Share

Banyak Tuduhan

Author: Ans
last update Last Updated: 2023-08-16 18:01:54
“Mey! Lepaskan! Apa-apaan ini!” Aku benar-benar terkejut.

Tanganku berusaha melepaskan tangan Mei yang mencengkeram hijabku tanpa ampun. Beberapa helai rambut di kepalaku ikut tertarik. Hijabku bergeser dari tempat yang seharusnya. Bersamaan dengan seringai kesakitan.

Bukan hanya sakit yang aku rasakan tapi juga rasa malu. Sembari melakukan aksinya Mey terus berteriak melemparkan kata-kata kotor dan tuduhan.

“Dasar janda gatel! Sok suci kamu! Gayamu aja pakai hijab, padahal kerjamu menggoda suami orang!” Mey menarik semakin kuat hijabku dengan kedua tangannya.

Aku mati-matian berusaha mempertahankan agar hijab itu tidak lepas dari kepalaku.

“Mey! Apa maksudmu?! Kenapa kau menyerangku!” Kebingungan masih menyelimuti pikiranku. Apa salahku hingga aku mendapatkan perlakuan seburuk ini.

Beberapa menit adegan tarik menarik antara aku dan Mey semakin liar. Mey mengganas, berbagai umpatan keluar dari mulutnya. Kami bahkan tidak berhenti ketika Mbak Pia dan Anaya keluar dari dalam rumah.
Ans

Lho! Kok bukan bela istrinya malah kepo ini Yohan

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eny Lurie
Memangnya brp pria yg keluar masuk rumah Adina ? kan cm Andre ...hadeeh ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Membela Pasangan

    “Apa itu urusanmu?” tanyaku sengit ketika Yohanes berdiri di samping Meylani. Wanita bertubuh gempal yang tadi berusaha membela Meylani mengambil beberapa langkah ke belakang untuk memberi yang pada Yohanes. Mendengar pertanyaan suaminya, mata Meylani semakin memancarkan kebencian. Kali ini dia tujukan pada Yohanes. Suaminya itu secara terang-terangan bertanya di depan semua orang untuk mencari tahu sesuatu yang sama sekali bukan urusannya. “Apa itu penting untukmu?” Aku melihat Yohanes dan Meylani bergantian. Kali ini aku sudah kembali ke posisiku yang tenang. Dengan tangan terlipat di dada, aku menunjukkan keangkuhan. Bukan hanya pada Yohanes dan Meylani, tapi juga pada semua yang berdiri di sana. “Tidak. Kami bahkan tidak peduli. Ini hanyalah sebuah peringatan agar kau tidak mencemari lingkungan kami dengan perbuatan asusila. Jika kau memang seorang janda maka sebaiknya kau tidak menerima tamu pria di rumahmu. Apalagi pada malam hari. Wajar jika kau akhrinya menjadi sasaran go

    Last Updated : 2023-08-16
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Suami Idaman

    ‘Mau apalagi dia datang? Kalau hanya sekedar permohonan maaf, maka itu tidak akan diperlukan.’ Aku menimbang ragu. Bukankah semuanya berubah dalam seratus delapan puluh derajat sejak tadi pagi. Sikap Yohanes saat berdiri untuk membela Meylani sangat berbeda dengan apa yang pernah kuingat tentangnya. “Buka aja, Mbak. Saya nggak mau Yohanes berdiri lama di depan pintu dan menjadi masalah lain nantinya.” Aku berdiri dari sofaku yang nyaman. Melihat pada Anaya untuk memastikan gadis kecil itu tidak terpengaruh oleh kekesalanku. Anaya tampak masih asyik menulis di sebuah buku. Dia tidak tahu kejadian menyesakkan tadi sore. Sehingga kedatangan Yohanes yang didengarnya menjadi hal biasa bagi Anaya. Dia sama sekali tidak peduli pada pembicaraanku dan Mbak Pia. “Baik, Nyonya.” Mbak Pia bergegas keluar. Aku mengikuti dari belakang. Yohanes tidak perlu masuk ke rumahku atau bahkan ke halaman. Sekedar ingin tahu apa maksud kedatangannya kali ini. Mbak Pia bersamaku untuk memastikan semua aman

    Last Updated : 2023-08-17
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kalila Lagi?

    “Aku akan turun untuk melihatnya.” Mataku masih terasa sepat karena belum waktunya untuk bangun. Sambil berjalan menyusuri tangga, aku melirik jam di dinding. Ah, pantas saja, masih jam tiga pagi. Kenapa ada suara tangis bayi yang kecang di jam begini? Ketika kakiku melangkah dari anak tangga terakhir dan menapak di lantai, mataku enggan percaya. Seorang bayi menangis sambil merangkak di dekat sofa rumahku. Aku mencoba mengenali siapa bayi itu. Ingatanku berputar untuk mencari tahu, tapi gagal. Mataku memindai sekeliling untuk menemukan siapa pun yang bisa memberiku penjelasan. Pintu rumah dalam keadaan terbuka. Semilir angin malam menjelang pagi masuk ke ruangan. Semua terlihat sepi. Sementara bayi itu terus menangis. Melihat dari tampilannya, bayi itu sepertinya berusia dua tahun. Seorang anak laki-laki dengan wajah menggemaskan dan rambut ikal serupa milik Anaya. “Nyonya!” Mbak Pia muncul di ambang pintu. Nafasnya tersengal, wajahnya panik. Terlihat bintik-bintik keringat di d

    Last Updated : 2023-08-17
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Mereka Sudah Pergi

    “Surat?” Aku berbalik dan segera mendekati Mbak Pia. Pembantuku itu sedang sibuk menggenong Jafar dan menenangkan anak lelaki itu. Dia mendekap erat ke dadanya dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya sibuk mengambil sesuatu di kantong Jafar. Beberapa percobaan sebelum akhirnya dia menarik sesuatu keluar. Selembar kertas tanpa amlop yang terlipat kusut karena tertekuk di dalam jaket. Mbak Pia mengulurkan padaku. Tanpa berkata-kata kami bertukar pandang. Semua mengarah pada kebingungan yang sama. Kertas itu pun beralih ke tanganku. Dipenuhi sapuan ombak di dalam perutku, aku mulai membuka dan membacanya. ‘Tante, seperti yang tante minta, aku pergi dari kota ini selamanya. Bahkan dari negara ini. Aku akan menyusul ayahku ke Arab. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena di sana pun tidak tahu seperti apa keadaan ayahku. Aku hanya memikirkan sebuah tempat yang nyaman. Sayangnya aku tidak bisa dan tidak ingin membawa Jafar. Aku tidak siap untuk bertanggung jawab pada hidupn

    Last Updated : 2023-08-19
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kegilaan Fattan

    “Fattan? Kalian sudah gila!” Badai menerjang perutku. Aku urung mengemudikan mobil untuk meninggalkan rumah mewah yang berdiri di depanku ini. Saat Fattan di sambungan telepon, rumah ini kembali bersaksi atas semua yang pernah terjadi. Ingatan ketika pertama kali Fattan membawaku masuk ke rumah ini setelah ijab kabul pernikahan. Lalu bahagia kami dengan kelahiran Anaya. Indahnya rumah tangga yang mewakili surga untuk diimpikan. Hingga semuanya terpaksa hancur seperti kepingan. Alam melakukan seleksi tentang siapa yang haru bertahan dan pergi. “Kenapa kau menghubungiku? Jangan bilang kau tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tertahan. Sedalam mungkin aku berusaha terdengar tenang. Hembusan nafas Fattan terdengar di ujung sambungan. “Terlalu naif jika kukatakan aku tidak tahu. Aku tahu semuanya, Adina. Kalila mengirim pesan ke emailku.” Senyum miringku timbul, “suami istri berkirim pesan dengan email? Kalian dalam hubungan bisnis atau rumah tangga?” “Aku mengganti nomor tele

    Last Updated : 2023-08-20
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Andre Yang Posesif

    “Ya, ini tentang kita dan juga bukan tentang kita.” Kata-kataku yang berbelit pasti membuat Andre semakin berpikir. Alih-alih mencari tahu, Andre yang mendengar suaraku yang sedang gelisah, mengakhiri pembicaraan. “Baiklah, Din. Sampai ketemu jam satu siang, ya.” Setelah menutup sambungan telepon. Aku melemparkan ponselku ke sembarang arah di kasur. Tidak pernah terpikirkan bahwa masa lalu bisa kembali menjadi bagian dari masa depan. Serealistis bahwa sebuah cerita hidup tidak bisa dipisahkan dari cerita hidup berikutnya. Sampai sekarang, hubungan kami masih juga sulit untuk dimengerti. Tidak ada keterikata yang pasti menjadi masa depan, namun juga tidak bisa diabaikan. Jika Andre adalah bagian dari masa depan yang kurindukan, penting baginya untuk tahu apa yang akan kami hadapi bersama. “Mbak Pia, saya keluar dulu.” Mataku berkeliling mencari sesuatu saat aku keluar kamar dan berpamitan pada Mbak Pia yang sedang sibuk di dapur. Mbak Pia tersenyum tipis, “Tuan Jafar sedang tidur,

    Last Updated : 2023-08-20
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Panti Asuhan

    “Ndre! Apa kamu pikir aku mau anak itu bersamaku? Aku sudah berusaha mengembalikan dia pada orang tuanya.” Emosiku menjadi sulit untuk kuredam. Kata-kata Andre terdengar seperti perintah dan tuduhan. “Bagaimana kau berusaha mengembalikan anak itu?” Sama sekali tidak ada keramahan dan sikap sabar dalam diri Andre yang selama ini kukenal. “Aku mendatangi rumah Fattan tadi pagi.” “Dengan membawa anak itu?” tanyanya cepat. “Aku pergi sendiri. Karena di suratnya Kalila ingin meninggalkan Indonesia. Aku harus memastikan bahwa dia memang masih tinggal di sana?” Wajah Andre seketika berkerut menunjukkan bahwa dia tidak senang, “Aku rasa kau ke sana untuk bertemu Fattan.” Itu terdengar seperti tuduhan. Apa yang terjadi pada Andre? Kata-katanya membuatku terkejut, begitu jauh dengan apa yang bisa kupikirkan tentang bertukar pikiran. Andre justru melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Berada di depan Andre dengan masalahku, aku justru merasa Andre sedang membuat masalahku semakin

    Last Updated : 2023-08-20
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Sekali Lagi Mencoba

    “Ok. Aku akan datang sendiri. Langsung melibatkan Anaya rasanya terlalu berisiko,” jawabku setelah memikirkan beberapa saat. Jawabanku tampaknya membuat Fattan tidak terlalu senang. Wajah Fattan terlihat muram. Sepertinya, Fattan tidak setuju dengan ideku. Di sisni lain, aku tidak bisa melibatkan Anaya dalam suatu peristiwa yang belum kuketahui akan berlangsung seperti apa. Bagaimana ibu Andre akan menanggapiku, penerimaannya dan sikapnya. Jika yang terburuk yang harus terjadi, Anaya tidak perlu menjadi bagian yang tidak menyenangkan itu. Aku harus memastikan Anaya tetap aman secara mental. Andre beberapa saat terdiam, sambil menggaruk alis kanan, “baiklah. Terserah kau saja.” “Terima kasih. Aku harus pergi untuk menjemput Anaya.” Aku bersiap berdiri untuk pergi. Kali ini lebih tenang. Berharap tidak ada lagi keributan dan ketegangan di antara kami. “Hati-hati, ya.” Andre mengelus pundakku. Aku tersenyum lalu mengangguk. Lalu berjalan menuju ke pintu keluar restaurant. Ada perasa

    Last Updated : 2023-08-21

Latest chapter

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Memilih Bersamamu

    “Betul, Adina. Maaf karena aku terlambat memberitahumu tentang hal ini. Atau bahkan sebenarnya aku tidak perlu memberitahumu.” Manaf tertunduk lesu. Berita kematian Vivian seperti tenggelam di telan oleh kabar yang Manaf berikan. Semua ini terjadi secara tiba-tiba. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana seharunya berekspresi dengan semua ini. Jika aku adalah anak angkat El Khairi, maka artinya aku dan Tara sama sekali bukan saudara. Tidak ada darah yang sama diantara kami. Keesokan harinya, Maaf meninggalkan Indonesia dan kembali ke Turki. Tara tinggal di mansion yang sama denganku. Hubungan kami menjadi sangat canggung dan aneh, terutama ketika kami hanya berdua saja. Di depan Anaya, Rayyan dan Jafar semua terlihat normal. Namun saat itu hanya tentang aku dan Tara, maka kami menjadi dua orang asing yang sedang belajar saling mengenal. “Nyonya, malam ini akan ada pesta di Deluxe Building. Tuan Tara meminta anda bersiap untuk ikut bersamanya.” Harry menyampaikan pesan Tara saat aku seda

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kematian Vivian

    “Adina, maafkan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik, tapi ini semua di luar kendaliku.” Kata-kata Tara semakin membuatku khawatir. Aku yakin ada hal buruk yang terjadi. “Tara, katakan dengan jelas. Jangan menganggapku terlalu lemah untuk mendengar apa pun. Aku lebih kuat dari yang kau bayangkan. Aku ingin tahu semuanya. Katakan!” Aku tidak bisa lagi menahan amarah karena Tara terlalu lama diam dan berusaha menahan tiap detik untuk berbicara “Vivian tewas tertembak.” Sebuah bom meledak di kepalaku. Ponsel di tanganku meluncur ke bawah dan mendarat di atas lantai batu taman. Tentu saja panggilan telepon dari Tara terputus. Aku membeku tanpa ekspresi. Berita ini terlalu sulit untuk diterima dan diidentifikasikan dengan kata. Dari kejauhan Harry berlari dan mendekatiku. Setelah sambungan telepon kami terputus, Tara pasti langsung menghubungi Harry. Karena itulah Harry datang untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Harry tertegun elihat ponselku yang hancur di atas tanah. Dia berl

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Di Tempat Yang Seharusnya

    “Ke tempat dimana seharusnya anda berada, Nyonya.” Harry menyahut dari kursi penumpang depan tanpa menoleh ke arahku. Aku yang duduk bersama Anaya di kursi belakang memilih diam. Anaya tertidur nyenyak dengan kepala di pangkuanku sejak kami mulai meninggalkan cluster. Aku tidak pernah meragukan Tara atau Harry. Bahkan dengan menutup mata dan tanpa memberikan detail, aku akan mengikuti mereka dengan rasa percaya. Sebuah tempat yang Harry katakan itu akhirnya adalah sebuah mansion yang berada di perbatasan Jakarta-Bogor. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan bahkan dengan sebuah imajinasi tentang Adina El Khairi. Pintu gerbang mansion itu berada sekitar dua kilometer dari bangunan utama. Gerbang emas tinggi dengan penjagaan beberapa security berbadan tegap. Saat tiba di depan pintu gerbang, para penjaga mansion berlarian dan bergegas membuka pintu. Mobil yang kami naiki dan empat mobil lain di belakang kami masuk dengan lancar. Jalanan menuju ke bangunan utama adalah sebuah taman de

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Tidak Akan Pernah Kembali

    “Ya kita berangkat.” Aku mengangguk. Harry mengangkat tangan dan memberikan instruksi pada beberapa orang pria yang berbaju hitam di luar gerbang. Mereka masuk ke dalam rumahku dan mulai berbicara dengan para pelayan dan pengasuh. Ibu-ibu tetangga yang melihat pemandangan itu mendadak diam. Mereka tentu saja bingung karena ini adalah hal berbeda dari yang biasa mereka saksikan. Sebaliknya, Meylani justru mencibir. “Oh! Jadi memang kamu sudah berniat tidak tinggal lama ya di cluster ini. Pantas saja kamu tidak peduli dengan ketentraman cluster ini,” ujar Meylani sinis. “Iya! Bener tuh! Baguslah dia pergi. Jadi cluster kita kembali aman dan damai!” “Dia memang tidak pantas tinggal di sini.” “Itu pasti orang-orang suruhan suaminya. Dia mungkin istri kedua atau simpanan seorang pejabat.” Suara-suara terdengar di sekitar telingaku. Para wanita itu bergumam dengn opini mereka sendiri. Satu hal yang pasti, tidak ada opini baik yang kudengar di sana. Aku hanya diam dan membiarkan semuan

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Sejuta Pertanyaan

    “Kita akan menuju ke tempat seharusnya kita berada. Tempat ini bukan tempat seharusnya kita tinggal.” Aku menggeser berdiriku dan melihat keluar jendela. Tatapanu menyapa sekitar di mana sebelumnya kami berharap banyak pada kehidupan. Mbak Pia diam. Dia bingung dengan apa yang aku katakan. Pembantuku itu selalu percaya pad keputusan apa pun yang aku buat. Dia tidak bertanya lebih banyak. Setelah mengangguk tanda mengerti, dia beranjak ke dapur. Beberapa saat kemudian, rumah kami sedikit riuh karena pengasuh Jafar dan Rayyan mulai mengemas barang-barang pribadi dua bayi itu. Belum lagi sesekali tangisan muncul dri keduanya. Aku bahkan perlu sedikit beradaptasi mendengar suara-suara yang tidak biasa aku dengar. Sejak Anaya beranjak dewasa, di rumah kami segalanya menjadi tenang. Nyaris tidak pernah terjadi keributan dan tangisan seperti yang terjadi saat ini. Aku menenangkan diri di dalam kamr setelah Anaya pulang dari sekolah dan menyelesaikan makan siangnya. Sebuah ketukan memaksa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Keputusan Baru

    “Banyak hal yang berjalan dan tidak bisa kita ubah.” Aku menegaskan pada Andre. Sejujurnya ini terasa seperti sedang membunuh harapan dalam diriku sendiri. Semua ini jauh lebih baik daripada terus tenggelam dalam mimpi. Harapan tentang hubungan mereka bagiku nyaris seperti hamparan pasir yang tidak ingin digenggamnya. Semakin erat aku merapatkan tangan, akan semakin banyak yang harus rela untuk kulepaskan. “Din, kita sudah jauh berjalan. Masa depan yang pernah aku bayangkan adalah bersamamu.” Andre menggenggam tanganku. Aku tersenyum dan menarik tanganku dari genggaman Andre. “Terima kasih sudah begitu percaya pada hubungan kita, Ndre. Keputusan ini aku ambil bukan murni karenamu. Ini juga tentang diriku sendiri.” “Apa maksudmu dengan tentang dirimu sendiri? Apakah kau memang tidak ingin bersamaku sejak awal? Lalu kenapa kita berdua harus membuang waktu jika kau memang tidak serius dengan semua ini sejak awal?” Andre memaksa agar arah angin berpihak padanya. Aku menggeleng ringan.

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Mari Menjauh

    “Apakah aku perlu memberikan alasan untuk bertemu denganmu?” tanyaku. Andre tertawa kecil di seberang sambungan. “Tentu saja tidak. Aku hanya terkejut kau ingin bertemu denganku setelah keributan kemarin. Aku pikir kau akan kesal atau marah padaku. Kau bahkan tidak mempersilahkan aku masuk. Kau juga tidak menghubungiku.” Aku diam. Marah dengan Andre? Tentu saja aku marah. Aku bahkan tidak ingin lagi berada di dalam kondisi di mana aku tidak punya kekuatan untuk mengendalikannya. Dua jam kemudian aku sudah duduk di sebuah café dan Andre ada di depanku. Aku lebih tenang meninggalkan rumah karena dua keponakan Mbak Pia sudah datang untuk membantunya mengasuh Jafar dan Rayyan. Seorang security sengaja ditempatkan di rumahku oleh Harry. Pria yang memakai baju security itu sebenarnya adalah salah satu bodyguard Tara dibawah kepemimpinan Harry. Kadang aku merasa takjub dengan hal-hal kecil yang seolah sudah disiapkan oleh Tara. Harry tidak mungkin mengambil keputusan tanpa perintah dari T

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kedatangan Rayyan

    “Tuan Tara memberikan alamat ini padaku. Tolong buka pintunya, Tuan Muda Rayyan perlu istirahat segera.” Aku yakin itu adalah orang suruhan Harry yang membawa Rayyan. Ternyata Tara berhasil mengeluarkan Rayyan dari Singapura. Aku bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka seukuran tubuh, aku mundur ke belakang dengan cepat karena pria itu menerobos masuk. Seorang bayi laki-laki tertidur pulas di pelukannya. Pria dengan rambut coklat gelap dan tubuh tegap itu berdiri dengan wajah tegang. Beberapa kali dia menoleh ke belakang seolah sedang cemas jika sesuatu mengikutinya. Aku keluar dari pintu gerbang, menoleh ke kanan dan ke kiri. Entah apa yang aku cari. Aku hanya memastikan semuanya aman. “Kau tidak membawa mobil?” tanyaku ketika masuk kembali ke dalam gerbang. Pria itu menggeleng. Lalu dia melihat ke arah pintu gerbang yang terbuka. “Tolong cepat tutup pintunya,” ujar pria itu. Aku mengangguk dan segera menutup pintu gerbang. Tidak lupa aku kembali memasang gembok pengaman. Wa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Fattan dan Kebohongannya

    “Kembali padamu? Apa kau serius dengan kata-katamu?” tanyaku menyelidik. Segumpal harapan seolah berhasil Fattan dapatkan. Dia terdengar antusias ketika menjawab pertanyaanku. “Tentu saja, aku serius. Aku sangat serius. Aku memang bukan pria yang baik untukmu, tapi aku akan berusaha memperbaiki semuanya.” Jantungku ingin meledak karena tawa yang tertahan di dalam sana. Hari ini benar-benar luar biasa. Begitu banyak kejutan dan kecemasan yang datang bersamaan. Bersama dengan senyum, butiran air mata berjatuhan di pipiku. “Kau bodoh, Fattan!” Aku mengucapkan dengan nada ketus yang pasti menusuk telinga siapa pun yang mendengarnya. “Kau pikir aku selugu dulu ketika masih menjadi istrimu?” “Apa maksudmu, Din? Buka pintunya. Biarkan aku masuk dan mari kita bicara.” Fattan memohon. “Tidak! Jika kau bilang kau bukanlah pria baik, lalu untuk apa aku harus memberikan lagi hidup, waktu dan hatiku untuk pria yang tidak baik? Lalu kau berjanji untuk memperbaiki diri. Kalau kau tidak berhasil

DMCA.com Protection Status