Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / 60. Kemengan Yang Mudah

Share

60. Kemengan Yang Mudah

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-12-28 21:32:43

Bagaskara tidak bisa berkutik, dia terdesak oleh semua serangan Bidin. Sementara, tubuh mungil yang sejak tadi memeluk tungkainya kini terlempar seiring sebuah tendangan Bidin pada pangkal pahanya.

"Alif ...," teriak Sarita dari luar.

Wanita itu segera berlari begitu melihat tendangan Bidin tepat sasaran yang dituju membuat Alifian terlepas dari pelukannya. Namun, langkah Sarita segera berhenti melihat tubuh putranya sudah dalam dekapan hangat Elfrada.

"Terima kasih, El!"

"Sudah menjadi tugas saya untuk menjaga keselamatan kalian, Nyonya!"

Sarita meraih tubuh putranya dan segera membawa dalam dekapnya. Dibelainya pipi Alifian dengan menyebut nama sang putra lirih.

"Fian, lihatlah, ini bunda. Buka mata kamu, Sayang!" pinta Sarita.

Meskipun saat itu Sarita sudah mendapatkan putranya kembali, tetapi tatapannya menajam pada manik mata biru milik Bagaskara. Dia tidak peduli dengan keadaan pria itu yang sudah babak belur bahkan darah keluar diberbagai tempat.

"Bunda, bagaimana keadaan ayah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kubawa Benihmu, Mas!   61. Lima Peti Mati dan Satu Peti Duduk

    Bagaskara tersenyum penuh arti saat kalimat semangat meluncur dari mulut putranya. Setelah berkata berisi rahasia bundanya, Alifian berjalan keluar dari kontainer yang sudah menguarkan aroma amis dan pertempuran keras. Tidak butuh waktu lama untuk ketiga orang kepercayaan Sagara melumpuhkan komplotan Bahar Cs. "Siapkan lima peti mati dan kirim ke alamat Madam Anne!" Suara Sarita menggema di setiap cuping ketiga bawahannya. Tanpa banyak bicara, Elfrada segera memesan peti mati lima buah dan sebuah peti duduk berukuran dewasa. Tidak butuh waktu lama semua pesanan Elfrada pun siap. Sebuah ambulance datang bersama beberapa paramedis, mereka mengangkat tubuh Bagaskara yang bersimbah darah. Pria itu meringis saat paha kanannya tersentuh jemari perawat pria. Namun, senyum Alifian mampu meluluhkan kesakitannya. Dia tidak mau terlihat lemah oleh penglihatan putranya."Semangatlah, Ayah. Raih hati dan cinta bundaku!" bisik Alifian kala brangkar yang membawa tubuh Bagas melewatinya.Mendengar

    Last Updated : 2023-12-28
  • Kubawa Benihmu, Mas!   62. Anne Naik Darah

    Perlahan Joni membuka pintu kamar majikannya. Pria muda itu melongokkan kepalanya lebih dulu untuk memastikan keadaan sang majikan. Setelah mengetahui posisi Anme, barulah pintu dibuka dengan lebar oleh pemuda itu."Ada apa pagi buta kau sudah bikin ribut, Jon?" tanya Anne kala melihat yamg datang adalah Joni.Pria itu berjalan mendekat dengan kepala menunduk hingga jarak keduanya sejauh dua meter. Setelahnya dengan perlahan Joni menjelaskan keadaan di depan pintu gerbang. Pria muda itu sama sekali tidak mengurangi aataupun menambahi keterangannya. Anne mendengar dengan seksama sambil mengepalkan telapak tangannya. Hatinya semakin merasa tidak karuan apalagi saat mendengar bahwa putranya membela kubu lawan. Dengan berat hati akhirnya Anne berdiri dan mulai melangkah keluar, Joni mengikuti dari belakang. "Apa sebenarnya yang terjadi, Joni? Apa tidak ada jejak pengantar mereka?" cerca Anne."Tidak ada, Madam. Saat saya datang tepat jam lima pagi, kelima peti mati dam satu peti duduk s

    Last Updated : 2023-12-29
  • Kubawa Benihmu, Mas!   63. Sekilas Masa lalu

    Anne tidak memedulikan apa yang dipinta oleh Bahar, wanita itu segera mengarahkan moncong pistolnya tepat di pelipis Bahar. Pria itu bergidik ngeri, matanya terpejam, bibirnya bergerak tidak karuan. Lama Anne mempermainkan nyali Bahar. Dan Akhirnya bunyi peluru keluar dari pistol terdengar lirih, Anne sengaja memakai peredam agar tidak mencurigakan warga sekitar yang mulai beraktifitas."Segera bereskan mayat mereka, jika perlu kirim ke alamat rumah masing-masih!""Madam, terima kasih!" lirih Bahar, lalu tubuh lelahnya ambruk ke depan.Tubuh yang tiada daya itu tersungkur dengan luka tembak di sepanjang bahu belakangnya. Darah mulai merembes, tetapi pria itu bungkam. Seperih apa lukanya bibirnya terkatup tidak berani bersuara. Perlahan Bahar bangkit dari posisinya, tertatih dia berjalan melihat satu per satu anak buahnya. Pada setiap dada mayat itu terselip sebuah amplop. Beberapa saat pria itu termenung, dia membayangkan andai yang terbujur kakku itu adalah dirinya bisa saja istri d

    Last Updated : 2023-12-31
  • Kubawa Benihmu, Mas!   64. Kedatangan Nona Luxthor

    "Mama ...!""Heem, pagi benar kamu datang Rachel!""Iih, kok ndak kaget!" sungut Rachel.Anne tersenyum menatap putri semata wayangnya dari hasil perkawinan keduanya. Rachel memberengut menatap mamanya yang terlihat santai melanjutkan sarapan."Bagaimana bisa tidak terkejut jika langkahmu saja terdengar berat," jawab Anne."Setidaknya berpura-puralah, Mama!" rajuk Rachel.Anne menyunggingkan senyum masam melihat sikap putrinya yang terkadang masih bersifat kenakan. Sikap yang berbeda jauh dengan masa muda Bagaskara. Deru napas lelah keluar dari bibir Anne, wanita itu meletakkan sendok dan garpunya kemudian meraih gelas berisi air putih. Setelah menenggak hingga separo, tatapannya kembali terarah pada sosok putrinya yang masih berdiri saja. Rachel pun tersenyum lebar."Cantikkan?""Hemm." balas singkat Anne, "Duduk dan sarapan!" lanjutnya.Mendengar perintah wanita yang melahirkannya, Rachel pun segera melakukan tanpa banyak protes. Diraihnya sendok nasi, setelah mengambil nasi dua se

    Last Updated : 2024-01-01
  • Kubawa Benihmu, Mas!   65. Alifian Merajuk

    Sarita segera memberesi semua alat makan yang kator bekas makan mereka. Dia dibantu oleh bibi yang selama ini bekerja di rumahnya. Piring dan gelas dibawa ke dapur dan segera dicucinya."Sudah tinggalkan saja, Nyonya. Biar saya yang cuci," kata bibi."Biar aku saja, Bibi tolong potongkan beberapa buah buat Alifian. Nanti biar aku yang bawa ke kamarnya setelah mencuci ini!"Tanpa banyak bicara, bibi pun melakukan apa yang diperintahkan oleh majikannya itu. Sarita segera menyelesaikan pekerjaannya, sementara Sagara dan Elfrada melanjutkan pekerjaannya yang tertunda akibat urusan menghilangnya Alifian. "Apakah peristiwa kemarin itu hatus dilanjutkan ke akarnya, Saga?" tanya Elfrada dalam perjalanan mobil menuju ke perusahaan perhiasan.Sagara masih diam, tatapannya terfokus ke depan arah jalan raya yang padat merayap. Pandangannya terhenti dan meminta pada Elfrada untuk menghentikan kendaraannya. Setelah mobil berhenti, Sagara segera membuka pintu. Pria itu turun lalu berjalan menuju ke

    Last Updated : 2024-01-01
  • Kubawa Benihmu, Mas!   66. Ingin Menjengu Ayah

    Sarita tersenyum, dengan lembut direngkuhnya tubuh mungil pria kecil itu. Wajah yang tampan dengan mata dan hidung membawa khas milik Bagaskara itu terkadang membuatnya perih. Sekilas ingatan peristiwa terengutnya keperawanan miliknya saat hujan deras beberapa tahun silam, sesekali masih menyapa. Sarita mendesah lirih, hal itu membuat kepala Alifian mendongak menatap bundanya."Maafkan Fian, Bunda! Aku hanya ingin menjenguk ayah untuk melihat keadaannya saat ini, tidak lebih," ucap Alifian dengan sendu.Sarita mendekap kepala putranya, detak jantung yang tidak beraturan sang bunda jelas terdengar di telinga Alifian. Bocah lelaki itu terdiam menikmati detak jantung dengan hati yang sedih.Perlahan tangan mungil itu mengurai pelukan sang bunda, lalu dengan lembut diciumnya pipi Sarita bergantian kiri dan kanan. Perlakuan putranya yang lembut itu mampu meluluhkan tembok yang sudah dibangun dengan susah. Sarita pun mengangguk dan tersenyum tulus."Baiklah, nanti bunda meminta ijin dulu pa

    Last Updated : 2024-01-01
  • Kubawa Benihmu, Mas!   67. Akhirnya

    Setelah puas menatap punggung putranya, Sarita segera masuk kembali. Aulia pun mulai melajukan mobil sesaat setelah majikannya siap."Anda hendak kemana, Nyonya?" "Antar aku ke perusahaan perhiasaan milik Saga!""Baik, Nyonya!"Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Aulia terlihat fokus ke depan. Kebetulan jalanan tidak macet sehingga membuat mereka segera sampai di perusahaan tersebut. Aulia langsung membawa mobilnya menuju ke lobi, seorang satpam membukakan pintu untuk majikannya. Satpam menunduk memberi hormat saat kaki jenjang Sarita menapak lantai. "Setelah kau parkir kendaraan segera menyusulku ke ruang Saga, Aulia!" perintah Sarita, lalu tatapannya beralih pada satpam, "Terima kasih!"Setelah mengucap kata itu, Sarita melanjutkan langkahnya menuju ke meja resepsionis. Meskipun bisa dibilang Sarita pemilik perusahaan itu, dia masih bertanya pada pihak resepsionis."Apa Sagara ada di ruangannya?" tanya Sarita "Maaf, Nyonya. Bapak ada meeting dengan klaen di sebuah cafe ber

    Last Updated : 2024-01-02
  • Kubawa Benihmu, Mas!   68. Bertemu Pria Itu

    "Baiklah, aku akan ikuti apa yang diinginkan oleh Alifian. Terima kasih atas pencerahannya!" Sarita pun berjalan lagibke sofa, tangannya merogoh tas selempang yang dia letakkan di atas meja. Dia berniat untuk mengambil benda pipih dan menghubungi Aulia."Kita ke sekolah Alifian sekarang, Aul!" kata Sarita dan langsung memutus panggilannya.Sangat singkat dan tidak perlu menunggu jawaban dari seberang. Hal ini membuat Sagara terkekeh lirih."Ternyata seorang Alinsky lebih ganas daripada Arnold. Tetapi aku suka caramu memberi perintah," kilah Sagara saat mendapat tatapan tajam dari Sarita.'Iya sudah, aku berangkat. Sampai jumpa!"Setelah berpamitan, Sarita pun melangkah meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal sepupunya Sagara kembali mengusap wajahnya kasar."Andai saja kau bukan tanggung jawabku, mungkin akan lain, Sarita!" batin Sagara.Pria itu berjalan menuju ke jendela. Diusapnya sisi yang tadi menjadi sandaran telapak wanita itu. Kemudian menciumnya, sejujurnya baru pada Sarita l

    Last Updated : 2024-01-02

Latest chapter

  • Kubawa Benihmu, Mas!   158. Akhir Sebuah Kisah

    Sarita terbangun masih dalam pelukan Sagara, bahkan sinar mentari pagi sudah menyapa lembut kulitnya. Dia sedikit terkejut saat ujung kakinya tersentuh oleh buih air. "Dimana aku?""Sudah bangun? Lihatlah, sinar jingga menghiasi langit timur!"Sarita bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap sinar jingga sambil merentangkan kedua lengannya. Dadanya terlihat naik perlahan menandakan sedang menghirup udara. Sagara ikut berdiri dan berjalan mengikis jarak, lalu dipeluknya tubuh Sarita dan berbisik, "Bagaimana dengan tawaranku semalam, Sayang?"Sagara meletakkan kepalanya pada ceruk lerer Sarita dan mulai menghidu aroma yang sudah membuatnya candu. Telapak tangan Sarita pun bergerak mengusap kepala Sagara. Wanita itu menyunggar surai rambut sang lelaki, kemudian menekannya lembut. Sarita merasa nyaman dengan setiap sentuhan Sagara, tetapi sisi hatinya yang lain masih enggan untuk menyambut cinta yang ditawarkan. "Akankah kau selalu ada untukku?" tanya Sarita lembut. Tidak ada jawaba

  • Kubawa Benihmu, Mas!   157. Putusan Sidang

    Di antaranya bukti keterlibatan Madam Anne atas kematian Alinsky Waluyo. Meskipun dari hasil pemeriksaan, Alinsky dinyatakan meninggal karena kecelakaan tunggal.Akan tetapi, pada fakta yang ditemukan, Alinsky meninggal karena luka parah yang dideritanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dan yang lebih mengejutkan ternyata kecelakaan tersebut dipicu karena rem blong sebab tali rem mobil Alinsky telah dipotong. Tidak hanya itu saha, Madam Anne bahkan memerintahkan seseorang untuk membuat sebuah rekaman palsu yang menceritakan bahwa Alinsky pergi dari rumah Pradipta dengan seorang pria. Kemudian dengan segala tipu daya dan rayuan, Madam Anne pun mendekati Pradipta yang tengah terluka dan kehilangan Alinsky serta calon anak yang masih berada di kandungan Alinsky untuk selamanya. Pradipta yang merasa kecewa dengan sikap Alinsky pun perlahan mulai termakan omongan Madam Anne muda dan bersedia menikahi Madam Anne beberapa bulan setelah kepergian Alinsky yang tanpa kabar tersebut.Yang

  • Kubawa Benihmu, Mas!   156. Fakta Baru

    Sarita terdiam, wanita itu menatap pada Sagara begitu juga sebaliknya. Hanya Alifian yang terlihat asyik sendiri tanpa beban. Kemudian dia beranjak meninggalkan kedua orang dewasa menuju ke teras rumah. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah keduanya sudah berjalan. Namun, hingga kaki kecil sampai di ambang pintu kedua orang dewasa belum juga terlihat membuat Alifian berteriak memanggil bundanya. "Sebaiknya kita antar dulu putra kamu itu, Sari. Setelahnya baru ke butik bahas lebih lanjut," kata Sagara sambil meraih jemari Sarita dan menautkan pada jemarinya. Sarita terdiam mengikuti semua pergerakan Sagara wanita itu sama sekali tidak menolak ataupun menghindar. Hingga sampai di depan Alifian pun tautan jemari mereka tidak terlepas. "Masuklah bersama Alif di belakang, Sari!"Sarita segera masuk menyusul putranya dan duduk di samping Alifian. Pria kecil menatap bundanya sekilas lalu berpaling ke samping melihat jalanan yang mulai padat. Mobil berjalan perlaha

  • Kubawa Benihmu, Mas!   155. Kapan Menikah

    Tangan kanan Sagara mengepal erat, sebuah bogem mentah sudah hendak dihadiahkannya untuk Bagaskara. Namun, diurungkan karena ada jemari lentik yang menghentikan niatan tersebut. Sagara memalingkan wajah ke samping. Tampak pemilik jari tersebut menggelengkan kepala sambil menyuguhkan senyum lembut yang mampu melelehkan hatinya. Emosi Sagara seketika menguap begitu saja, sementara Bagaskara semakin merasa geram karena mantan istri malah memberikan senyum terbaik pada laki-laki selain dirinya. Gelap mata! Itu yang dirasakan Bagaskara saat ini. Penuh emosi, Bagas menarik bahu pria yang lima tahun lebih tua tersebut. Giginya gemeretuk, rahangnya mengencang, mata pun sudah memerah, dan detik berikutnya ... Bugh! Bagas meninju rahang Sagara yang langsung terhuyung. Sungguh beruntung, pengendalian keseimbangan pria itu cukup baik sehingga dia tidak sampai terjatuh hanya sedikit oleng saja. Sagara ingin membalas Bagas, tetapi Sarita dengan cepat menarik tangan Sagara. Sambil memberikan s

  • Kubawa Benihmu, Mas!   154. Suasana Memanas

    Aknat dan Bagas refleks saling bertukar pandang saat mendengar pertanyaan hakim ketua. Apa maksud hakim ketua dengan mempermainkan? Kenapa lelaki jelang senja itu bisa berkata demikian? Jangan-jangan .... Didorong oleh rasa penasaran, Aknat pun bermaksud kembali maju untuk memeriksa ulang apakah ada kesalahan yang tidak disengajanya saat menyerahkan bukti ketidakberesan Sarita sebagai ibu. Akan tetapi, baru saja mengangkat tubuhnya dari kursi, ketua majelis hakim yang terhormat sudah mengangkat tangan -- melarangnya untuk maju. Akhirnya, dengan penuh kebingungan, Aknat menuruti perintah ketua majelis sidang. Sambil bertanya-tanya, Aknat menatap hakim ketua dan Bagaskara bergantian. Pemuda itu bahkan hanya bisa mengedikkan bahu ketika Bagaskara menanyakan hal tersebut padanya. Ketua majelis hakim yang terhormat masih menatap Aknat dan Bagaskara dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Pria yang sudah berprofesi menjadi hakim selama dua puluh tahun tersebut merasa terhina. "Apa maksud

  • Kubawa Benihmu, Mas!   153. Berkas

    Keesokkan paginya tidak jauh dari sebuah rumah mewah bercat putih, tampak sebuah city car berwarna hitam. Pengemudi city car tersebut tampak serius mengamati rumah mewah yang dijaga ketat oleh seorang petugas keamanan. "Aku harus bisa masuk ke rumah itu untuk mencari berkas-berkas penting yang mereka sebutkan kemarin. Hanya saja bagaimana ya caranya?"Pemuda tersebut memutar otaknya -- mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam rumah mewah dan menjalankan misinya tanpa ketahuan oleh penghuni rumah. Dia pun memeriksa seluruh penjuru mobilnya. Elfrada mengobrak-abrik seluruh isi dashboard mobil dan menemukan dua buah benda yang diyakini bisa membantu meloloskan niatnya masuk ke dalam rumah target. Dengan keyakinan penuh, lelaki tersebut mempersiapkan diri. Setelah semua siap, dia kembali mengawasi rumah mewah yang hanya selisih dua rumah dari tempatnya. Beberapa menit kemudian, tampaklah sebuah mobil mewah dan elegan berwarna silver metalik keluar dari halaman rumah tersebut. Dengan

  • Kubawa Benihmu, Mas!   152. Sosok Yang Lain

    Pria muda berkaca mata hitam itu segera meluncur pergi dari depan rumah Bagaskara, dengan kecepatan tinggi pemuda tersebut memacu kendaraan roda empat yang dikemudikannya. Di tengah perjalanan pria itu menelepon seseorang, "Bos, tadi saya sempat mencuri dengar pembicaraan antara Bagaskara, istrinya, dan kedua pengacara mereka melalui sebuah penyadap. Saya mendengar mereka mempunyai sebuah bukti yang akan bisa dipakai menekan dan mengalahkan Nyonya Sarita di pengadilan.""Bukti apa dan siapa yang membawa bukti tersebut?" tanya lawan bicara pria muda yang ditugaskan menjadi kata-kata tersebut. "Saya masih belum mendapatkan informasi bukti seperti apa yang dimaksud, hanya saja saya tahu siapa yang sudah menyimpan bukti tersebut." Info pemuda tersebut sambil terus mengemudikan kendaraan roda empatnya. Sementara itu, di tempat lain lawan bicara pria muda tersebut tampak sedang memikirkan strategi apa yang akan diambilnya untuk menghancurkan Bagaskara dan istrinya, Ni Luh. Sosok tersebu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   151. Awal Sidang

    "Tenang, Tuan Bagas. Bersantailah sedikit, tidak perlu seemosi itu. Saya hanya bertanya saja pada Anda. Apakah Anda yakin dengan keinginan Anda mengenai hak asuh anak?" Ulang Aknat pada Bagaskara yang menatapnya lekat dan tajam."Apa perlu saya ulang jawaban saya agar Anda yakin pada apa yang menjadi keinginan saya?" Kini giliran Bagaskara membalik pertanyaan Aknat. Nada suaranya rendah dan dalam, terlihat sekali jika dia sedang menahan amarah pada pemuda yang duduk di samping Ni Luh.Mendengar jawaban Bagaskara yang begitu penuh kemarahan yang tertahan, Ni Luh mengerutkan dahinya. Wanita itu merasa sedikit aneh dengan sikap suaminya ketika mendengar pertanyaan Aknat.Ni Luh mengamati manik tegas suaminya lekat-lekat. Dia merasa penasaran dengan jawaban dan sikap Bagaskara selanjutnya. Sementara itu, sikap Aknat tampak berbanding terbalik dengan Bagaskara yang tampak begitu emosi.Pria matang yang dikenalkan dengan nama Arswendo merasa tidak enak melihat situasi yang mulai tidak kondu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   150. Dua Pengacara

    Saat hendak menikmati madu alami pintu dibuka oleh pelayan dengan membawa makanan yang sesuai pesanan juga dua orang tamu. Bagas dan Ni Luh segera memperbaiki cara duduknya. "Silakan saja dilanjut, kami dengan sabar menunggu, Tuan dan Nyonya!" ujar Aknat pengacara pribadi Ni Luh. "Kau jangan bikin malu, Nat. Usiamu masih jauh," dengus Ni Luh. Aknat hanya mengulas senyum tipis, lalu mengambil duduk di depan Ni Luh sedangkan pria yang berusia matang ikut duduk di samping Aknat. Ni Luh menatap suaminya penuh tanya. Bagaskara tersenyum dan mempersilakan kedua tamunya untuk menyantap menu yang ada. Menu sederhana tetapi mewah. "Silakan makan, Tuan Berdua!""Apakah tidak lebih baik kita saling kenal dulu, Kak!" Pinta Ni Luh. "Saya Bagaskara sebagai suami dari Ibu Ni Luh Ayu. Ini pengacara saya, Bapak Arswendo!" ujar Bagaskara. Bagas mengenalkan diri dan pengacaranya pada pria muda di depan istrinya. Aknat yang sejak tadi terlihat santai segera menerima uluran tangan Bagas dengan itika

DMCA.com Protection Status