Aku hanyalah segenggam kehangatan, saat suamiku menginginkan sebongkah bara untuk membakar dirinya sendiri. 💔“Ini, ya pelakornya, Mbak Rin?” posting seseakun di kolom komentar wallku. “Hem, iyalah nggak diposting jelas. Suami orang kok. Sekarang malah sudah dihapus. Untung kecepatan tangan netizen sudah sempat mengabadikannya.”Mata ini membelalak. Seorang wanita muda nan cantik tengah berpelukan dengan seorang pria yang hanya tampak sampingnya saja, dengan wajah yang dibuat samar. Namun, aku bisa mengenali siapa pemilik punggung lebar itu. Potongan rambut juga tanda lahir di ceruk leher yang selama ini menghangatkan wajahku saat kutenggelamkan di sana. Dia adalah suamiku, Mas Sultan Dewangga. Pria yang menghalalkanku 10 tahun lalu dan telah lahir tiga buah hati di antara kami.Dari mana mereka dapat foto Lala yang keberadaannya sangat dirahasiakan oleh Mas Sultan dan keluarganya?Lekas kuhapus komentar itu, tak mau orang lain salah paham dan balik menghujatku karena mengamini tema
"Sepertinya aku berubah pikiran," ucapku sambil manggut-manggut. "Aku mau dirujuk, Mas." Kini tatapanku mengarah ke pada Mas Sultan.Mendadak tak terima terlihat kalah di depan Lala. Wanita yang sudah memenangkan hati suamiku, sampai pria itu memilih berpaling. Andai tak melihat kesombongan dan sikap egoisnya, aku pasti memilih menjauh saja dari mereka. Toh, bukan hanya Lala yang salah. Mas Sultan-lah sumber segala kesalahan ini. Kalau saja pria itu menjaga hati dan komitmennya dulu yang tak akan menduakanku sampai kapan pun, pasti perselingkuhan antara dirinya dan Lala tidak akan terjadi. Namun, pelakor itu malah menunjukkan jati dirinya sebagai seseorang yang sengaja menunjukkan eksistensinya. Lala menggeleng. "Nggak mungkin," ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar olehku. "Kamu nggak mungkin minta dia rujuk kan, Mas!" Dicengkeram pakaian yang melekat di dada suami kami lalu menekannya, seolah tengah menunjukkan emosinya di sana.Dia menolak mempercayaiku kalau Mas Sulta
"Mas! Kamu diem aja, sih! Pokoknya, kalau kamu tetap rujuk dia, ceraikan aku!" Lala akhirnya kehabisan kesabaran. Saat itu juga langkahku terhenti karena terkejut. Benarkah dia meminta cerai? Kalau begitu, apa Mas Sultan akan berubah pikiran? Memilih antara aku atau Lala?“Sayang, tolong jangan begini!” Mas Sultan terdengar memohon dengan suara rendah.Sampai sebegitunya dia ke pada perempuan bermuka dua itu. Pasti suamiku benar-benar sedang dimabuk cinta kepada istri mudanya. Ah, memangnya laki-laki normal mana yang tak suka daun muda? Seketika, aku jadi rendah diri. Jika membandingkan fisik antara aku dan Lala. Perempuan muda yang memiliki lesung pipit di wajahnya itu benar. Aku sudah tua dan peot. Jelas saja, Mas Sultan tidak akan pernah lebih mencintaiku ketimbang perempuan muda.Sesuatu yang membuatku memilih mundur saja saat tahu perselingkuhannya. Bukan memberinya pilihan, ceraikan aku atau Lala? Hatiku akan bertambah sakit ketika mendengar dari mulut Mas Sultan kalau dia me
Namun, yang membuatku memicingkan mata, berpikir keras dan tak mengerti adalah pria itu tidak mengejarnya. Dia hanya memanggil. Apa itu cukup?Apa itu artinya, mereka akan bercerai? Semudah ini kah keadaan berbalik?“Huh!”Mas Sultan yang berada tiga meter tak jauh dariku mengembus napas berat. Ke dua tangannya berkacak pinggang, seolah ada beban yang membuatnya ingin beristirahat karena lelah. Heh, tapi mana aku peduli! Hal paling melelahkan adalah menahan diri dan bersikap seolah semua sedang baik –baik saja di depan semua orang. Padahal, hatiku sedang remuk redam karena pengkhianatannya.Lelah dan sakitmu sekarang, belum secuil kuku dari yang aku dan anak –anak kita rasakan.“Puas kamu sekarang?” Suara berat itu menghenyak. Kontan pikiranku tentang Mas Sultan lenyap dan menoleh ke arahnya.Sepertinya aku tidak akan pernah bisa melupakan rasa sakit ini, dan entah bagaimana nanti menjalani kehidupan rumah tangga dengan adik madu di antara kami. Karena aku yakin, pasti Lala tidak semu
Lala terus berjalan dengan langkah gusar. Tiba –tiba saja, kelegaan yang ia rasakan kemarin saat Sultan mengatakan akan resmi bercerai dalam waktu dekat, berubah jadi kekecewaan berat. Semua itu hanya harapan palsu yang Sultan berikan padanya untuk menghiasi malam-malam indah mereka.“Eh, itu Lala bukan, sih?” tanya salah seorang pengunjung yang tengah berdiri di lobi bersama seseorang di sampingnya.“Lala? Siapa?”“Selingkuhan si Sultan yang terkenal itu!”“Oh si konten creator yang sering posting foto harmonis keluarganya?”“Hem, ya. Ngapain pelakor ke sini? Periksa hamil?” ceplosnya lagi.Lala mendengar itu saat lewat. Buru-buru ia menutup kepala dengan hodie yang dikenakan dan memasang masker. Ia membukanya tadi agar bisa puas berteriak ke pada Sultan dan istri pertamanya yang telah membuat perempuan berpenampilan ala Korea itu marah. Saking jengkel, ia sampai tak sadar ada banyak mata mengawasi.Dia lupa bahwa wajahnya sudah tersebar gara-gara seorang netizen memposting di wall R
Ririn melihat sendiri dengan ke dua matanya, pria yang masih berstatus sebagai suaminya, lebih memilih mendatangi wanita lain ketimbang Afif yang sudah dikabarkan kritis oleh seorang perawat. Bahkan tadi, Ririn mendengar percakapan antara Sultan dan suster. Pria itu sudah tahu konsisi Afif, tapi masih juga memilih meninggalkannya.Ibu mana yang tak sakit, kala anaknya yang tengah sekarat di depannya ditinggalkan oleh orang yang sangat diinginkan kehadirannya. Seseorang yang namanya terus saja disebut dan dipanggil-panggil karena Afif mengharapkan kehadiran sang papa di sisi anak kecil itu.Tapi kenyataan jauh dari harapan, pria itu berlari dengan cemas menemui wanita yang sudah mengahncurkan hati Ririn, hati anak-anaknya, terutama Afif yang sudah mulai mengerti masalah orang dewasa.Ririn lalu menggeleng. Tangannya terkepal karena emosi. “Tidak, ini bukan saatnya!”Ia memilih tak peduli dan kembali berlari menuju kamar putra sulungnya dirawat. Apa gunanya memikirkan dua orang yang tid
“La …!” panggilan itu tertahan, saat tiba-tiba terlintas di pikiran Sultan apa yang bisa terjadi ke depan jika dia nekad menemui Lala sekarang.Saat di mana perempuan cantik yang telah sah menjadi istri mudanya itu berada di tengah-tengah orang banyak. Bahkan perempuan itu sedang menjadi pusat perhatian. Keberadaannya di lobi seperti magnet yang memaksa tatapan semua orang mengarah ke pada perempuan yang berpenampilan stylish tersebut.Sultan menghela napas berat. Jika dia memaksa, semua semakin runyam dan karier ke depan akan semakin hancur. Padahal, untuk sekarang … dia sudah melihat cahaya saat Ririn mengatakan mau rujuk. Memulai dari awal dan memperbaiki semuanya. Ya, semua belum terlambat. Meski tadi istri pertamanya sempat mengatakan membatalkan keinginan untuk rujuk, tapi bagi Sultan yang sudah mengenal luar dalamnya Ririn, merasa ini belum keputusan final dan dia masih bisa membujuknya nanti.Kaki Sultan benar-benar berat untuk maju, tak peduli seberapa Lala terlihat tersiksa
“Mas! Tunggu!” Dea memanggil kakaknya agar jangan langsung mematikan panggilan. Ada hal yang harus ia sampaikan ke pada Sultan sekarang.“Ada apa?” tanya pria itu tanpa mengurangi kecepatan langkahnya.“Mas, aku nggak bisa masuk sekarang.” Suara di ujung telepon membuat langkahnya seketika terhenti. Lalu, bagaimana nasib Lala di lobi. Tak ada seorang pun yang terlihat bersimpati padanya. Dia hanya takut saja kalau ada salah satu dari mereka ada yang nekad menghakimi saking bapernya pada kehidupan Sultan dan Ririn.“Kenapa? Jangan bilang kamu takut, Deh!”“Nggak, Mas! Aku sedang di Kafe. Ada hal mendesak yang harus aku urus.”“Hais .…” Sultan mendesis kesal. Lalu memejamkan mata menahan emosi. Kenapa harus di saat seperti ini?“Sorry, Mas. Aku gak bisa pergi sekarang. Ini juga demi masa depanku.”“Jangan bilang kamu bertemu pria itu lagi.” Sultan geram.Ia membalik tubuh, dan bergarak kembali ke arah lobi. Nanti saja, melihat Afif, yang penting dia sudah ditangani dokter. Lagi pula ada