Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / 28. Sebuah Nama

Share

28. Sebuah Nama

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-11-27 20:49:52

Simbok terdiam menatap gambar yang di sodorkan oleh Bagaskata. Hati wanita tua itu terenyuh melihat putrinya dan anak laki-laki tampan. Namun, demi keselamatan keduanya dia harus tetap bungkam. Lalu menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana?"

"Tidak, saya tidak tahu!"

"Kau masih bungkam!" Anne menarik rambut putih Marni hingga kepala wanita tua itu tengadah.

"Kau tidak jujur, maka hidupmu hancur. Apakah ini yang kamu mau!"

Marni tetap bungkam, bahkan bibirnya mengulas senyum lebar. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman Anne. Wanita tua itu sudah iklas dan bersyukur dalam hati melihat senyum Saritanya.

"Kau tersenyum, Marni? Ini membuktikan bahwa kau mengenal wanita dan anak ini, Marni. Aku tidak salah, 'Kan! Haha ...," kata Anne, "Akhirnya aku bisa mendapatkan dia lagi. Kau yang menjadi jaminannya!"

"Tapi aku tidak kenal mereka, Madam. Yang aku tahu, Saritaku masih di desa, dia sedang bertani dengan tanah yang dulu aku beli," ungkap Marni, " Saya punya bukti saat Sarita sedang bertani
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kubawa Benihmu, Mas!   29. Undangan Kematian

    Sarita masih terdiam menatap layar ponselnya. Hatinya meragu dan bimbang antara diangkat atau tidak. Namun, rasa penasaran sudah memenuhi otaknya. Dia hatus segera mengatur deru napasnya, tetapi suara Bagas yang ada di luar membuatnya serba salah. "Bisakah Anda menjauh dari mobilku, Pak Bagas!" pinta Sarita tegas."Aku hanya ingin mengundangmu untuk makan malam di sebuah cafe, Sarita!" "Baik, akan kupenuhi undanganmu, Pak Bagas. Dimana dan kapan waktu itu tiba?" Akhirnya Sarita lebih memilih memerhatikan Bagas lebih dulu."Aku ingin di Cafe Dan'z jam tujuh malam, bagaimana?""Deal. Sekarang menepilah!"Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Sarita, Bagas pun menuruti keinginan wanita itu. Dia menepi dan memberi jalan untuk mobil wanitanya. Setelah Bagas menepi, Sarita segera melajukan mobilnya menuju ke sekolah Alifian. Putranya itu dia masukkan ke day care yang lumayan ternama dan terjamin kwalitasnya. Sekolah yang langsung dibawah pengawasan seorang alim ulama yang sudah kompe

    Last Updated : 2023-11-27
  • Kubawa Benihmu, Mas!   30. Sarita Mengeram

    "Saga!" desis Sarita saat berjalan menuju ke pintu penumpang.Pria yang dipanggil Saga itu bergeming. Kedua lengannya terulur meraih tubuh Alifian. Anak itu hanya diam dengan pandangan kosong. Dengan langkah cepat, Saga membawa ponakannya naik ke lantai lima tempat kantornya berada. Seluruh lantai itu menjadi wilayah kekuasaannya. Hanya dia yang tinggal di sana. Semua fasilitas hidup Saga tercukupi di lantai itu. Mulai mini bar hingga kamar tidur. Bahkan kolam renang pun juga ada."Jagoan, Ayah. Lihat mata ayah!" pinta Saga dengan nada tegas.Alifian masih diam. Kedua bola matanya enggan melihat manik mata hitam milik Saga. Anak itu justru melihat ke arah lain. Lebih tepatnya menatap aquarium yang berisi ikan arwana merah. Bibir bocah pria itu tersenyum."Aku tidak apa, Ayah. Hanya enggan bicara saja!" kata Alifian lirih."Lalu mengapa kau biarkan mama hilang akal?" tanya Saga."Ada sesuatu yang membuatku ingin membalas sakit hati mama, tetapi aku masih kecil, Ayah," ungkap Alifian.

    Last Updated : 2023-11-29
  • Kubawa Benihmu, Mas!   31. Niat Sarita

    Saga menatap Sarita, perempuan itu terlihat sudah mantap untuk berkunjung ke mansion milik Madam Anne. Mau tidak mau dia harus datang untuk menyelamatkan simboknya, itu yang ada dalam pikiran Sarita."Apakah kamu sudah siap, Sarita?" "Aku harus ke sana sekarang juga daripada nunggu esok hari, Saga!" kata Sarita tegas."Sudah siapkah mental kamu menghadapi Anne, ataupun mantan suamimu?""Harus, ini demi simbok. Wanita yang tulus merawatku, Saga."Sagara pun bangkit dari duduknya, lalu meraih tubuh Alifian dan digendongnya laki-laki kecil itu. Saat melewati Sarita, tangannya menepuk lembut bahu wanita itu memberi kekuatan dan semangat agar perempuan tersebut mampu melawan rasa sakit yang menggerogoti jiwanya.Sarita mendongak menatap manik mata Saga, keduanya untuk sesaat saling mengunci hingga bersamaan mengangguk. Senyum tipos terukir di bibir keduanya, lalu kepala Sagara menunduk hingga menyentuh ujung kepala Sarita."Selamat berjuang, aku selalu ada untukmu, Sarita!" kata Saga sesa

    Last Updated : 2023-11-30
  • Kubawa Benihmu, Mas!   32. Menjemput Simbok.

    Mobil yang dikendarai oleh Aulia mulai membelah jalan ibu kota. Wanita muda itu begitu lihai mengemudi mobil canggih itu, hingga dalam waktu singkat mobil sport merah tersebut mulai memasuki halaman mansion milik Anne.Beberapa pekerja melihat mobil baru itu, kaca depan terbuka. Sarita mengulum senyum dan anggukkan kepala setiap menjumpai pekerja yang dia kenal. Seperti pada Mang Udin."Lho, Neng Sarita! Apa kabar?" sapa Mang Udin."Baik, Mang. Mari!"Udin tersenyum sambil mempersilakan Sarita untuk masuk lebih dalam. Mang Udin sendiri berlari kecil mengikuti laju kendaraan Sarita dan mengarahkan perkir yang benar, kemudian Sarita keluar dari mobil. Pandangannya melihat sekitarnya."Masih sama tidak ada yang berubah meskipun sudah empat tahun kutinggalkan." Sarita melangkah memasuki rumah inti. Namun, langkahnya terhenti kala dia mendengar suara wanita bicara dengan lantang."Hai, Gundik. Berhenti di sana!" Sarita yang merasa bukan namanya akhirnya melanjutkan jalannya menuju ke dau

    Last Updated : 2023-12-01
  • Kubawa Benihmu, Mas!   33. Terlepas

    "Nona!" "Sarita!"Teriak Aulia dan Marni bersamaan, tetapi Aulia berteriak sambil bergerak cepat dengan mendorong tubuh majikannya agar terlepas dari lajunya peluru. Anne terlihat sangat bahagia, binar matanya menyatakan begitu puas melihat darah mengalir dari tubuh Sarita."Kau salah sasaran, Anne. Aku masih hidup!"Mendengat suara itu, dahi Anne mengernyit. Dia tidak mengerti bagaimana bisa meleset bidikannya hanya gerakan kecil saja. Dalam hati wanita itu mengumpat, sedangkan Aulia tersenyum sinis menatap sosok Anne."Mertua tidak tahu diuntung, harusnya kau sadar dengan kemampuan putramu yang dibawah standart. Bagaskara Pradipta, tidak pantas memegang tapuk perusahaan Luxthor mewarisi kekayaan Tuan Albert Pradipta," ungkap Aulia."Kau! Bedebah, siapa kamu?" tanya Anne lantang."Aulia Sangker, asisten Nona Sarita Alinsky Waluyo." Aulia menjawab dengan tegas sambil memegang lengannya."Gadis sialan. Mau apa kamu ikut datang, Heh!"Aulia terdiam, tangan satunya segera merobek ujung

    Last Updated : 2023-12-02
  • Kubawa Benihmu, Mas!   34. Bebas Tanpa Syarat

    "Sialan, wanita tidak tahu diuntung!" Hentak Anne. Tubuh Sarita terguling ke kanan akibat tidak siap menerima dorongan kedua tangan Anne. Melihat majikannya yang terguling, Aulia segera berjalan sedikit lari membantu Sarita berdiri lagi. Kemudian mendorong balik tubuh Anne. Wanita tua itu jatuh terjengkang ke belakang. "Kau!""Apa, Hah? Masih kurang ...," decak Aulia kasar."Sialan, penjaga! Tangkap kedua wanita sialan ini!" perintah Anne kala dia sudah terdesak.Sarita berdiri dengan sebilah pisau yang dia keluarkan dari ujung sol sepatunya. Mata wanita itu menatap nyalang pada setiap pekerja pria yang sebagian besar dikenalnya."Jika kalian maju satu langkah saja, maka pisau ini akan melayang dan menancap teoat pada jantung. Bukankah kalian tahu bagaimana nasib lemparan pisau saya selama ini?"Mendengar apa yang dikatakan oleh Sarita, semua pekerja pria tidak ada yang berani maju barang satu langkah pun. Hal ini membuat geram hati Anne."Kalian ... Ish!" geram Anne.Sarita tertawa

    Last Updated : 2023-12-02
  • Kubawa Benihmu, Mas!   35. Kisah Selembar Cek

    "Bagaimana kabar kamu, Nduk?" tanya Marni sambil memandang Sarita.Wanita muda itu tersenyum, lalu melabuhkan kepalanya pada pangkuan wanita tua itu. Kemudian meraih jari jemari keriput pada kepalanya agar mengelus rambutnya. Marni pun mengerti apa maksud Sarita. Dengan lembut dan pelan sambil menyuarakan kidung mocopat."Sari kangen masa seperti ini, Mbok. Empat tahun ini, Sarita terus berjuang untuk memantaskan diri sebagai penerus Waluyo. Lelah dan capek!" keluh Sarita dengan nada rendah dan manja."Sarita, ingin memutar ulang waktu. Lalu menolak waktu diberi perintah untuk menjemput Aden Bagaskara. Mungkin jika bisa diulang kejadiannya tidak begini ya, Mbok?" kata Sarita terus mengisahkan hidupnya selama empat tahun ini.Marni menatap sendu manik mata biru milik Sarita, tangannya tidak berhenti mengelus rambut hitam panjang milik anak asuhnya itu. Sesekali bibir Marni mengulas senyum di sela kidungnya."Sekarang apakah masih terasa capek, Nduk?" "Masih, Mbok. Hanya saja sedikit t

    Last Updated : 2023-12-03
  • Kubawa Benihmu, Mas!   36. Diambang Kehancuran

    Anne masih menunggu dalam kecemasan dan bimbang. Wanita itu sedikit tidak percaya dengan keaslian cek. Secara Sarita begitu dia lukai sedemikian rupa, andaikata cek itu resmi dan asli ini adalah hal yang luar biasa. Namun, jika semua palsu maka semakin peninglah otak wanita paruh baya itu."Bagaimana Siska?" "Ini Asli, Anne. Namun, ada batas waktu jam untuk mencairkan dan juga hanya bank yang dia tunjuk yang bisa mencairkan uang sebanyak itu," jawab Siska."Lalu, berapa jam yang aku butuhkan untuk mencairkan uang itu?" tanya Anne."4jam kedepan, tetapi ini sudah berjalan 30 menit. Bukan hanya itu saja, Anne. Bank yang dia tunjuk tempatnya cukup jauh dari lokasi rumah kamu itu," ungkap Siska."Sialan, pandai juga dia berpolitik denganku. Awas saja jika cek ini sampai di bank itu kosong." Anne mencengkeram ujung meja kerjanya, "Beri aku lokasi bank itu, Sis! Mumpung masih ada waktu!"Anne menutup panggilan itu, lalu menunggu beberapa detik hingga sebuah notif pesan masuk yang berisi al

    Last Updated : 2023-12-03

Latest chapter

  • Kubawa Benihmu, Mas!   158. Akhir Sebuah Kisah

    Sarita terbangun masih dalam pelukan Sagara, bahkan sinar mentari pagi sudah menyapa lembut kulitnya. Dia sedikit terkejut saat ujung kakinya tersentuh oleh buih air. "Dimana aku?""Sudah bangun? Lihatlah, sinar jingga menghiasi langit timur!"Sarita bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap sinar jingga sambil merentangkan kedua lengannya. Dadanya terlihat naik perlahan menandakan sedang menghirup udara. Sagara ikut berdiri dan berjalan mengikis jarak, lalu dipeluknya tubuh Sarita dan berbisik, "Bagaimana dengan tawaranku semalam, Sayang?"Sagara meletakkan kepalanya pada ceruk lerer Sarita dan mulai menghidu aroma yang sudah membuatnya candu. Telapak tangan Sarita pun bergerak mengusap kepala Sagara. Wanita itu menyunggar surai rambut sang lelaki, kemudian menekannya lembut. Sarita merasa nyaman dengan setiap sentuhan Sagara, tetapi sisi hatinya yang lain masih enggan untuk menyambut cinta yang ditawarkan. "Akankah kau selalu ada untukku?" tanya Sarita lembut. Tidak ada jawaba

  • Kubawa Benihmu, Mas!   157. Putusan Sidang

    Di antaranya bukti keterlibatan Madam Anne atas kematian Alinsky Waluyo. Meskipun dari hasil pemeriksaan, Alinsky dinyatakan meninggal karena kecelakaan tunggal.Akan tetapi, pada fakta yang ditemukan, Alinsky meninggal karena luka parah yang dideritanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dan yang lebih mengejutkan ternyata kecelakaan tersebut dipicu karena rem blong sebab tali rem mobil Alinsky telah dipotong. Tidak hanya itu saha, Madam Anne bahkan memerintahkan seseorang untuk membuat sebuah rekaman palsu yang menceritakan bahwa Alinsky pergi dari rumah Pradipta dengan seorang pria. Kemudian dengan segala tipu daya dan rayuan, Madam Anne pun mendekati Pradipta yang tengah terluka dan kehilangan Alinsky serta calon anak yang masih berada di kandungan Alinsky untuk selamanya. Pradipta yang merasa kecewa dengan sikap Alinsky pun perlahan mulai termakan omongan Madam Anne muda dan bersedia menikahi Madam Anne beberapa bulan setelah kepergian Alinsky yang tanpa kabar tersebut.Yang

  • Kubawa Benihmu, Mas!   156. Fakta Baru

    Sarita terdiam, wanita itu menatap pada Sagara begitu juga sebaliknya. Hanya Alifian yang terlihat asyik sendiri tanpa beban. Kemudian dia beranjak meninggalkan kedua orang dewasa menuju ke teras rumah. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah keduanya sudah berjalan. Namun, hingga kaki kecil sampai di ambang pintu kedua orang dewasa belum juga terlihat membuat Alifian berteriak memanggil bundanya. "Sebaiknya kita antar dulu putra kamu itu, Sari. Setelahnya baru ke butik bahas lebih lanjut," kata Sagara sambil meraih jemari Sarita dan menautkan pada jemarinya. Sarita terdiam mengikuti semua pergerakan Sagara wanita itu sama sekali tidak menolak ataupun menghindar. Hingga sampai di depan Alifian pun tautan jemari mereka tidak terlepas. "Masuklah bersama Alif di belakang, Sari!"Sarita segera masuk menyusul putranya dan duduk di samping Alifian. Pria kecil menatap bundanya sekilas lalu berpaling ke samping melihat jalanan yang mulai padat. Mobil berjalan perlaha

  • Kubawa Benihmu, Mas!   155. Kapan Menikah

    Tangan kanan Sagara mengepal erat, sebuah bogem mentah sudah hendak dihadiahkannya untuk Bagaskara. Namun, diurungkan karena ada jemari lentik yang menghentikan niatan tersebut. Sagara memalingkan wajah ke samping. Tampak pemilik jari tersebut menggelengkan kepala sambil menyuguhkan senyum lembut yang mampu melelehkan hatinya. Emosi Sagara seketika menguap begitu saja, sementara Bagaskara semakin merasa geram karena mantan istri malah memberikan senyum terbaik pada laki-laki selain dirinya. Gelap mata! Itu yang dirasakan Bagaskara saat ini. Penuh emosi, Bagas menarik bahu pria yang lima tahun lebih tua tersebut. Giginya gemeretuk, rahangnya mengencang, mata pun sudah memerah, dan detik berikutnya ... Bugh! Bagas meninju rahang Sagara yang langsung terhuyung. Sungguh beruntung, pengendalian keseimbangan pria itu cukup baik sehingga dia tidak sampai terjatuh hanya sedikit oleng saja. Sagara ingin membalas Bagas, tetapi Sarita dengan cepat menarik tangan Sagara. Sambil memberikan s

  • Kubawa Benihmu, Mas!   154. Suasana Memanas

    Aknat dan Bagas refleks saling bertukar pandang saat mendengar pertanyaan hakim ketua. Apa maksud hakim ketua dengan mempermainkan? Kenapa lelaki jelang senja itu bisa berkata demikian? Jangan-jangan .... Didorong oleh rasa penasaran, Aknat pun bermaksud kembali maju untuk memeriksa ulang apakah ada kesalahan yang tidak disengajanya saat menyerahkan bukti ketidakberesan Sarita sebagai ibu. Akan tetapi, baru saja mengangkat tubuhnya dari kursi, ketua majelis hakim yang terhormat sudah mengangkat tangan -- melarangnya untuk maju. Akhirnya, dengan penuh kebingungan, Aknat menuruti perintah ketua majelis sidang. Sambil bertanya-tanya, Aknat menatap hakim ketua dan Bagaskara bergantian. Pemuda itu bahkan hanya bisa mengedikkan bahu ketika Bagaskara menanyakan hal tersebut padanya. Ketua majelis hakim yang terhormat masih menatap Aknat dan Bagaskara dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Pria yang sudah berprofesi menjadi hakim selama dua puluh tahun tersebut merasa terhina. "Apa maksud

  • Kubawa Benihmu, Mas!   153. Berkas

    Keesokkan paginya tidak jauh dari sebuah rumah mewah bercat putih, tampak sebuah city car berwarna hitam. Pengemudi city car tersebut tampak serius mengamati rumah mewah yang dijaga ketat oleh seorang petugas keamanan. "Aku harus bisa masuk ke rumah itu untuk mencari berkas-berkas penting yang mereka sebutkan kemarin. Hanya saja bagaimana ya caranya?"Pemuda tersebut memutar otaknya -- mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam rumah mewah dan menjalankan misinya tanpa ketahuan oleh penghuni rumah. Dia pun memeriksa seluruh penjuru mobilnya. Elfrada mengobrak-abrik seluruh isi dashboard mobil dan menemukan dua buah benda yang diyakini bisa membantu meloloskan niatnya masuk ke dalam rumah target. Dengan keyakinan penuh, lelaki tersebut mempersiapkan diri. Setelah semua siap, dia kembali mengawasi rumah mewah yang hanya selisih dua rumah dari tempatnya. Beberapa menit kemudian, tampaklah sebuah mobil mewah dan elegan berwarna silver metalik keluar dari halaman rumah tersebut. Dengan

  • Kubawa Benihmu, Mas!   152. Sosok Yang Lain

    Pria muda berkaca mata hitam itu segera meluncur pergi dari depan rumah Bagaskara, dengan kecepatan tinggi pemuda tersebut memacu kendaraan roda empat yang dikemudikannya. Di tengah perjalanan pria itu menelepon seseorang, "Bos, tadi saya sempat mencuri dengar pembicaraan antara Bagaskara, istrinya, dan kedua pengacara mereka melalui sebuah penyadap. Saya mendengar mereka mempunyai sebuah bukti yang akan bisa dipakai menekan dan mengalahkan Nyonya Sarita di pengadilan.""Bukti apa dan siapa yang membawa bukti tersebut?" tanya lawan bicara pria muda yang ditugaskan menjadi kata-kata tersebut. "Saya masih belum mendapatkan informasi bukti seperti apa yang dimaksud, hanya saja saya tahu siapa yang sudah menyimpan bukti tersebut." Info pemuda tersebut sambil terus mengemudikan kendaraan roda empatnya. Sementara itu, di tempat lain lawan bicara pria muda tersebut tampak sedang memikirkan strategi apa yang akan diambilnya untuk menghancurkan Bagaskara dan istrinya, Ni Luh. Sosok tersebu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   151. Awal Sidang

    "Tenang, Tuan Bagas. Bersantailah sedikit, tidak perlu seemosi itu. Saya hanya bertanya saja pada Anda. Apakah Anda yakin dengan keinginan Anda mengenai hak asuh anak?" Ulang Aknat pada Bagaskara yang menatapnya lekat dan tajam."Apa perlu saya ulang jawaban saya agar Anda yakin pada apa yang menjadi keinginan saya?" Kini giliran Bagaskara membalik pertanyaan Aknat. Nada suaranya rendah dan dalam, terlihat sekali jika dia sedang menahan amarah pada pemuda yang duduk di samping Ni Luh.Mendengar jawaban Bagaskara yang begitu penuh kemarahan yang tertahan, Ni Luh mengerutkan dahinya. Wanita itu merasa sedikit aneh dengan sikap suaminya ketika mendengar pertanyaan Aknat.Ni Luh mengamati manik tegas suaminya lekat-lekat. Dia merasa penasaran dengan jawaban dan sikap Bagaskara selanjutnya. Sementara itu, sikap Aknat tampak berbanding terbalik dengan Bagaskara yang tampak begitu emosi.Pria matang yang dikenalkan dengan nama Arswendo merasa tidak enak melihat situasi yang mulai tidak kondu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   150. Dua Pengacara

    Saat hendak menikmati madu alami pintu dibuka oleh pelayan dengan membawa makanan yang sesuai pesanan juga dua orang tamu. Bagas dan Ni Luh segera memperbaiki cara duduknya. "Silakan saja dilanjut, kami dengan sabar menunggu, Tuan dan Nyonya!" ujar Aknat pengacara pribadi Ni Luh. "Kau jangan bikin malu, Nat. Usiamu masih jauh," dengus Ni Luh. Aknat hanya mengulas senyum tipis, lalu mengambil duduk di depan Ni Luh sedangkan pria yang berusia matang ikut duduk di samping Aknat. Ni Luh menatap suaminya penuh tanya. Bagaskara tersenyum dan mempersilakan kedua tamunya untuk menyantap menu yang ada. Menu sederhana tetapi mewah. "Silakan makan, Tuan Berdua!""Apakah tidak lebih baik kita saling kenal dulu, Kak!" Pinta Ni Luh. "Saya Bagaskara sebagai suami dari Ibu Ni Luh Ayu. Ini pengacara saya, Bapak Arswendo!" ujar Bagaskara. Bagas mengenalkan diri dan pengacaranya pada pria muda di depan istrinya. Aknat yang sejak tadi terlihat santai segera menerima uluran tangan Bagas dengan itika

DMCA.com Protection Status