Share

51. Masa Lalu

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-18 23:47:35

"Untuk apa kamu pegang uang sebanyak itu? Kemarikan uang itu, buat nambah modal usaha furniture milik Bagas. Bukankah semua kebutuhanmu terpenuhi dari Bagas?"

"Tetapi itu masih hak saya dari hasil keringat kerja sebelum menikah dengan Mas Bagas, Madam. Maaf, tidak bisa!"

"Sarita! Kau sudah berani menolakku!"

Sarita tertunduk lesu, bukan maksud membantah perintah mertua tetapi wanita itu ingin mempertahankan hak yang mulai digerogoti oleh mertuanya itu. Namun, Anne tidak terima. Wanita itu terus saja memaksa Sarita untuk menggelontorkan uangnya.

"Jika ini mau kami, maka jangan salahkan aku bila terjadi sesuatu pada simbok kamu itu!" Anne pun berteriak pada Amir salah satu orang kepercayaan Anne.

"Iya, Madam. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Amir dengan langkah membungkuk mendekati Anne.

"Bawa sini Marni, jika perlu seret dan jangan lupa cambukku!"

Amir pun kembali berjalan membungkuk, tetapi kali ini jalannya mundur. Hingga sampai ambang pintu barulah tubuh pria paruh baya itu tegak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubawa Benihmu, Mas!   52. Terkuras Semua

    "Jangan, Nduk! Itu untuk sekolahmu," ujar Marni dengan nada memelas.Sarita menatap punggung simboknya yang mulai mengeluarkan tetes darah. Jari jemari wanita muda itu pun menyentuh punggung Marni dengan bulir bening menetes di kedua pipinya."Ini ... Pasti sakit, Mbok. Biarkan uang Sari menebus ini semua!" bisik Sarita. Setelah berkata, Sarita gegas bengkit dan berlari menuju ke kamar simboknya. Beberapa saat dia pun kembali bersama sebuah buku kecil berwarna kuning, buku tabungan khas bank daerah."Silakan, Madam. Jika perlu ambil saja semua!"Anne meraih buku itu, kemudian tawanya menggelegar. Wanita itu berhasil menguras seluruh harta menantu barunya. Lalu Qnne menyodorkan ponselnya dengan menunjukkan aplikasi M-banking."Masukkan pinnya!""Tapi saya tidak pernah pakai aplikasi seperti ini, Madam. Saya hanya setor dan tarik tunai di bannk tersebut," ungkap Sarita."Dasar bodoh dan udik, pasang saja beberapa angka di sana. Biar aku yang urus selanjutnya!" Serita mulai mengetik be

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Kubawa Benihmu, Mas!   53. Apa Yang Bisa Aku Bantu?

    Sarita pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Saga, wanita itu masuk ke mobil dan duduk dalam diam. Hatinya masih melayang pada peristiwa menyakitkan sepanjang hidup bersama di mansion itu. Hampir tidak ada senyum bahagia yang ada sesaknya dada dan penderitaan.Saga setelah memasangkan sabuk pengaman segera melangkah panjang menuju ke sisi pintu yang lain. Dilihatnya sorot mata kosong sepupunya, napas kasar pun bisa di dengar oleh Sarita. Namun, wanita itu masih tidak peduli. Pikirannya seperti berada di tempat lainnya. Mobil melaju meninggalkan taman kota dan Sarita masih tetap bungkam."Apakah selamanya seperti ini, Sari?" tanya Saga memecah keheningan.Sarita perlahan menoleh melihat Saga yang memegang kemudi. Sorot matanya berubah sendu, lalu lengkungan tipis terpaksa dia hadirkan."Aku masih belum bisa menerimanya, Saga!""Siapa dan apa?""Pria itu inginkan rujuk, dia juga inginkan Alifian. Aku masih belum terima iklas," ungkap Sarita dengan pandangan ke depan.Saga meremas setir

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Kubawa Benihmu, Mas!   54. Ruang Pameran

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa pameran perhiasaan sudah memasuki hari ketiga. Terlihat rachel berdiri di depan stand miliknya. Hari ini Sagara berjanji akan datang untuk melihat semua peserta di ruang pamer tersebut. Tidak hanya pada gadis itu Sagara berjanji datang tetapi juga pada peserta yang lain. "Apakah kamu yakin dia akan datang, Chel?" tanya Ni Luh."Iya, untuk itulah aku berdandan sedemikian rupa agar dia mau mlihatku," jawab Rachel Ni Luh mengembuskan napas panjang. Berbeda dengan Rachel, Ni Luh lebih percaya bahwa Sagara yang dimaksud oleh sahabatnya berbeda dengan Sagara Arnold yang dilihatnya di pelelangan barang kemarin dulu.Namun, Rachel percaya bahwa Sagara nya ini sama dengan yang dilihat oleh sahabatnya itu. Semua pemilik stand terlihat sibuk membersihkan etelase dan melihat penampilannya. Apalagi terlihat beberapa pria berpakaian hitam memasuki ruang pamer tersebut. Rachel pun juga mulai menyiapkan segalanya, dalam hati wanita muda itu harus bisa mengalihka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Kubawa Benihmu, Mas!   55. Siapa Wanita Itu

    "Petugas, tolong bawa wanita kotor ini keluar!" kata Rachel."Mari saya antar Anda keluar, Nona!" pinta petugas."Tidak, saya ingin jumpa dengan Tuan Sagara. Tolong ini penting!" desak wanita itu.Petugas itu masih tidak mau mengerti akan kesulitan wanita tersebut. Mereka segera menyeret kedua lengan sang wanita. Pemandangan yang sangat menyedihkan, seorang wanita dengan paras cantik tetapi pakaiannya compang camping bahkan berbau selokan. Rachel masih menutup hidung mancungnya sambil terus menatap arah petugas itu membawa wanita bau. Ni Luh yang berdiri tidak jauj dari posisi Rachel hanya mendengus lirih dan menggelengkan kepala."Kau itu bodoh, Rachel!" sarkas Ni Luh."Enak saja kau bilang aku bodoh. Kau yang bahkan lebih parah, Ni Luh!" gertak Rachel.Ni Luh hanya tersenyum masam, dia tidak mengerti apa maksud dari perkataan sahabatnya itu. Apa yang dia lakukan adalah sebagai bentuk melawan perintah ayahnya dan Rachel tidak perlu tahu.Wanita yang mencari Sagara masih terus member

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Kubawa Benihmu, Mas!   56. Terungkap

    "Lalu siapa yang kamu curigai, Aulia?" Imanuel begitu dia mobil sampai di depan rumah sarita dan Aulia terlihat berdiri di teras."Aku rasa tidak ada penyusup dalam rumah ini. Tatepi aku pun juga tiadak paham apa yang menjadi pemicu masalah ini.""tadi sempat ada wanita yang tidak di kenal dan berteriak mencari bos bahkan manggilnya langsung nama tanpa embel-embel pak atau tuan. Aku tidak curiga siapa wanita itu," kata Imanuel.Elfrada hanya diam. Lelaki itu memindai seluruh halaman rumah sepupu majikannya, matanya menyimpit kala dilihatnya sesuatu yang mencurigakan tersangkut di dahan sebuah cabang yangterlihat sedikit tajam.Elfrada pun berjalan mendekat pohon itu, tangannya terulur untuk mengambilbenda kecil yang tersangkut pada dahan tersebut. Bola matanya membulat sempurna melihat bend kecil itu yang ternyata sebuah kamera kecil."Bagaimana bisa kecolongan benda semacam ini kamu itu, Aulia?" kata Elfrada sambil menunjukan benda kecil itu pada aulia.Wanita itu menerima benda ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Kubawa Benihmu, Mas!   57. Lokasi

    Mobil yang membawa Sarita dengan sopir Sagara pun telah sampai ke tempat yang telah di sherelok oleh Elfrada. Tampak bangunan kuno di sekitar pelabuhan blok D. Bukan seperti selayaknya sebuah bangunan karwna lebih ke sebuah kontainer tua."Apakah ini benar tempatnya, Saga?" tanya Sarita yang sedikit bergidik melihat lingkungan sekitar."Sepertinya benar, kau bisa lihat di sana terparkir beberapa mobil hitam berplat khusus!""Lalu dimana Elfrada dan yang lain?" tanya Sarita.Sagara mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari beberpaa anak buah andalannya. Senyumnya mengembang kala dilihatnya beberapa pergerakan senyam di beberapa titik."Amati dan pastikan keberadaan mereka, Sarita!"Sarita pun mulai memindai seluruh tempat itu. Lalu senyum tipis terlihat di wajah sadisnya. Iya saat ini Sarita sudah dalam mode emosi tingkat tinggi."Apa rencanamu, Saga?""Tunggu kabar dari Elfrada, bersabarlah!"Kemudian Saga menyerahkan alat penghubung pada Sarita, lalu wanita itu pun segera memasang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Kubawa Benihmu, Mas!   58. Pahlawan diantara Pahlawan

    Belum selesai membuka jendela, Sutris seperti mendengar dengung segerombolan lebah. Pandangannya menatap ke depan, sebuah benda kecil melesat menuju ke arahnya. Sutris oun segera menunduk bersembunyi di balik kusen jendela sambil berteriak mengingatkan yang lain."Sialan, rupanya kita sudah dikepung!" umpat Sutris. Pria gempal itu akhirnya berdiri, belum sempat melangkah terdengar desingan yang kedua. Seiring suara desingan itu pintu utama kontainer terbuka dan telihatlah sosok yang tidak asing bagi para penculik."Tuan Bagas, mengapa Anda datang ke sini?" "Bukan urusanmu, bagaimana bisa kau culik anakku tanpa memberitahu aku sebagai ayahnya, Hah! Apa ini semua suruhan ibuku?" geram Bagaskara."Bukankah ini rencana awal Anda, Tuan?" tanya Sutris berjalan mendekat."Sialan, kau lempar sebuah fitanh di depan putraku. Ingin mati, Hah?"Bagaskara berjalan santai menuju ke kursi tempat Alifian terikat. Pria itu kemudian menunduk mensejajarkan wajahnya dengam wajah putranya. Perlahan tang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25
  • Kubawa Benihmu, Mas!   59. Lawan Yang Tak Sebanding

    Bagaskara mengerang kesakitan saat sebuah golok menyayat lengannya. Untung saja dia cepat menghindar saat golok itu menyerang lehernya. Andai kurang cepat menghindar bisa saja kepalanya terpisah dari leher."Haha, dasar lemah selamanya lemah, Bagaskara! Kau tidak akan bisa membebaskan darah dagingmu sendiri," umpat Sutris."Bangsat, bedebah kau, Sutris. Berani menikungku dari belakang setelah kubersihkan namamu, Hah!" "Serang pria banci itu!" kata Sutris memberi perintah yang lainnya.Segera kelima pria gempal mengurung posisi Bagaskara yang melindungi Alifian dari perbagai serangan. Pria kecil itu tampak berdiri kokoh di belakang Bagas, sementara di luar terlihat Sarita mulai cemas dengan kondisi putranya. Dia tidak menyangka bahwa Bagaskara datang secepat itu dan masuk tanpa perhitungan."Saga, ini bagaimana?" tanya Sarita lirih "Sudahlah, kita pantau saja sampai dimana kesiapan priamu itu dalam menghadapi anak buahnya sendiri," ungkap Sagara."Tetapi lihatlah pria itu mulai kewal

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27

Bab terbaru

  • Kubawa Benihmu, Mas!   158. Akhir Sebuah Kisah

    Sarita terbangun masih dalam pelukan Sagara, bahkan sinar mentari pagi sudah menyapa lembut kulitnya. Dia sedikit terkejut saat ujung kakinya tersentuh oleh buih air. "Dimana aku?""Sudah bangun? Lihatlah, sinar jingga menghiasi langit timur!"Sarita bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap sinar jingga sambil merentangkan kedua lengannya. Dadanya terlihat naik perlahan menandakan sedang menghirup udara. Sagara ikut berdiri dan berjalan mengikis jarak, lalu dipeluknya tubuh Sarita dan berbisik, "Bagaimana dengan tawaranku semalam, Sayang?"Sagara meletakkan kepalanya pada ceruk lerer Sarita dan mulai menghidu aroma yang sudah membuatnya candu. Telapak tangan Sarita pun bergerak mengusap kepala Sagara. Wanita itu menyunggar surai rambut sang lelaki, kemudian menekannya lembut. Sarita merasa nyaman dengan setiap sentuhan Sagara, tetapi sisi hatinya yang lain masih enggan untuk menyambut cinta yang ditawarkan. "Akankah kau selalu ada untukku?" tanya Sarita lembut. Tidak ada jawaba

  • Kubawa Benihmu, Mas!   157. Putusan Sidang

    Di antaranya bukti keterlibatan Madam Anne atas kematian Alinsky Waluyo. Meskipun dari hasil pemeriksaan, Alinsky dinyatakan meninggal karena kecelakaan tunggal.Akan tetapi, pada fakta yang ditemukan, Alinsky meninggal karena luka parah yang dideritanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dan yang lebih mengejutkan ternyata kecelakaan tersebut dipicu karena rem blong sebab tali rem mobil Alinsky telah dipotong. Tidak hanya itu saha, Madam Anne bahkan memerintahkan seseorang untuk membuat sebuah rekaman palsu yang menceritakan bahwa Alinsky pergi dari rumah Pradipta dengan seorang pria. Kemudian dengan segala tipu daya dan rayuan, Madam Anne pun mendekati Pradipta yang tengah terluka dan kehilangan Alinsky serta calon anak yang masih berada di kandungan Alinsky untuk selamanya. Pradipta yang merasa kecewa dengan sikap Alinsky pun perlahan mulai termakan omongan Madam Anne muda dan bersedia menikahi Madam Anne beberapa bulan setelah kepergian Alinsky yang tanpa kabar tersebut.Yang

  • Kubawa Benihmu, Mas!   156. Fakta Baru

    Sarita terdiam, wanita itu menatap pada Sagara begitu juga sebaliknya. Hanya Alifian yang terlihat asyik sendiri tanpa beban. Kemudian dia beranjak meninggalkan kedua orang dewasa menuju ke teras rumah. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah keduanya sudah berjalan. Namun, hingga kaki kecil sampai di ambang pintu kedua orang dewasa belum juga terlihat membuat Alifian berteriak memanggil bundanya. "Sebaiknya kita antar dulu putra kamu itu, Sari. Setelahnya baru ke butik bahas lebih lanjut," kata Sagara sambil meraih jemari Sarita dan menautkan pada jemarinya. Sarita terdiam mengikuti semua pergerakan Sagara wanita itu sama sekali tidak menolak ataupun menghindar. Hingga sampai di depan Alifian pun tautan jemari mereka tidak terlepas. "Masuklah bersama Alif di belakang, Sari!"Sarita segera masuk menyusul putranya dan duduk di samping Alifian. Pria kecil menatap bundanya sekilas lalu berpaling ke samping melihat jalanan yang mulai padat. Mobil berjalan perlaha

  • Kubawa Benihmu, Mas!   155. Kapan Menikah

    Tangan kanan Sagara mengepal erat, sebuah bogem mentah sudah hendak dihadiahkannya untuk Bagaskara. Namun, diurungkan karena ada jemari lentik yang menghentikan niatan tersebut. Sagara memalingkan wajah ke samping. Tampak pemilik jari tersebut menggelengkan kepala sambil menyuguhkan senyum lembut yang mampu melelehkan hatinya. Emosi Sagara seketika menguap begitu saja, sementara Bagaskara semakin merasa geram karena mantan istri malah memberikan senyum terbaik pada laki-laki selain dirinya. Gelap mata! Itu yang dirasakan Bagaskara saat ini. Penuh emosi, Bagas menarik bahu pria yang lima tahun lebih tua tersebut. Giginya gemeretuk, rahangnya mengencang, mata pun sudah memerah, dan detik berikutnya ... Bugh! Bagas meninju rahang Sagara yang langsung terhuyung. Sungguh beruntung, pengendalian keseimbangan pria itu cukup baik sehingga dia tidak sampai terjatuh hanya sedikit oleng saja. Sagara ingin membalas Bagas, tetapi Sarita dengan cepat menarik tangan Sagara. Sambil memberikan s

  • Kubawa Benihmu, Mas!   154. Suasana Memanas

    Aknat dan Bagas refleks saling bertukar pandang saat mendengar pertanyaan hakim ketua. Apa maksud hakim ketua dengan mempermainkan? Kenapa lelaki jelang senja itu bisa berkata demikian? Jangan-jangan .... Didorong oleh rasa penasaran, Aknat pun bermaksud kembali maju untuk memeriksa ulang apakah ada kesalahan yang tidak disengajanya saat menyerahkan bukti ketidakberesan Sarita sebagai ibu. Akan tetapi, baru saja mengangkat tubuhnya dari kursi, ketua majelis hakim yang terhormat sudah mengangkat tangan -- melarangnya untuk maju. Akhirnya, dengan penuh kebingungan, Aknat menuruti perintah ketua majelis sidang. Sambil bertanya-tanya, Aknat menatap hakim ketua dan Bagaskara bergantian. Pemuda itu bahkan hanya bisa mengedikkan bahu ketika Bagaskara menanyakan hal tersebut padanya. Ketua majelis hakim yang terhormat masih menatap Aknat dan Bagaskara dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Pria yang sudah berprofesi menjadi hakim selama dua puluh tahun tersebut merasa terhina. "Apa maksud

  • Kubawa Benihmu, Mas!   153. Berkas

    Keesokkan paginya tidak jauh dari sebuah rumah mewah bercat putih, tampak sebuah city car berwarna hitam. Pengemudi city car tersebut tampak serius mengamati rumah mewah yang dijaga ketat oleh seorang petugas keamanan. "Aku harus bisa masuk ke rumah itu untuk mencari berkas-berkas penting yang mereka sebutkan kemarin. Hanya saja bagaimana ya caranya?"Pemuda tersebut memutar otaknya -- mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam rumah mewah dan menjalankan misinya tanpa ketahuan oleh penghuni rumah. Dia pun memeriksa seluruh penjuru mobilnya. Elfrada mengobrak-abrik seluruh isi dashboard mobil dan menemukan dua buah benda yang diyakini bisa membantu meloloskan niatnya masuk ke dalam rumah target. Dengan keyakinan penuh, lelaki tersebut mempersiapkan diri. Setelah semua siap, dia kembali mengawasi rumah mewah yang hanya selisih dua rumah dari tempatnya. Beberapa menit kemudian, tampaklah sebuah mobil mewah dan elegan berwarna silver metalik keluar dari halaman rumah tersebut. Dengan

  • Kubawa Benihmu, Mas!   152. Sosok Yang Lain

    Pria muda berkaca mata hitam itu segera meluncur pergi dari depan rumah Bagaskara, dengan kecepatan tinggi pemuda tersebut memacu kendaraan roda empat yang dikemudikannya. Di tengah perjalanan pria itu menelepon seseorang, "Bos, tadi saya sempat mencuri dengar pembicaraan antara Bagaskara, istrinya, dan kedua pengacara mereka melalui sebuah penyadap. Saya mendengar mereka mempunyai sebuah bukti yang akan bisa dipakai menekan dan mengalahkan Nyonya Sarita di pengadilan.""Bukti apa dan siapa yang membawa bukti tersebut?" tanya lawan bicara pria muda yang ditugaskan menjadi kata-kata tersebut. "Saya masih belum mendapatkan informasi bukti seperti apa yang dimaksud, hanya saja saya tahu siapa yang sudah menyimpan bukti tersebut." Info pemuda tersebut sambil terus mengemudikan kendaraan roda empatnya. Sementara itu, di tempat lain lawan bicara pria muda tersebut tampak sedang memikirkan strategi apa yang akan diambilnya untuk menghancurkan Bagaskara dan istrinya, Ni Luh. Sosok tersebu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   151. Awal Sidang

    "Tenang, Tuan Bagas. Bersantailah sedikit, tidak perlu seemosi itu. Saya hanya bertanya saja pada Anda. Apakah Anda yakin dengan keinginan Anda mengenai hak asuh anak?" Ulang Aknat pada Bagaskara yang menatapnya lekat dan tajam."Apa perlu saya ulang jawaban saya agar Anda yakin pada apa yang menjadi keinginan saya?" Kini giliran Bagaskara membalik pertanyaan Aknat. Nada suaranya rendah dan dalam, terlihat sekali jika dia sedang menahan amarah pada pemuda yang duduk di samping Ni Luh.Mendengar jawaban Bagaskara yang begitu penuh kemarahan yang tertahan, Ni Luh mengerutkan dahinya. Wanita itu merasa sedikit aneh dengan sikap suaminya ketika mendengar pertanyaan Aknat.Ni Luh mengamati manik tegas suaminya lekat-lekat. Dia merasa penasaran dengan jawaban dan sikap Bagaskara selanjutnya. Sementara itu, sikap Aknat tampak berbanding terbalik dengan Bagaskara yang tampak begitu emosi.Pria matang yang dikenalkan dengan nama Arswendo merasa tidak enak melihat situasi yang mulai tidak kondu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   150. Dua Pengacara

    Saat hendak menikmati madu alami pintu dibuka oleh pelayan dengan membawa makanan yang sesuai pesanan juga dua orang tamu. Bagas dan Ni Luh segera memperbaiki cara duduknya. "Silakan saja dilanjut, kami dengan sabar menunggu, Tuan dan Nyonya!" ujar Aknat pengacara pribadi Ni Luh. "Kau jangan bikin malu, Nat. Usiamu masih jauh," dengus Ni Luh. Aknat hanya mengulas senyum tipis, lalu mengambil duduk di depan Ni Luh sedangkan pria yang berusia matang ikut duduk di samping Aknat. Ni Luh menatap suaminya penuh tanya. Bagaskara tersenyum dan mempersilakan kedua tamunya untuk menyantap menu yang ada. Menu sederhana tetapi mewah. "Silakan makan, Tuan Berdua!""Apakah tidak lebih baik kita saling kenal dulu, Kak!" Pinta Ni Luh. "Saya Bagaskara sebagai suami dari Ibu Ni Luh Ayu. Ini pengacara saya, Bapak Arswendo!" ujar Bagaskara. Bagas mengenalkan diri dan pengacaranya pada pria muda di depan istrinya. Aknat yang sejak tadi terlihat santai segera menerima uluran tangan Bagas dengan itika

DMCA.com Protection Status