pemilik wajah blasteran Indonesia Jerman itu bahkan tidak sungkan menggandeng tangan Ibu, sementara tangan satunya membawa tas belanjaan. Sesek

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab5-Yang Biasa Saja

    Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru.Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 6- Mencoba Berdamai

    Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal.Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya."Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 7-Beby Siter Dadakan

    I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel. Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku. Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 8 - Dia Yangti

    Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun."Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil."Siap Bos," kataku sambil hormat."Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan."Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi."Wanita itu harus memiliki wawasan lua

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 9-Menginap

    Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-04
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 10-Sendok dan Garpu

    Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.*****Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan."Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-06
  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 11-Pillow Talk

    Hai kamu iya kamu selamat malam. Pak sendok up nieh. Semoga klen suka yaaa. Btw, ada yang nungguin pak sendok nggak nih? kalu sudah baca boleh loh tinggalin jejak, jangan lupa ulasannya yaa bintang lima dooong. i lup u ols🥰🥰*****Malam semakin larut, anak-anak Mba Mira sudah terlelap, setelah kubacakan mereka dongeng. Mba Mira sendiri biasanya akan tidur dengan Mas Radit dulu, namun akan bergabung denganku saat Mas Radit telah tidur. Pernah aku keberatan, nggak enak rasanya kalau kehadiranku mengganggu kebersamaan mereka, namun Mba Mira tidak peduli, dengan alasan sudah minta ijin Mas Radit, dan Mas Radit juga tidak keberatan.Pukul 21.15 kuputuskan untuk mengirim pesan pada ibuku, mengecek sudah tidur atau belum. Saat pesan yang kukirim langsung centang biru, segera saja ku-video call nomor Ibu."Assalamualaikum bu," sapaku ketika wajah Ibu telah mun

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26

Bab terbaru

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 13-Pagi yang Heboh

    Suasana pagi di rumah Mba Mira cukup membuat rooming di telinga. Mba Mira yang biasanya memang sudah cerewet, saat pagi hari kadar cerewetnya meningkat berkali-kali lipat. Seolah-oleh kalau berhenti bicara, maka berhenti pula bumi berputar. Ditambah dengan kelakuan si kembar yang tak mau diam, seolah memang sengaja untuk memancing emosi ibunya. Hanya Mas Radit yang tidak terpengaruh oleh kehebohan anak istrinya."Zaidan, letakkan mainannya!" teriak Mbak Mira yang kesekian kalinya."Zaidan, denger Bunda ngga? Letakan mainannya! Mandi dulu!" Mba Mira kembali mengulang titahnya dengan lebih keras."Iya iyaa, Idan mau mandi sama Ate Ui aja," jawab Si Bos kecil sambil mendekat ke arahku."Ate Ui sudah pakai baju kerja nanti basah, mandi sama Bunda saja!" Sang ibu menolak ide sang anak."Nggak mau!" tolak Zaidan dengan cepat."Yah, bantuin to ah! Kebiasaan nggak peka banget lihat istri repot." Kali ini Mba Mira mulai melebarkan g

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 12- Guling Hidup

    Mba Mira kubuat terbengong-bengong dengan pernyataanku yang tak ingin menikah. Sementara Aku masih menyelimuti seluruh tubuhku, tak berniat membukanya, lebih ketakut melihat tampang Mba Mira saat ini. Setelah saling terdiam beberapa saat, tiba-tiba selimut yang kupakai ditarik paksa oleh Mba Mira."Bocah edan! Maksudmu opo dengan tidak usah menikah?" tanya Mba Mira sambil melotot."Ya ora opo-opo, Mbak. Aku merasa nyaman sendiri begini," jawabku sambil kembali memakai selimut yang tadi ditarik Mba Mira."Kamu jangan egois to, Wid. Bagaimana perasaan ibumu kalau kamu tidak menikah? Ibumu kan sudah lama kepengin nimang cucu, Wid," cicit Mbak Mira sedikit menekan suaranya takut membangunkan seisi rumah.Kutarik napasku, lalu kuhembuskan dengan kasar. Ibuku? Mana mungkin aku melupakan perasaan Ibuku. Bagiku hal terpenting di dunia ini adalah Ibuku. Aku akan rela melakukan apapun asalkan beliau bahagia."Naah kan, nggak bisa jawab kan

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 11-Pillow Talk

    Hai kamu iya kamu selamat malam. Pak sendok up nieh. Semoga klen suka yaaa. Btw, ada yang nungguin pak sendok nggak nih? kalu sudah baca boleh loh tinggalin jejak, jangan lupa ulasannya yaa bintang lima dooong. i lup u ols🥰🥰*****Malam semakin larut, anak-anak Mba Mira sudah terlelap, setelah kubacakan mereka dongeng. Mba Mira sendiri biasanya akan tidur dengan Mas Radit dulu, namun akan bergabung denganku saat Mas Radit telah tidur. Pernah aku keberatan, nggak enak rasanya kalau kehadiranku mengganggu kebersamaan mereka, namun Mba Mira tidak peduli, dengan alasan sudah minta ijin Mas Radit, dan Mas Radit juga tidak keberatan.Pukul 21.15 kuputuskan untuk mengirim pesan pada ibuku, mengecek sudah tidur atau belum. Saat pesan yang kukirim langsung centang biru, segera saja ku-video call nomor Ibu."Assalamualaikum bu," sapaku ketika wajah Ibu telah mun

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 10-Sendok dan Garpu

    Hai Bestie bab 10 up yaa. Semoga kaian suka deh, pokoknya masih ada si bucin Satria sama si eneng cantik Widuri.*****Ketika waktu maghrib tiba, sudah menjadi kebiasaan di keluarga Mba Mira, untuk laki-laki biasanya salat di masjid, sementara yang perempuan akan salat berjamaah di musala rumah. Hari ini Mas Radit ke masjid bersama bos dan temannya yang baru kutahu bernama Bayu. Sementara kaum hawa yang telah selesai berjamaah, mulai berkutat dengan persiapan makan malam."Sambelnya mana, Lik Sur?" tanya Mba Rima setelah tak melihat sambel ikut tersaji di meja makan."Tadi kan Mba Widuri yang ngulek to, Mba. Di taruh mana aku kok nggak lihat, yo?" tanya Lik Sur padaku.Aku langsung teringat sambal yang tadi kutaruh di dekat rice cooker. "Owalah iya, tadi tak taruh di dekat rice cooker, malah lupa, tak ambil dulu ya." Aku segera melesat kembali ke dapur mengambil sambel.Saat kembali ke ruang makan, para pria telah duduk m

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 9-Menginap

    Yuuhuuu guys jangan lupa follow dan komentnya yaa, biar tambah semangat akunya😘😘😘****Tiga hari sudah tidak ada lagi kiriman sarapan untukku. Mas Dika benar-benar menepati janjinya untuk berhenti memperjuangkan cintanya. Selama tiga hari ini Mas Dika juga seperti menghindariku, tak sekalipun kami bertemu lagi setelah obrolan empat mata kami.Ada sedikit rasa kehilangan, ketika ada rutinitas yang tiba-tiba berhenti. Biasanya setiap pagi Mas Dika akan menyempatkan mampir ke ruanganku, selain memberikan sarapan pagi, juga untuk melayangkan gombalan-gombalan garingnya padaku.Yang kuinginkan bukanlah seperti ini. Aku ingin tetap menjalin perteman dengan Mas Dika. Mengesampingkan kisah yang memang sebenarnya belum dimulai, namun tapaknya Mas Dika tidak sependapat denganku. Karena jelas sekali dia benar-benar menghindariku."Melamun aja kamu, Wid." Mba Mira tiba-tiba d

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 8 - Dia Yangti

    Hai Bestie, up lagi yaa, semoga kalian suka🥰🥰*****Setelah melayangkan banyak protes pada pasutri resek, yang masih saja cengangas-cengenges menanggapi kekesalanku, aku memutuskan langsung pulang ke kosan. Kekesalanku sedikit berkurang karena Mas Radit berbaik hati mengantarku dulu ke kost sebelum mereka pulang ke rumah."Ate Ui pulang dulu ya, Bos," pamitku pada Zaiden sebelum turun."Ate besok main lagi ya!" pinta si Bos kecil."Siap Bos," kataku sambil hormat."Tuan Putri nanti video call Ate Ui ya! Nanti ate kasih tau make up apa saja yang dibutuhkan seorang putri." Genderang perang siap ditabuh, Syanum kujadikan media untuk membalas keisengan pasutri kurang gawean yang sedang duduk di kursi depan."Wid awas ya, jangan coba-coba merusak kepolosan anakku, dengan hobi nggak jelasmu!" Tak perlu waktu lama Mba Mira langsung bereaksi."Wanita itu harus memiliki wawasan lua

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 7-Beby Siter Dadakan

    I luv u ols😍😍😍 Selamat membaca yaaaa...semoga kelen suka🥰🥰 ***** Akhir pekan tiba, tepat sesuai dugaanku, aku tidak jadi pergi mengunjungi Ayah dan Ibu di Jakarta. Kebiasaan mudik ke Kudus di akhir pekan pun kali ini tidak kulakukan. Mau mudik juga nggak ada ibu, pikirku. Akhirnya ku habiskan akhir pekanku di kos saja, beberes dan membaca novel. Menjelang sore, Mba Mira menghubungiku, dia mengajakku untuk menemaninya pergi ke suatu acara pada Minggu pagi, besok. Aku sudah mencium aroma-aroma tidak enak, palingan diajak juga untuk membantunya menjaga si kembar, anak mereka yang memang super aktif, intinya aku jadi babysister. Tapi dari pada bosen di kost sendirian, aku pun menerima ajakan Mbak Mira. Tidak masalah menjaga duo krucil gemoy. Toh mereka berdua selalu bisa jadi sekutuku. Keesokan harinya sekitar pukul sembilan, Mba Mira dan Mas Radit datang menjemputku. Aku yang telah siap bergegas keluar saa

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab 6- Mencoba Berdamai

    Jadwal keberangkatan kereta Ayah dan Ibu ke Jakarta pukul sepuluh malam ini. Setengah jam sebelum waktu keberangkatan kami telah sampai di Stasiun Tawang. Dari pada terburu-buru kata Ibu, jadi lebih baik berangkat lebih awal.Meskipun malam namun suasana stasiun cukup ramai. Beberapa calon penumpang juga tampak diantar oleh keluarganya. Para pedagang juga masih menjajakan dagangannya."Nggak ada yang kelupaan kan, Yang? Tiket sudah di cek?" tanya Ayah pada Ibu."Sudah tak masukan tas kok, ini..." jawab ibu sambil menunjukan dua lembar tiket kereta yang diambilnya dari dalam tas."Jangan kebanyakan makan mie instan!" Celetuk Ayah tiba-tiba pindah haluan topik."Apa sih, Yah?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Ayah tadi lihat, lengkap bener koleksi mie instanmu. Koleksi itu perhiasan kek, ini koleksi kok mie instan," ejeknya sambil terkekeh."Susah dibilangi anakmu ini kok." Ibu turut memojokanku. Aku sendiri cuek bebek, lah gi

  • Kucari Jodoh Yang Biasa Saja   Bab5-Yang Biasa Saja

    Kupuaskan dua hari ini libur di rumah dengan tidak kemana-mana, benar-benar di rumah saja, menikmati kebersamaan dengan Ayah dan Ibu. Banyak kegiatan yang kami lakukan, dari beberes rumah, mengurus bunga, atau mencoba menu baru.Di setiap kegiatan kami Ayah tanpa sungkan ikut membantu, meskipun ada beberapa bantuannya yang bukannya meringankan tapi malah mengacaukan kata ibu. Tak jarang Ibu ngomel-ngomel karena Ayah hanya menambah pekerjaan saja."Udah lah, duduk saja kamu, Mas! Nggak selesai-selesai kalau begini caranya," protes Ibu saat melihat Ayah salah menyiram bunga anggrek koleksinya."Aduh maaf. Emang anggrek nggak boleh disiram apa gimana? Mas nggak tahu." Ayah mencoba membela diri."Bukannya nggak boleh disiram, Yah. Tapi nggak boleh berlebihan airnya nanti bisa busuk." Aku mencoba menerangkan pada Ayah."Astaghfirullah, maaf ya, yang! Nanti deh Mas belikan bunga anggrek. Mau yang macam apa, tinggal pilih aja.""Bukan m

DMCA.com Protection Status