Share

menenangkan

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-13 23:41:43

"Kamu yang sabar ya Nina. Cara Tuhan memang unik dan sepertinya ini yang terbaik untuk suamimu. Dia mungkin sangat mencintai kamu tetap tetapi terhalang oleh banyak hal dan tidak bisa menepati janjinya ditekan oleh keluarga ibunya dan juga mantan kekasihnya. Abang juga tidak habis pikir dengan keluargamu yang Justru malah tidak simpati dengan kematian Ahmad malah mengatakan hal yang buruk buruk. Makanya abang pulang sore karena mengantarnya peristirahatan terakhir."

"Tidak, Mas Ahmad," isakku.

Aku tidak menyangka bakalan seperti ini endingnya. Aku tidak menyangka jika Mas Ahmad meninggalkanku tanpa menemuiku terlebih dahulu. Dia benar-benar pergi selamanya dan tidak menepati janji untuk menjadikan aku satu-satunya dan pulang kembali ke rumahnya.

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan kematian Mas Ahmad. Abang-abang ku menceritakan kejadian saat di sana dan aku rasanya tidak kuasa mendengar semua pengakuan yang Mas Ahmad pesankan untukku lewat tetanggaku.

"Sudah beberapa kali dia me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
fly
author awal2 rajin update ,makin kesini malah let.semangat thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    positif?

    Pagi ini Aku diantar menuju ke pemakaman Mas Ahmad. Tentu saja dengan perasaan yang sangat-sangat berduka. Aku diantar oleh bang Cakra menggunakan mobil karena takutnya aku benar-benar tidak bisa tegak untukku berdiri di depan pemakamannya.Di depan makam yang masih basah ini, aku bersimpuh dan menangis meminta maaf. Semua terasa sangat menyakitkan endingnya Karena setelah pergi hanya kalimat cinta Yang aku dengarkan dari Mas Ahmad dan janji untuk menjemput yang belum terlaksana sampai sekarang. Hal yang tentunya membuat ku semakin merasa nelangsa, hingga akhirnya menangis tersedu-sedu bermenit-menit lamanya.Setelah membacakan Yasin aku pun menaburkan bunga dan menyiramkan air di atas pemakaman. Aku mengusap air mataku dan berulang kali dikuatkannya Abangku agar tetap bisa berdiri di atas kakiku sendiri."Mas, Maafkan istrimu ini yang belum bisa berbakti sepenuhnya. Hati ini tidak menerima atas pernikahan kedua yang masih lakukan meskipun itu berlandaskan sebuah pengorbanan keluar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Kehamilan ini menjadi sebuah kabar yang sekaligus menyedihkan karena tidak ada masalah di sisiku untuk selalu menemaniku dalam proses kehamilan ini. Setelah mengetahui aku hamil aku pun menghubungi bang Angga dan menanyakan jam berapa dia pulang."Bang," isakku.Aku nelangsa meskipun ini adalah kabar bahagia. Nelangsa Akan hamil tanpa suami dan telah pasti aku akan sendirian nantinya ketika melahirkan."Kenapa Dek? Kamu lagi di mana? Nggak jadi pulang ke rumah kah?" Bang Angga pasti khawatir karena aku menelponnya dalam keadaan menangis."Nina di rumah Bang, Abang pulang jam berapa?" Tanyaku."Ya udah di rumah saja, nanti … ah, ini Abang mau pulang langsung."Panggilan langsung diputuskan Padahal aku ingin menyampaikan sesuatu ini. Sepertinya memang harus berbicara di rumah saja dan aku pun tiduran di atas kasur karena mendadak kepala pusing dan juga badan seperti meriang.Suara motor bang Angga terdengar berhenti di halaman rumah. Aku yang memang merasa sakit kepala memutuskan untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bertemu di kampus

    Hari hari aku jalani kehamilan dengan penuh suka cita. KAdang abangku dan juga kakak ipar datang berkunjung, kadang juga kakak kakakku yang masih lajang yang datang hanya untuk sekedar bertanya tentang inginku. Seperti layaknya suami sendiri, Bang Angga juga tak pernah absen menanyakan apa inginku. Tiap pulang kerja selalu membawa kan jajanan pinggir jalan yang sangat enak di lidah. Meskipun aku tidak meminta tetapi Bang Angga selalu membawanya pulang dengan alasan agar aku tetap sehat dan anakku tidak ileran nanti ketika dilahirkan.Berbeda dengan wanita hamil pada umumnya aku Justru malah doyan makan dan tidak pernah pilih-pilih makanan. Semua yang tersaji selalu aku habiskan, alhasil sekarang tubuhku membengkak dan berat badanku naik 20 kilo. Jangan dibayangkan betapa besarnya diriku, Bahkan aku sampai kaget melihat diriku saat bercermin.Bang Angga mengintipku yang sedang bersiap untuk pergi ke dokter kandungan memeriksakan kehamilan ku. Dia tersenyum melihatku yang sedang membola

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Rasanya mantan

    "Hai, Nina. Apa kabarnya?'"Baik, alhamdulillah. Bang Ashraf sendiri bagaimana? Kok bisa ada di kampus ini? Sekarang mengajar lagi kah atau menggantikan tugas Fadil yang menjadi dosen di kampus ini?" Tanyaku penasaran.Aku mencoba untuk bersikap biasa agar tidak kentara bahwa selama ini aku pernah memendam cinta untuk lelaki yang terlihat sempurna itu. Aku mencoba untuk menjaga jarak tapi tidak mengurangi rasa hormat dan sungkanku kepadanya."Saya menjadi dosen undangan dari kampus yang sekarang kamu tinggali dan kemungkinan akan berlangsung selama 5 hari untuk pemilihan materi dosen yang hendak Abang presentasikan""Dosen undangan? Hanya 1 banding 1000 orang beruntung yang bisa mendapatkan undangan untuk menjadi dosen di kampus. Pasti orang-orang yang terpilih dan orang-orang hebat dan bisa menjadi contoh sebelum mahasiswa di kampus itu sendiri. Tapi kok nggak ajak Fadil untuk ikut menjadi dosen? Dia juga dosen cerdas Bang, dia selalu mengerjakan tugas atau mengerjakan pekerjaan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Sudah mati?

    Pov AshrafAku hendak pulang selepas mengajar materi penting di kampus Nina hari ini. Rasanya deg degan sekali saat aku baru sampai di kampus dan bertemu dengan dia yang sedang dalam keadaan hamil besar. Aku yakin dia pasti sekarang sudah bahagia karena pernikahannya sudah dikaruniai anak dan jadi tak ada lagi masalah dengan suaminya lantaran belum juga hamil saat itu.Aku pun mengajar dengan perasaan yang penuh dengan pikiran-pikiran yang entah apa isinya. Ada perasaan kecewa hancur, terluka, juga rasa sedih saat mengetahui dia sudah kembali dengan suaminya yang sudah selesai menzalimi adalah menjual dirinya sendiri kepada wanita lain. Sebenarnya aku ingin protes dengan cara Nina menerima suaminya dengan mudah untuk kembali tetapi aku pun bisa melakukan apa-apa selain pasrah saja. Toh, aku hanya mantan yang sudah menyakiti hatinya di masa lalu.Aku hendak pulang dengan menggunakan mobilku dan aku melihat dia yang dijemput oleh kakak laki-lakinya. Aku mengenal semua kakak lelaki Ni

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    saran

    POV AshrafMelihat keraguan pada wajah Bang Angga, Aku pun tidak menawarkan lagi. Aku tidak bisa memaksa karena memang aku harus sadar diri bahwa aku bukanlah siapa-siapa. Terlepas Kami adalah mantan kekasih Namun hubungan Nina dengan suaminya juga renggang karena ada keterlibatan orang ke tiga di dalam hubungan mereka dan aku salah satunya. Mungkin, aku juga tidak menganggap diriku seperti itu tapi nyatanya keluarga Nina seperti menutupi Nina dariku."Kamu bisa mengajak teman perempuanmu atau pelatih yoga perempuan untuk bisa membantu Nina untuk sehat. Kamu boleh menemani bersama temanmu itu Tapi tidak untuk kamu yang melatihnya karena aku masih cemas dengan psikisnya kalau dia dekat dengan lelaki lain.""Siap," jawabku mantap."Jaga dia, Aku hanya ingin adikku bahagia."Aku mengangguk dan tersenyum karena meskipun ini seperti sebuah larangan untuk mendekatinya tetapi ini juga sudah lebih baik daripada tidak bisa menemui sama sekali. Aku yang memang masih memiliki harapan untuk bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    sudah dewasa

    **POV Ashraf "Ya nanti abang yang antar ke sana. Jadi saat ini nggak bisa ya?" tanya Bang Angga."Bisa, santai aja."Aku hanya memperhatikan Nina yang sedang dibantu oleh Cinta di ruang tamu untuk melakukan olahraga dan senam hamil. Keduanya nampak menikmati bahkan langsung akrab di awal pertemuan. Ibunya Nina dan Bang Angga pun merasa senang karena akhirnya Nina pun bisa tertawa lepas."Mbak, ini kalau bolanya sampai jatuh ke glundung bahaya, kan?" tanya Nina."Bahaya lagi kalau dilempar ke wajahnya si Asraf," kekeh Cinta. Aku tersenyum saat di nistakan oleh sepupuku sendiri dan Aku pun merasa senang karena cinta bisa membawa diri untuk berbaur dengan Nina.1 jam lamanya keduanya melakukan olahraga dan akhirnya semuanya selesai. Nina terlihat berkeringat dan siapa meminum air putih dengan begitu banyak."Emangnya capek dek?" Tanya bang Angga pada Nina."Nggak banget capeknya tapi bener-bener ringan sih nggak pegel-pegel punggungnya," ucap Nina."Nanti diimbangi sama jalan-jalan pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    tak ada tanda tanda

    POV Ashraf"Ash, Hari ini aku ada pekerjaan sibuk di bengkel. Nina mengatakan kalau dia ingin pergi ke dokter hari ini. Apakah kamu bisa menemani dia?" Panggilan bang Angga pagi ini membuat aku yang sedang bersiap untuk pergi bekerja pun memilih untuk mengurungkan niat."Siap, sudah tahu mau berangkat jam berapa?" tanyaku yang memang sudah siap sejak tadi."Katanya sih jam 08.00, tapi apa harus pergi bekerja pukul jam 07.00. Apa kamu bisa menjemputnya? Abang benar-benar sibuk pagi ini dan tidak sempat sama sekali untuk mengantarnya ke rumah sakit.""Siap, Abang nggak usah khawatir. Ini Ashraf juga mau pergi ke rumah sakit.""Terima kasih atas bantuannya dan maaf Kalau merepotkan," ucap Bang Angga .Setelah mengetahui bahwa aku yang turut bertanggung jawab atas kesehatan Nina, keluarga Nina pun terlihat menyambutku dengan baik dan tidak pernah keberatan saat aku membantu kesehatan kehamilan Nina. Bang Angga sering menitipkan Nina untuk sekalian dibawa ke rumah sakit saat aku hendak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15

Bab terbaru

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status