Share

teringat

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-23 22:26:05

.Malam ini udara begitu dingin dan aku merasa sepi Tidak seperti biasanya. Membayangkan wajah Mas Ahmad yang begitu bahagia dengan kelahiran anak laki-laki Minah membuatku terus saja ternyata tentang mimpi dan harapan Mas Ahmad untuk memiliki anak. Sepertinya laki-laki muda sekali untuk melupakan janji dan perasaannya jika sudah lama tidak bersama dan itu yang membuatku khawatir jika aku terlalu lama meninggalkan Mas Ahmad. Namun, kembali untuk saat ini Tentu saja tidak mungkin. Ada banyak pertimbangan dan tentu saja resiko yang cukup berat jika sampai aku kembali ke rumah itu.

"Ngapain di luar begitu? Cari penyakit nggak perlu semalaman berdiri di balkon, datang ke rumahku dan bilang sama ibuku bahwa kamu kembali dekat denganku sepertinya sepadan dengan cara kamu mencari penyakit begitu. Itu adalah satu-satunya penyakit yang bikin kamu nggak bisa tidur semalaman."

Aku membaca pesan yang dikirimkan oleh Bang Ashraf ke dalam ponsel yang sedang aku genggam. Aku menengok ke bawah dan mel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    sedih

    Pagi ini Aku merasa sangat lesu dan tidak bersemangat banget karena masih kepikiran tentang kelahiran anak lelaki Minah yang sangat disayang oleh Mas Ahmad. Masih saja hati ini inginkan buah hati yang tumbuh di rahim agar Mas Ahmad bisa mempunyai cinta yang khusus kepadaku dan anak-anakku nanti. Sayangnya harapan itu seperti sirna apalagi ketika pagi ini beberapa dokter diminta datang ke ruang rawat Minah.“Abang diminta untuk jadi saksi pernikahannya Minah dan suamimu. Abang sudah menolak tetapi mereka bilang hanya butuh dua dokter sebagai saksi dan Apa kamu mau mendampingiku melihat proses menikahnya sama mantannya itu?” Tanya bang Ashraf yang terlihat serius dengan pernyataannya.Sudah kuduga hari ini akan tiba. Ternyata apa yang aku khawatirkan akan terjadi juga. Sebenarnya berat sih untuk melihat posisi akad nikah suamiku bersama dengan Minah tetapi jika tidak berada di sana Aku tidak bisa mengetahui apa yang terjadi. Aku berusaha beranikan diri untuk menyetujui ajakan Bang Ashraf

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    dihibur

    Berapa menit berada di kamar mandi aku merasa sudah lebih baik. Hampir semua air mataku keluarkan hingga saat aku keluar aku sudah merasa lebih enteng. “Sudah lega?” Ternyata Bang Ashraf menungguku di luar kamar mandi. Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya tanpa mengeluarkan suara apa-apa.Kami menuju ke ruangan kerja Bang Ashraf. Dia mengambilkan aku air lalu memberikan tisu.“Kalau masih ada sisa air mata dikeluarkan saja biar nggak jadi penyakit. Aku yang ada di sana aja udah bisa membayangkan gimana sedihnya kamu menyaksikan pernikahan suamimu sendiri. Masih mau dipertahankan?”Aku masih belum bisa menjawab apa-apa dan tentu saja hanya bisa merata sampai mengusap kembali sisa-sisa air mata dengan tisu yang diberikan oleh Bang Asraf."Kalau seandainya kamu merasa rumah tanggamu nggak baik-baik saja lebih baik sudahi ini dengan baik-baik juga. K kebahagiaan bukan bisa didapatkan dari suamimu saja dan masih banyak kesempatan di luar sana untuk bisa membuatmu lebih bahagia b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Akan datang

    Rintik-rintik hujan seakan menjadi tanda bahwa alam pun bersedih atas hal yang terjadi di dalam hidupku. Aku juga tidak tahu mengapa semuanya jadi serumit ini padahal tadinya aku sudah berusaha untuk ikhlas melepas Mas Ahmad sementara waktu. Aku dan Mas Ahmad sama-sama berjanji untuk memperbaiki semuanya tetapi malah pernikahan itu justru membuatku ragu karena di sana tidak ada yang terlihat merasa bersedih atau memikirkan perasaanku. Semua sibuk dengan pernikahan Minah yang mengharukan dan mereka tidak ada yang membahas tentang diriku sama sekali.Aku dan Bang Ashraf masih berada di gubuk yang ada di baturaden. Tempat wisata ini menjadi saksi kesedihanku yang mendalam dan hujan menjadi pertanda bahwa hatiku sedang kacau seperti layaknya rintik-rintik hujan yang menembus ke dalam tanah di bumi ini."Kayaknya kita nggak bisa pulang ke Cilacap kalau kondisinya seperti ini terus. Nggak mungkin juga kita nginap berdua di sini, kan?" tanya Bang Ashraf."Kenapa tidak mungkin? Di sini cuacan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Maaf Bang

    Setelah menelpon Bang Ashraf, aku jadi mempertimbangkan tentang baik buruknya jika berbohong. Akan ada hal besar dan kejadian besar jika sampai masalah seperti ini terungkap nantinya. Toh, Mas Ahmad tidak mungkin diajak kerjasama untuk berbohong juga. Diajak ke sini, jelas dia jadi akan tahu rumahku dan bisa bisa nanti membawa Ibu dan yang lain jadi datang. Mau tak mau, hanya Bang Hadi dan keluarganya yang akan aku ajak ke sini dulu.Pagi hari aku sudah bersiap untuk kuliah. Kali ini, semangatku tak pupus untuk meraih harapan. Ada Bang Ashraf yang berdiri di belakangku memberikan semangat. Ada juga cita cita membuat Mas Ahmad bisa melunasi hutangnya dan aku kembali pada suamiku. Mungkin ini akan terkesan menyakitkan Bang Ashraf jika sampai nanti aku tak bisa seperti yang dia inginkan, tapi setidaknya mengusahakan rumah tanggaku baik baik saja adalah niatku kini. Kuliah kali ini masih belum ada matkul serius. Masih pengenalan dan hanya pengenalan beberapa materi materi mata kuliah ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Semoga mengerti

    “Kenapa kamu nggak bilang dari awal, Nina? Kalau bilang dari awal kan kami bisa mengusahakan membantu. Abang abangmu yang lain akanmurka pada keluarga suamimu kalau tahu dia menjual suamimu demi melunasi hutang. Ini sudah benar benar keterlaluan,” ucap Bang Hadi terlihat murka. "Masalahnya rencana itu juga mereka sembunyikan dari Nina jauh-jauh hari. Nina sama sekali nggak tahu apa-apa dan Nina tahunya setelah Mas Ahmad dua hari nggak pulang dari rumah sakit untuk menemani wanita itu mau melahirkan. Awalnya kesal sekali karena mas Ahmad terlihat tidak menolak tetapi setelah melihat kondisi si wanita yang memang kritis karena mengidap penyakit kronis makanya Nina berusaha untuk ikhlas. Wanita itu mengidap kanker yang harus melakukan operasi saat hendak melahirkan dan bagaimana mungkin Nina berani untuk melabrak dia dan memaki dia di saat kondisinya juga antara hidup dan mati." Aku tahu ini adalah hal yang berat untuk keluargaku bisa menerima dengan mudah tetapi aku sudah menjelask

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Jangan sampai salah

    Aku tidak diperbolehkan untuk ikut Bang Hadi menemui mas Ahmad. Aku diminta untuk menunggu kabar selanjutnya setelah bang Hadi pergi dari sana. Hari ini pun aku meminta untuk libur terlebih dahulu tidak berangkat ke rumah sakit karena harus menemani kakak iparku di rumah. Rasanya tidak etis kalau jauh-jauh datang dari luar kota tetapi malah sama aku ditinggal kerja."Kamu kerja di mana memangnya, Nin?" Tanya Mbak Aminah."Di rumah sakit Medika, sebenarnya cuman jadi asisten dokter saja dan nggak kerja yang kayak dokter-dokter begitu. Kebetulan yang jadi dokter itu teman Nina saat masih di bangku SMA. Dia juga yang ngebantu Nina buat deketin beasiswa di universitas yang sekarang jadi tempat kuliah Nina," ucapku yang bercerita apa adanya kepada sang kakak ipar.Kakak iparku yang satu ini berbeda dengan iparku yang biasa tinggal di rumah mertuaku. Istri dari Abang ini sangat ramah dan penyayang sehingga aku pun dekat dengan beliau sejak baru menikah. Orangnya tidak pernah menyinggung per

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    yakin?

    Bang Ashraf datang ke rumah ini jam 16.00 sore karena dia tidak bisa meninggalkan pasien di rumah sakit. Bang Hadi pun memaklumi dan tidak bermasalah tentang hal itu karena memang seorang dokter tidak bisa sesuka hati untuk meninggalkan tempat bekerja. Datang dengan mengendarai mobilnya Bang Ashraf tiba sendirian di rumah ini. Dia tidak mengajak serta adiknya atau keluarganya yang lain karena memang Bang Hadi meminta untuk bertemu empat mata."Saya Hadi, abangnya Nina," ucap Bang Hadi memperkenalkan diri."Ashraf."Aku hendak menyajikan minuman untuk Bang Ashraf dan juga bang Hadi yang sudah duduk di ruang tamu. Mbak Aminah tidak ikut menguping dan memilih untuk membantuku menyediakan camilan di depan."Pantes kamu tidak keberatan dibantu sama dia, ganteng gitu orangnya," kekeh Mbak Aminah."Ganteng mah relatif, Mbak," jawabku.Tentu saja jika dibandingkan dengan mas Ahmad kalah jauh tetapi dulu juga Mas Ahmad sangat ganteng saat masih bujangan. Sekarang saja karena sudah menikah den

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    pulang

    "Yakin?" tanya Bang Hadi.“Iya, Bang. Misal Abang khawatir saya akan meminta kembali, boleh kita lakukan perjanjian di atas materai. Saya sangat bersalah pada Nina lantaran dulu tak memperjuangkan dia mendapatkan restu keluarga saya. Jadinya, dengan apa yang saya lakukan kini, saya harap hidup saya akan lebih baik dan tertata. Setelah selama ini dibayang bayangi penyesalan tentunya, dengan begini saya merasa lebih baik. Sungguh, saya ikhlas. Bahkan, jika rumah ini menjadi milik Nina pun saya ikhlas. Saya tak pamrih asal dia selalu bahagia,” ucap Bang Ashraf membuatku benar benar terharu. Bagaimana tidak, sebegitu ikhlasnya sampai Bang Ashraf rela dan mau untuk melakukan tanda tangan di atas materai.“Baguslah kalau begitu, kamu benar benar lelaki yang sangat baik. Saya akan membawa Nina pulang,, sementara ini dia nggak bisa lanjut kerja. Dia masih tanggung jawab saya dan untuk kuliahnya, semoga nanti kami ada biaya untuk memberikan keringanan agar Mas Asraf nggak begitu berharap. Say

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02

Bab terbaru

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status