Share

Bab 3 Mencari-cari Alasan

last update Last Updated: 2021-07-14 00:46:37

Bab 3 Mencari-cari Alasan

     "Maa...! Maa...!

     

     Terdengar suara Davin dan Divan memanggil. Aku meninggalkan lantai atas dengan segera. Aku lebih khawatir pada dua buah hatiku.

     

     "Maa, kita mau tidur, ngantuk. Mama habis darimana sih?"

     

     "Nggak kemana-mana, tadi habis ngusir tikus."

     

     Ku tuntun keduanya menuju kamar. Ku temani hingga mereka tertidur. Padahal di hati rasa memburu masih menyala-nyala. Arza, lelaki yang menikahiku delapan tahun silam, sekarang berbalik mengkhianati dengan menjalin hubungan kepada kakak iparku sendiri.

     

     Dan juga Mbak Zorah, yang merupakan istri dari bang Ramond mendiang kakakku, secara sembunyi-sembunyi tega bermain-main dengan suamiku yang merupakan adik iparnya sendiri.

     

     Selisih umurku dan Mbak Zorah terpaut jauh, dia 35tahun dan saya 26 tahun. Namun Mbak Zorah selalu rajin melakukan perawatan mahal yang rutin. Sehingga membuat tubuhnya senantiasa bersih dan terawat. Meskipun aku tidak tahu darimana saja dia mendapatkan uang. Biaya hidupnya saja kami yang menopang. 

     Dulu Zorah dan Bang Ramon kakakku menikah muda. Karena Mbak Zorah Hamil di luar nikah. Makanya selisih umur Debbie dan anak-anakku beda jauh.

     Sedangkan Arza berumur 36 tahun. Selisih 10 tahun denganku. Dulu kukira dengan menikahi pria yang lebih dewasa akan mampu membimbingku. Ternyata tidak juga. Kematangan pikiran tidak bisa di ukur dari umur.

     

     

     Sedangkan aku, juga biasa melakukan perawatan seperlunya saja. Tidak setiap hari juga pergi kesalon. 

     

     "Ma, Papa keluar sebentar ya, ada urusan penting."

     

     Kepala Arza tiba-tiba nongol di pintu kamar. Mendengar Arza ingin keluar, kembali emosiku mulai menanjak ke ubun-ubun.

     

     "Mau kemana lagi, Pa. Ini sudah mulai malam."

     

     "Halaah jangan cerewet Ma, jadi istri. Suami mau keluar sebentar saja udah di serang. Namanya juga punya suami seorang Manajer, sudah pasti di anggap penting sama orang-orang."

     

     "Penting sih penting. Tapi tidak ada juga kali manajer tugas di malam hari."

     

  "Kamu mana tahu urusan pekerjaan seorang Manajer, toh kamu cuma karyawan kecil."

  

     Deggh... Nada bicara Arza seakan menyudutkan profesiku.

     

     "Maksudnya apa, Pa?"

     

     "Maksudku, kamu seharusnya mengerti keadaan suami. Di saat merasa penat, suami butuh hiburan. Disaat capek suami butuh ketenangan." 

     "Kamu selalu mencari hiburan diluar, hiburan seperti apa yang kamu datangi selama ini? Apakah anak-anak tidak bisa menghibur hatimu?"

     "Tidak sepatutnya kamu bicara seperti itu Nadine, anak-anak adalah anak-anak. Tidak usah disangkut pautkan sama hiburan. Tuh kalau aku keluar setiap malam juga, aku nggak minta uang sama kamu kan? Aku pakai uangku sendiri. Aku sama sekali tidak merepotkan kamu. Lalu apa pedulimu? Kamu mau mengekangku di rumah ini? Tidak bisa Nadine. Mau aku keluar mau berada di rumah itu hakku. Rumah ini juga rumahku."

     "Aku curiga sama kamu, Pa. Setiap malam kamu keluar. Pulang kerja pun kamu selalu terlambat. Sedikit-sedikit alasanmu pekerjaan. Aku tahu pekerjaanmu di kantor tidak menyita waktumu seperti ini. Sampai-sampai berada di rumah bisa dihitung menitnya. Rumah Hanya seperti tempatmu makan, mandi, dan berganti pakaian saja. Selama ini aku tidak curiga sedikitpun sama kelakuanmu."

     "Memang sudah seharusnya kamu tidak usah curiga padaku. Semua kebutuhanmu sudah aku cukupi, kebutuhan anak-anak dan rumah tangga juga demikian. Lalu apalagi yang ingin kamu protes. Seharusnya kamu bersyukur aku sudah cukup baik menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab untuk anak-anak."

     "Kamu pikir tanggung jawab hanya untuk uang? kamu pikir anak-anak tidak membutuhkan perhatian?"

     "Perhatian seperti apa lagi yang kamu mau? Kamu ingin aku hanya berdiam diri di rumah yang membosankan ini? Kamu bukan ratu yang harus ku patuhi, Nadine. Bahkan kamu yang seharusnya mematuhi ku sebagai kepala keluarga yang sudah bersusah payah menafkahi hidup kalian bertiga. Bisakah kamu sedikit mengerti keadaan suami? Jadilah seorang istri yang mengerti, Nadine. Tidak usah banyak mencampuri urusanku, lagi itu tidak merepotkanmu.

     

     

     "Lalu kamu pernahkah mengerti akan istri? Atau kalaupun tidak, adakah kamu mengerti untuk anak-anak?"

     

     "Jangan sangkut pautkan anak-anak denganku, Nadine. Kau adalah seorang ibu. Seorang ibu harus merawat dan mengayomi anak-anak. Sedangkan untuk seorang ayah, aku berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka."

     

     "Begitu? Kau pikir semuanya cukup dengan uang yang kau berikan?"

     

     "Sudah tentu."

     "Coba kamu hitung Pa, angsuran mobil mu saja berapa sebulan?"

     "Oh jadi sekarang kamu sudah pandai main hitung-hitungan begitu?"

     

     "Oke kalau begitu kredit mobilmu biar kamu bayar sendiri. Biar kamu seberapa besar nilai uang yang kamu beri selama ini. Malas aku menutupinya."

     "Hahaha.... kamu membanggakan gajimu yang secuil itu? Untuk jajan Davin dan Divan saja tidak cukup. Boro-boro mau nutupi kredit mobil."

     "pokoknya aku tidak mau tahu, mulai bulan depan aku tidak akan membayar kredit mobilmu kalau kamu tidak mau membayarnya sendiri biarlah mobilmu ditarik.

     

     "Kalau begitu jatah bulananmu juga harus di kurangi."

     

     "Oke, asalkan jatah makanmu juga hilang."

     

     "Istri tidak bisa membahagiakan hati suami kamu."

     

     "Kamu juga suami tidak bisa membahagiakan hati istri."

     

     

     "Istri tidak becus kamu. Sudah dikasih uang lebih dari cukup untuk kebutuhan masih saja protes. Mana tahan aku di rumah. Tidak betah. Kamu istri yang tidak berterima kasih, tidak bersyukur, menyesal saya menikahimu dulu. Lebih baik aku pergi sekarang."

     

     Sambil berkata demikian, Arza keluar dengan kemarahan dan membanting pintu. 

     

     "Ddaar...!"

     

     Suara bantingan pintu memekakkan telinga. Itu semua hanya alasannya saja. Paling-paling mau menemui mbak Zorah yang nyaris telanjang tadi. 

Eh iya tadi aku tidak menyinggung masalah Mbak Zorah ya sama dia. Tapi ada bagusnya juga, dia akan menganggap aku masih belum tahu soal hubungannya dan Mbak Zorah. 

     Tidak kusangka Mbak Zorah  yang selama ini ku tolong ternyata membalas dengan menarik perhatian suamiku. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas perbuatan mereka ya?

      

Bersambung...

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
capekkkkkkkkk
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
hmmmmmmmmmm
goodnovel comment avatar
Willny
banyak alasan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 4 Jangan Jadi Wanita Lemah

    Bab 4 Jangan Jadi Wanita Lemah Menjelang pagi, Arza belum juga pulang. Kemana dia? Atau aku sungguh telah membuat hatinya terluka? Mengapa dia berubah sensitif seperti itu sekarang. Pagi harinya, mbok Jum seseorang yang ku percayakan untuk membantuku di rumah, sekalian menjemput anakku pulang sekolah telah tiba. Sebelumnya, aku telah mempersiapkan perlengkapan sekolah mereka. Sehingga pada paginya, tidak lagi harus di sibukkan dengan cari inilah, itulah. "Mbok, nanti Nadine minta tolong sama Mbok buat jemput si kembar seperti biasanya ya." "Tentu, Nduk. Hehee seperti biasanya." Bik Jum mengangguk tanda setuju. "Eh iya, kemaren mbok liat Arza ja

    Last Updated : 2021-07-14
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 5 Aku Juga Bisa Berpura-pura

    Benar sejak pergi sore kemarin, Arza tidak kunjung pulang. Ini sudah malam berikutnya dia belum pulang kerumah. Pernah kemarin ku hubungi sekali, nomornya sudah tidak bisa di hubungi. Barangkali memang dia matikan agar aku tidak mengganggu acaranya bersama Zorah. Ting... Gawaiku berbunyi menandakan adanya notifikasi pesan masuk. Ku cek, eh pengirimnya Arza. "Ma, aku pulang besok. Aku ada tugas yang belum selesai yang memaksaku keluar kota." Tugas luar kota? Tanpa membawa perlengkapan apapun? Tanpa pamit juga sebelumnya. Tidak apa, aku akan berusaha seolah percaya. Walaupun aku tahu dia sedang bersama Zorah di sana. "Oooh Mama kirain kemana Papa nggak pulang. Syukurlah kalau Papa baik-baik saja. S

    Last Updated : 2021-07-14
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 6 Aku Tidak Bisa Berlemah-lembut Lagi

    Bab 6 Aku Tidak Bisa Berlemah-lembut Lagi Ku perhatikan hasil video di handphoneku tadi. Hihiiiw, usahaku berhasil. Rupanya Arza menggunakan sidik jari tengah tangan kirinya untuk membuka akses ponselnya. Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara dari gawainya. "Pokoknya aku tunggu malam ini sayang." Rupanya ada pesan suara. Walaupun tidak begitu jelas, tapi aku bisa menebak itu suara milik mbak Zorah. Arza terlihat celingak-celinguk, mungkin dia takut aku mendengar pesan suara tadi. Dengan cepat tangannya mengetik pesan di ponselnya. Sayangnya kameraku tidak bisa menangkap pesan yang dia ketik. Bagaimana caranya agar aku bisa tahu semua isi gawainya. Aku berpikir keras. Sebelumnya kus

    Last Updated : 2021-07-14
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 7 Langkah Awal

    Bab 7Langkah Awal Sesampainya di rumah kutaruh Apa yang kuberikan tadi ke dalam air minum yang memang disediakan di kamar kami. Sengaja aku taruh agak banyak. Agar fungsinya berjalan lebih baik. Lihat saja kau nanti Arza. Rasa sakit akibat di duakan, hanya orang yang pernah nerasakannya saja yang tahu akan bagaimana pedihnya. Tidak bisa di uraikan dengan kata-kata. Tapi dalam menghadapinya, aku bukan istri dengan tipe serangan membabi-buta, yaitu mengamuk tanpa ampun pada sang suami. Karena selain menguras emosi, tidak ada untungnya juga. Toh suami sudah tidak menyayangi kita lagi. Kalau dia masih menyayangi dan mencintai kita, dia tidak akan selingkuh. Aku lebih senang membalas perselingkuhannya dengan pelan tapi pasti. Belum lama setelah ka

    Last Updated : 2021-07-17
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 8 Pesan Duo Pengkhianat

    Bab 8 Pesan Duo Pengkhianat Menjelang pagi, sengaja kusuruh mbok Jum hanya membersihkan rumah saja, tanpa memasak. Arza belum juga bangun. Biarin, mau dia terlambat ke kantorpun aku tidak peduli. Kuantar anakku ke sekolah. Kebetulan sekolah Divan dan Davin berada di arah yang sama dengan kantor tempatku bekerja. Buat bekal si kembar, kubelikan saja dua porsi ayam geprek kesukaannya. Sebelum meninggalkan anak-anak, ku kecup kening keduanya seperti biasanya. "Belajar yang rajin ya, jagoan-jagoan Mama." Aku tersenyum. Mereka mencium punggung tanganku. "Siap, Ma. Davin pasti belajar dengan tekun." Ujar Davin sambil menaruh tangannya di kening, seperti gerakan hormat di kegiatan Pramuka

    Last Updated : 2021-07-17
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 9 Penarikan Pertama

    Bab 9Penarikan Pertama. Sepulangnya dari kantor. Kususun sebuah strategi. Bagaimana caranya agar bisa menguasai kartu debit yang ada di dalam dompet Arza. Arza pulang ketika anak-anak sedang tidur siang. Wajah itu menatap jutek. "Ma, kau belum mengirim jatah buat Debbie dan ibunya." Baru saja pulang, sudah menanyakan uang buat Zorah. "Pa, uangku dikit. Seperti kau bilang, aku kan karyawan biasa. Mana ada punya cukup banyak uang." Aku berkata santai. "Jadi kamu menolak untuk memberinya uang bulanan buat mereka?" Dia memajukan wajahnya sedikit. "Bukannya saya menolak, Pa. Tapi memang seperti katamu, kalau gaji seorang karyawan biasa cuma cukup buat jajan anak-anak saja."

    Last Updated : 2021-07-17
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 10 Santai Saja

    Bab 10Santai Saja Arza bangun dari tidurnya ketika matahari hampir terbenam di ufuk barat. Aku masih sibuk menemani anak-anak membereskan mainan-mainan mereka yang berserakan di depan televisi. setelah agak lama duduk di sofa, tanpa sedikitpun berbicara kepada kami. Anak-anak pun seperti luput dari perhatiannya. Arza bangkit lalu berjalan gontai menuju dapur. Tidak lama kemudian dia datang lagi dengan wajah penuh kemarahan. Ada apa dengannya? "Nadine kamu nggak pake masak? Lihat tudung nasi sampai kosong begitu. Apa kerajaanmu dari tadi? I cuma nyantai doang? Istri pemalas. Tidak kau pikir apakah suami sedang lapar? Suami capek-capek membiayai hidup kalian, pulang kerumah makanan tidak di sediakan....!" Untuk sejenak, sengaja kudiamkan Arza yang sedang marah tersebut meluapka

    Last Updated : 2021-07-17
  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 11 Kedatangan Ibu Mertua

    Bab 11Kedatangan Ibu Mertua Sejak pergi sehari yang lalu, Arza belum juga kembali pulang. Mungkin saja dia sungguh-sungguh mengajak Zorah kerumah mertuaku. Pertama aku harus menyiasati bagaimana caranya bisa memiliki rumah ini seutuhnya. Bukan jahat, tapi untuk memberi pelajaran untuk pengkhianat itu. Terlebih dahulu aku mesti berpikir bagaimana cara untuk mengalih namakan rumah ini atas namaku. Dalam masalah ini aku membutuhkan seorang pengacara yang handal. "Ma, apaan melamun terus yuk main bareng kita" Suara Davin membuyarkan lamunan. "Eh iya... Mari!" Kuikuti langkah kaki kedua si kembar.

    Last Updated : 2021-07-28

Latest chapter

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Notes

    Selamat sejahtera untuk semua pembaca Novel KKBS (Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu) 🤚🤚🤚 Author mau kasih info terbaru nih buat teman-teman pembaca semua. Author kasih tahu kalau sekarang udah update sekuel novel KKBS ya. Dengan judul : Ketika Istriku Mulai Membangkang Pembaca boleh kepoin novelnya sekarang ya, hehee. Othor usahain akan update rutin setiap hari. Jadi para pembaca semua tidak usah khawatir kalo nanti Author jarang update, jarang nongol, apalagi sampai novelnya nggak tamat. Oh iya, Author boleh minta dukungannya ya, dukung Author dengan rate bintang lima, terus tambahkan novelnya ke pustaka. Hehee ... Makaciih semua pembacaku... Semoga novel "Ketika Istriku Mulai Membangkang" ini bisa menghibur para pembaca semua. Amiiin Suksesnya seorang Author tak lepas dari dukungan para pembaca setianya. peluk jauh dari Author....😘😘😘😘😘

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 162 The End

    Bab 162 "Aduuuh!" Zea menengadahkan kepala. Menahan sakit. Sekarang sakit itu kian naik ke ubun-ubun. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Di tengah malam sepi ini ia sendiri berbaring di ranjang rumah sakit. "Ya Tuhan tolong aku!" dalam kegelisahannya, Zea mengadu dan memohon kepada Tuhan. Karena kesakitan yang ia rasakan, sejenak ia melupakan derita masalah ekonomi yang tengah ia hadapi. Ya, malam ini adalah malam terakhir Zea dirawat di rumah sakit ini. Sebenarnya masih panjang riwayat perawatan yang harus ia kalani, namun karena semua biaya yang mengalir benar-benar telah menguras kering semua isi tabungan. sekaligus kendaraan dan apapun yang dimiliki telah hangus terjual tanpa tersisa. Tidak ada lagi yang bisa ia gunakan untuk menjalani prosedur kesehatan. Untuk selan

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 161

    Bab 161 "Ibu!" Arza tergagap. Arza kembali mencoba menyentuh telapak tangan sang Bunda. Lagi lagi hanya dingin terasa. Mendadak Arza jatuh lunglai. "Ibu ...!" gumamnya lirih. Air matanya menetes. Namun sebanyak apapun tetesan air mata yang meleleh di pipinya, semua itu tidak akan pernah mengembalikan nyawa ke raga sang ibu yang kini telah terbaring dingin dan kaku. Arza menangis sendiri. Memperhatikan keadaan orang tuanya yang terbaring sendirian sejak malam menjelang. Arza menyesal. Setelah menemui ibunya yang telah terbujur dengan kaku. Sepertinya nyawa telah lama melayang meninggalkan raga si ibu. Sedangkan Arza baru saja menyadari bahwa ibunya telah tiada sejak semalam.***  

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 160

    Bab 160 "Silakan kamu bayar dulu uang tunggakan kontrakan selama 2 bulan belakangan ini Arza!" suara Bu Dian terdengar kasar. Muka Arza memerah menahan rasa malu sebab suara Bu Dian menggema dan didengar oleh orang-orang yang menguping pertengkaran mereka. "Tuh orang kaya, bayar dulu kontrakanmu! Katanya kaya, tapi kontrakan nunggak, mana selama dua bulan lagi. Aduh, kaya dari mana? Aku saja yang merasa orang miskin tidak pernah Tunggak menunggak. Nggak malu tuh ngaku-ngaku sebagai orang kaya?" suara laki-laki yang tadi bertengkar dengannya membuat kuping Arza memanas. Dengan bergegas ArzaMelangkah mendekati Bu Dian. "Iya Bu, saya pasti bayar kok tapi tolong bicaranya jangan terlalu keras. Bisa malu saya kalau didengar sama tetangga." Arza berusaha untuk merayu. "Kalau mau

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 159

    Bab 159"Kau pasti sudah dengar kalau aku bilang apa?" pria tua tersebut memandang tajam. "Jangan pernah kau merendahkan aku seperti tadi, Pria tua busuk!" sergah Arza. "Nah jika kau tidak ingin dibilangi tak baik, seharusnya kau juga jangan keterlaluan bicara kotor dan menyinggung perasaan lawan bicaramu. Bagaimana kau sakit hati mendengar ucapan buruk orang terhadapmu, maka begitu juga perasaan orang lain ketika menerima ucapanmu!" Arza menghela nafas panjang. Kekesalan nampak jelas pada raut wajahnya. Arza sungguh tidak terima akan ucapan laki-laki tersebut. "Tapi kau tidak bisa balik mengatakan aku seperti itu" Arza menunjuk muka lelaki itu."Mengapa tidak? Nukankah aku juga bisa bicara, Arza?" "Tapi aku tidak bisa terima kau bilang aku miskin." sergah Arza. "Lhoo, kenapa nggak bi

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 158

    Bab 158Arza duduk dan menikmati secangkir kopi di teras kontrakan. menyeruput kopi hangat sambil memperhatikan gadis-gadis remaja berlalu lalang di depan kontrakan. Mereka sedang berjalan menuju ke sekolah terdekat. Sesekali nampak bibir Aeza tersenyum nakal.Deretan kontrakan tersebut memang terlihat kumuh. Di tambah dengan ketersediaan air bersih yang kurang memadai. keadaan itu membuat sebagian besar penduduk pergi kesungai yang tidak bisa di bilang bersih untuk mencuci pakaian dan sebagainya. Untuk minum, mereka menggantungkan kebutuhan air minum pada saluran pdam yang kecil dan hanya tersedia di siang hari saja. Itupun terkadang tidak menentu. Oleh sebab itulah mereka terpaksa menggantungkan kebutuhan selain untuk minun pada air sungai yang jauh dari standar kesehatan. Karena nampak jelas jika aliran sungai tersebut menghitam dan bau. namun karena keterpaksaan, mereka terpaksa melakukan itu. Apalagi pada cuaca panas kala ini.

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 157

    Bab 157 "Pak Arza, saya punya kabar besar buat Bapak." Farid datang tergopoh-gopoh menghampiri Arza yang tengah duduk beristirahat. "Kabar apa?" Arza tak terlalu mempedulikan pria yang baru saja datang padanya. Sebenarnya ia tak terlalu suka terhadap sosok Farid yang beberapa waktu lalu Arza anggap taelah merendahkan harga diri Arza. "Pak, ini kabar sangaat penting. Apa Bapak ingin dengar?" Farid memainkam sebelah mata "Jangan bertele-tele. Katakan saja terus terang." sergah Arza. "Pak Arza ... tidak bisa asal memberitahu doang, dong. Kita perlu ini .." Farid terkekeh seraya mengisyaratkan jarinya. Bermaksud mengatakan jika Arza harus membayar. "Kau ingin meminta bayaran hanya untuk sebuah berita yang kau bawa?" "Tentu saja!" Pak Farid tersenyum. &n

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 156

    Bab 156 "Ada apa ini, Pak? Apa-apaan ini?" Zea bertanya kaget.Tentu saja ua kaget melihat orang-orang itu datang secara tiba-tiba. "Kami membawa surat perintah penangkapan terhadap Ibu Zea Marlinda. Atas dugaan tersangka kasus percobaan pembunuhan." Seorang lelaki menyodorkan selembar kertas surat perintah. Zea menyipitkan mata. Merasa aneh dan bingung.Dalam kebingungannya, Zea memperhatikan durat perintah itu dengan seksama. Mata Zea menelisik huruf demi huruf, poin demi poin yang tertera di sana. Tak terasa air mata Zea meleleh. "Apaaa?" Zea terkesiap melihat data dirinya memang tertera dengan jelas di sana. "Ini tidak mungkin." Zea menggelengkan kepala. "Ini semua sudah berdasarkan fakta se

  • Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu   Bab 155

    Bab 155 Zea duduk di sisi sofa menghadap televisi yang tengah menyala. Namun perhatian perempuan itu bukanlah tertuju pada layar televisi. Melainkan kembali teringat pada ucapan-ucapan dokter spesialis yang ia datangi tadi siang. "Aku akan ikuti semua saran dokter. Tak peduli jika aku harus mengeringkan isi rekening." Zea bertekad dalam hati. Untuk melakukan semua prosedur pengobatan, Zea sadar jika ia harus menguras banyak uang.Sekarang, yang menjadi masalahnya adalah, ia mempertanyakan apakah seluruh isi rekeningnya cukup untuk melakukan seluruh biaya pengobatan tersebut Atau tidak?Zea sadar, ia harus segera mencari bantuan. sebab uang di rekening yang telah jauh menipis akibat hidup foya-foyayang ia lakukan sebelumnya.Untuk mencoba mencari jalan keluar buat menghadapi kemungkinan tersebut, Zea menghubungi beberapa teman seperjuangan yang ia mili

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status