Share

Permainan Dimulai

Author: May za
last update Last Updated: 2022-07-03 16:40:11

"Sudah puas istirahatnya?" Aku bertanya tanpa melihat wanita yang sedang berjalan menuju dapur.

"Bahkan aku tidak bisa memejamkan mata." Wanita yang paling ku benci itu duduk didepanku. Memperhatikanku yang sedang menyuapkan strawbery kedalam mulut, sambil memainkan gawaiku.

"Ana!"

"Hmmmm," aku masih terus fokus dengan gawaiku, tak sedikitpun ingin melirik Sarah.

"Kenapa kamu tidak mengatakan pada Mas Rian kalau kamu mengenalku?"

"Apa kamu ingin sendirian melahirkan bayimu yang entah siapa Ayahnya?" Kulirik sekilas wajahnya berubah pucat, namun sedetik kemudian Sarah berusaha menormalkan kembali ekspresinya.

"Maksudmu apa?"

"Ckkk," aku berdecak sebal "kamu bisa membodohi semua orang, tapi tidak denganku," tak ingin berlama-lama berhadapan dengan wanita beracun aku segera bangkit ingin melihat Mas Rian apakah sudah bangun atau belum, tidak etis rasanya jika Mas Rian tau sekarang.

"Sudah bangun Mas?" Begitu masuk kamar aku mendapati Mas Rian keluar dari kamar mandi sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

"Sudah sayang," hening tak ada obrolan lagi, canggung itulah yang kurasa.

"Ana, apakah kamu benar-benar tidak bisa menerima Sarah?" Mas Rian kembali membuka suara memecah keheningan, ia duduk ditepi ranjang disebelahku.

"Tanyakan pada Ibumu, waktu dulu Ayahmu membawa Tante Dela kerumah bagaimana perasaannya?"

Ayah mertuaku juga dulu membawa madu kerumah, namun berbeda denganku yang ingin membalas secara elegan, Mama mertuaku justru langsung mengusir suami dan istri barunya.

Entah apa alasannya aku juga tidak begitu paham, aku hanya beberapa kali bertemu dengan Ayah mertuaku.

Tok tok tok!

Terdengar suara pintu kamar diketuk dari luar.

"Siapa?" Tadinya ingin langsung menyuruh masuk, tapi aku tak sudi jika perempuan liar itu yang datang dan menginjakan kaki dikamarku.

"Bibi non,"

"Masuk Bi!"

"Bu Fatma sudah kembali non," Bi Nani memberitahukan bahwa Mama mertuaku sudah pulang dari liburannya, setelahnya ia kembali menutup pintu setelah aku mengatakan akan menemuinya.

Aku memang melarang siapapun naik kelantai atas selain Mas Rian dan Bi Nani.

Semenjak bercerai dari suaminya Mama mertuaku lebih memilih tinggal bersamaku, kesepian alasannya, rumah yang dulu ia jual dan entah kemana uangnya.

"Sarah makan yang banyak biar bayinya sehat." Sayup-sayup kudengar suara Mama mertua,

aku lihat Sarah hanya tersenyum dan menganggukan kepala.

"Mama sudah pulang?" Mas Rian menyapa Mamanya sedangkan aku hanya mengekor dibelakang tak ada niatan sama sekali untuk menyapa.

Hilang sudah rasa hormatku setelah tau bahwa mertuaku yang meminta Mas Rian untuk menikah lagi.

"Mama kangen sama Sarah, apalagi sekarang Sarah tinggal bareng kita, Mama jadi ada teman buat ngobrol, tidak seperti Ana yang selalu sibuk dikamar, tidak pernah mau menemani Mama." Matanya sinis menatap kearahku.

Aku tidak peduli, semenjak aku mengaku mandul, perlakuan Ibunya Mas Rian semakin buruk terhadapku, sering mengataiku, biarkan saja suatu saat kebenaran juga akan terungkap.

"Rian lihatlah Mama punya oleh-oleh untuk menantu Mama yang cantik." Mertuaku mengeluarkan sebuah liontin dari dalam tasnya.

Ku amati liontin itu, sekilas tidak ada yang berbeda dari aslinya, namun aku paham itu kw, ketika dijual lagi tidak akan laku.

"Wah cantik banget, terimakasih Ma." Sarah seperti terpesona dengan perlakuan mertua.

"Hadiah untukmu karena sudah bersedia mengandung cucuku." Lagi-lagi ibu mertuaku melirik sinis kearahku.

"Tidak salah Mama menikahkan Rian denganmu, tidak butuh waktu lama kamu sudah hamil, wanita subur memang berbeda dengan wanita mandul." Entah apa yang ada diotak mertuaku, hidup numpang denganku tapi selalu menghinaku, baiklah sabar dulu.

"Mas kamu mau makan apa? kamu pasti laper kan, aku masakin ya?" Ku abaikan drama didepanku, pura-pura jadi istri yang baik untuk suamiku.

"Apa aja sayang."

"Duduklah Mas, setengah jam lagi siap." Kemudian aku berlalu kedapur meninggalkan mereka yang sedang menjalankan perannya masing-masing.

Setengah jam kemudian menu yang kumasak sudah siap, hanya masak untuk dua porsi jadi tidak butuh waktu lama, kupanggil Mas Rian untuk duduk diruang makan, tanpa disuruh Ibu dan Sarah juga ikut mengekor dibelakang Mas Rian.

Aku melayani suamiku dengan cekatan, mengambilkan nasi, kemudian menuang sop bakso dan ayam goreng, juga sedikit sambal tomat kesukaan Mas Rian,

tak lupa aku juga mengambil untuk diriku sendiri.

"Menantu tak tau diri sudah untung Rian tidak menceraikanmu, dibaiki malah nglunjak!" Ibu dari suamiku marah-marah ketika mendapati sop dimangkok sudah habis tak bersisa, padahal ditangannya sudah ada nasi.

Sedangkan Sarah masih memperhatikan, dia belum berani mengambil nasi.

"Jika mama tidak menyukaiku, mama boleh meminta Mas Rian untuk menceraikanku, aku tunggu surat gugatan cerainya beserta surat pengunduran diri." Aku berkata tanpa melihat muka bumer, kemudian menyuap nasi kedalam mulut, napsu makanku tak terganggu sama sekali.

"Sarah digudang ada kulkas nganggur, kamu bisa mengisi sesuai kebutuhanmu, minta Pak Min membantu membawa kedalam kamarmu, aku tidak mau dapurku berantakan karena ada perabot yang tak berguna." Muka Sarah memerah menahan marah, biarkan saja, aku nyonya dirumah ini, apapun harus sesuai dengan keinginanku.

"Maksudmu apa, disini sudah ada kulkas, Sarah bisa menggunakan itu!" Mama mertua juga tak terima dengan perlakuanku terhadap Sarah.

"Itu milikku."

Selesai makan aku meminta Bi Nani membereskan sisanya, kulihat piring Mas Rian masih tersisa setengahnya, mungkin ia tak berselera makan karena Ibunya tak ikut makan bersama.

πŸ’πŸ’πŸ’

"Mama mau kemana?" Tanyaku saat melihat Bu Fatma naik tangga.

"Kekamarlah, cape liat muka kamu!"

"Kamar Mama sekarang berada didekat kamar menantu kesayangan Mama dilantai bawah."

Aku yang sedari tadi rebahan sofa depan tivi kini merubah posisi menjadi duduk.

"Sejak kapan?"

"Sejak wanita tak tau diri itu datang."

mertuaku urungkan niatnya menaiki tangga, ia balik badan menuruni kembali tangga yang baru dinaiki dua tingkat.

"Menantu kurang ajar." Mama berlalu sambil memakiku.

πŸ’πŸ’πŸ’

Pagi ini masih seperti biasa, aku membuatkan sarapan nasi goreng sosis kesukaan Mas Rian.

Apapun yang aku masak akan selalu menjadi makanan kesukaannya, seperti biasa aku hanya memasak dua porsi, dan sejak kemarin Sarah hanya memesan makanan via online.

Saat mengantar Mas Rian berangkat kerja Sarah juga ikut mengantar, namun Mas Rian hanya mengulurkan tangan setelah itu ia berlalu masuk kedalam mobil.

Berbeda saat berpamitan denganku, ia mencium keningku begitu lama.

Aku begitu bahagia melihat mukanya yang menyiratkan kecemburuan, tak kupedulikan Sarah yang melihatku seperti musuh "jangan lupa bersihkan lantai bawah!" Aku berkata santai sambil berlenggang berlalu masuk kedalam rumah setelah mobil Mas Rian tak lagi terlihat.

"Sarah bukan pembantu, jangan seenaknya kamu memerintah!" Mama menghardiku sepertinya ia mendengar perintahku terhadap Sarah, menantu kesayangannya.

"Aku tidak memerintah, hanya mengajarkan caranya menjadi istri yang baik."

Related chapters

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β bab 3

    SATU PER SATUπŸ’πŸ’πŸ’Sepekan sudah Sarah numpang tidur ditempatku, selama itu juga aku tidak pernah memberi kehidupan yang nyaman untuk dirinya.Bahkan aku tidak pernah membiarkan Mas Rian menemani malamnya."Pergilah Mas, jangan pernah kembali kekamar ini lagi!" Mas Rian mengurungkan niatnya membuka pintu, sementara aku menarik selimut menutupi tubuhku berbaring membelakangi Mas Rian yang kembali duduk ditepi ranjang."Sayang," aku tau Mas Rian sangat tersiksa sepekan terakhir ini.Aku tidak pernah membiarkan Mas Rian menyentuhku, namun juga tidak memberi kesempatan untuknya merajut seteguk madu bersama racunnya.Kejam! iya, memang itu rencanaku, mereka harus merasakan apa itu sakit.πŸ’πŸ’πŸ’"Dek," Mas Rian menghampiriku yang sedang berada ditaman belakang.Seperti ada hal penting yang ingin dia sampaikan, terlihat dari raut mukanya yang tidak bersahabat."Ada apa?" Aku duduk di kursi taman, Mas Rian mengikuti duduk disampingku terhalang meja."Ada apa?" Ku ulangi pertanyaan saat Mas

    Last Updated : 2022-07-08
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β bab 4

    DIJEBAK PELAKORπŸ’πŸ’πŸ’RIANπŸ’πŸ’πŸ’Malam itu hujan gerimis, setelah mengerjakan semua pekerjaan kantor diri ini berniat langsung pulang, bertemu istri tercinta yang pasti sedang gelisah menungguku.Namun saat diri ini hendak membuka pintu mobil, terdengar gawaiku berdering, aku lihat ternyata Mama menelpon,[Rian, Mama tunggu kamu di kafe xxx, sekarang!] tanpa basa-basi Mama memintaku menyusul kekafe yang telah ditentukan."Rian baru keluar kantor Ma,, mau pulang dulu sekalian ajak Ana."[Tidak perlu, cukup kamu sendiri saja, dan jangan pulang dulu, kelamaan!]Dari sinilah awal kehancuran hubunganku dengan Ana, istri cantikku.Ternyata Mama ingin mengenalkanku dengan seorang wanita anak teman Mama.Setelah sedikit basa-basi Mama meninggalkanku berdua dengan Sarah.Entah bagaimana ceritanya saat aku bangun aku sudah tidak mengenakan sehelai benangpun, apakah Sarah menjebakku bahkan aku tidak ingat apapun yang terjadi.Aku lihat perempuan itu menangis diujung ranjang, menutup tubuhnya d

    Last Updated : 2022-07-12
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 5

    BUNDAKU SEGALAKUπŸ’πŸ’πŸ’DianaπŸ’πŸ’πŸ’Saat hendak mengambil air minum tanpa sengaja aku mendengar perbincangan antara Sarah dan juga Mas Rian, jiwa kepoku meronta- ronta, ada hal menarik yang sayang jika harus dilewatkan.Aku urungkan niat untuk mengambil minum, melihat dari jarak aman, namun masih bisa mencuri dengar apa yang sedang mereka bicarakan.Kekecewaanku terhadap Mas Rian sedikit memudar setelah tau perkara yang sebenarnya. Bahkan aku sempat berfikir Mas Rian dijebak sarah sehingga terpaksa menikahinya.Sepertinya Sarah hendak berlalu aku gegas pergi menuju kulkas agar tidak ketahuan sedang menguping."Sayang," Mas Rian menghampiriku yang sedang duduk di kursi dekat dapur."Hmmm," meskipun aku tau aku masih jadi ratu dihati Mas Rian, namun tidak bisa aku pungkiri, aku cemburu saat melihat dirinya bersama perempuan lain.Jujur saja aku masih begitu mencintai lelaki yang lima tahun lalu mengucap janji suci didepan Ayahku, namun juga kecewa karena tidak pernah berterus terang pe

    Last Updated : 2022-07-13
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 6

    TENTANG AYAHπŸ’πŸ’πŸ’Banyak sekali yang ingin aku tanyakan pada Bunda, terutama darimana beliau mengetahui semua yang terjadi.Aku paham betul siapa Bundaku, dirinya pasti tidak akan pernah memaafkan sebuah pengkhianatan, tapi sekarang justru Bunda bersikap sangat tenang didepan menantu dan besannya.Mungkinkah Bunda juga tahu jika Mas Rian hanya dijebak Sarah.Nanti aku tanyakan, sebaiknya aku memberi makan cacing yang sedang berdisko ria didalam perutku."Bunda masak?" tanyaku pada Bunda yang masih setia menungguku beranjak dari zona nyaman."Tidak sayang, Bunda tadi pesan via online, mau makan sekarang? nanti Bunda panaskan lagi.""Boleh Bund."Aku segera beranjak kekamar mandi sekedar mencuci muka agar terlihat lebih segar, sedangkan bunda berlalu menuju dapur.πŸ’πŸ’πŸ’"Bund," panggilku pada Bunda yang sedang asyik dengan gawainya.Saat ini kami sedang berada di ruang tengah, memilih santai sejenak sebelum melanjutkan petualangan mencari kesenangan."Ada apa sayang?" tanyanya, ia me

    Last Updated : 2022-08-26
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β bab 7

    HASUTAN MAMA FATMAπŸ’πŸ’πŸ’"Rian telpon,"Bunda berkata sambil mengoles bibir dengan pewarna khusus, tanpa menoleh kearahku."Apa ada hal penting?"Aku duduk ditepi ranjang menunggu Bunda selesai merias diri."Tidak, hanya menanyakan kita sedang ada dimana, mungkin dia merindukanmu," kata Bunda sambil terkekeh, Bunda bukan hanya sekedar sosok Ibu bagiku, bersamanya juga terkadang berasa seperti bersama sahabat."Sini Bunda bantu make over." Bunda mendekat kearahku, menarik tanganku untuk duduk dimeja rias."Tidak usah, Ana bisa sendiri," Tolakku, jika Bunda yang beraksi sudah pasti penampilanku seperti ondel-ondel.Aku tidak suka make up berlebihan, aku lebih suka yang sederhana dengan polesan sedikit bedak juga lipe ice agar tidak terlihat pucat.Berbeda dengan Bunda yang masih suka memakai segala jenis make up, katanya supaya ayah betah memandang.Padahal apapun keadaan Bunda akan selalu terlihat cantik dimata Ayah."Mau kemana?" Bunda bertanya saat aku sudah selesai dengan ritualku.

    Last Updated : 2022-08-27
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 8

    "Hanya sedang memastikan sesuatu". Kata Rian sambil terus berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya."Maksud kamu apa Ri?" Tanya Mama berteriak karena Rian sudah hampir sampai diujung tangga.Bahkan Rian bersikap pura-pura tidak mendengarnya, ia meneruskan langkahnya membuka pintu kamar dan merebahkan diri diranjang yang menjadi saksi bisu cintanya denga Ana.πŸ’πŸ’πŸ’"Sarah, kamu lakukan sesuatu dong biar Rian mau tidur denganmu!" Perintah Fatma kepada menantunya.Fatma merasa Rian sangat dikuasai oleh Ana, dan dirinya tidak bisa terima."Aku juga tidak tahu harus melakukan apa ma, aku sudah pernah menggodanya bahkan sampai memintanya secara terang-terangan, tapi Mas Rian tetap menolakku.""Bagaimana bisa seperti itu, ini tidak bisa dibiarkan, mama harus bertindak!" Setelah mengatakan itu Fatma gegas menyusul Rian kekamarnya.Tok tok tok.Fatma mengetuk pintu kamar Rian dengan keras, namun beberapa kali ketukan tidak juga dibuka."Siapa yang mengijinkan Mama menaiki lantai atas?" An

    Last Updated : 2022-08-29
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 9

    RENCANA SARAHπŸ’πŸ’πŸ’"Ma-Mama tahu?" Tergagap aku bertanya kepada wanita yang melahirkanku.Susah payah aku menyembunyikan kehamilanku, bahkan aku berniat menggugurkan kandunganku jika tidak menemukan orang yang mau mengakui anakku.Jujur saja aku sendiri bahkan tidak tahu benih siapa yang tumbuh dirahimku."ckkk," Mama berdecak, "Memangnya apa yang bisa kamu sembunyikan dari Mama?"Benar kata Mama, apapun yang aku lakukan Mama selalu mengetahuinya.Yang aku heran kenapa Mama tidak marah mengetahui kelakuanku yang diluar nalar, ah aku lupa, aku dan Mama kan memang satu frekuensi."Sudah jangan dibahas!" kata Mama lagi sebelum aku menimpali kata-kata Mama. "Tugas kamu hanya melakukan rencana Mama."'Rencana? ah pasti rencana licik lagi,' aku bermonolog dalam hati.Kan memang hanya menipu orang keahlian Mama yang menurun padaku."Apa yang harus aku lakukan?" Terlihat Mama tersenyum licik.πŸ’πŸ’πŸ’Aku memang berhasil menjebak Mas Rian hingga dirinya mau menikahiku, tapi sayang perusahaan

    Last Updated : 2022-08-31
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 10

    KEBODOHAN SARAHπŸ’πŸ’πŸ’POV DIANAπŸ’πŸ’πŸ’"Ada ap........ A-Ana?" mengapa Sarah seterkejut itu melihatku berada didepan kamarnya, dia pikir aku hantu."Hay, sedang sibuk?" Tanyaku santai, tanpa permisi aku masuk kedalam kamar yang Sarah tempati."Kenapa kamu main masuk, tanpa permisi?" tanyanya ketus, aku sih tidak peduli. Apapun yang dia katakan dan juga rasakan, aku sudah hilang respect.Dulu aku begitu peduli dengannya, Apapun yang aku miliki sarah pasti menginginkan juga, jadi setiap aku membeli sesuatu aku membeli dua, untukku dan dirinya, aku kira itu cukup untuk menjadikannya sahabat baik, ternyata aku tertipu, Sarah menginginkan milikku yang lain juga yang tidak bisa dibeli ditoko apapun. Sarah berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, entah apa pekerjaan Ibunya, sedangkan Ayahnya dari lahir dia tidak pernah tau keberadaannya, atau mungkin memang nasibnya sama seperti bayi yang dia kandung, entah siapa Ayahnya.Harusnya Sarah bisa belajar dari kesalahan yang Ibunya lakukan,

    Last Updated : 2022-09-01

Latest chapter

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 19

    "Brengsek kamu!" Teriak seorang wanita, aku yang hendak bangkit mengurungkan niatnya. Kembali duduk dan melihat, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Ma-maya?" Lelaki itu tergagap menyebut nama wanita yang baru saja datang dengan sejuta kemarahan yang siap ia luapkan."Kenapa? Kaget?" Wanita itu tersenyum sinis dengan seringai diwajahnya. "Kamu memang tidak pantas membersamaiku." Lanjutnya lagi."May maafkan aku, aku janji tidak akan mengulanginya lagi, aku dijebak may, percayalah perempuan licik ini yang menggodaku."Elak lelaki yang tidak aku tahu namanya."Mas!" Teriak Sarah tidak terima. "Bukannya kamu janji akan menikahiku setelah berhasil menguasai harta wanita tua itu." Sarah menunjukan jarinya kearah perempuan bernama Maya.Sepertinya pertunjukkan semakin menarik, dan sarah juga belum menyadari keberadaanku."Jaga ucapanmu perempuan murahan!" Kata Maya sambil melirik kearah perut Sarah. "Mungkin kamu bisa dengan mudah menipu pria bodoh ini, tapi tidak denganku.""Ma

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 18

    KESIALAN SARAHπŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹Saat beralih dari buku menu menghadap pintu masuk, aku melihat sosok yang sangat aku kenal sedang menggandeng pria dengan mesra."sarah!" Teriakku dalam hati, kalau teriak beneran bisa disangka orang gila, dan juga bisa menyebabkan target buronan kabur.Jiwa kepoku meronta-ronta ingin segera dituntaskan, tentang bagaimana sarah bisa kabur padahal aku sudah meminta Pak Roni untuk berjaga dengan siaga.Pasti ada yang tidak beres dengan kelakuannya."Liatin apa sih?" Bunda mengagetkanku. Tiba-tiba saja sudah ada didepanku mengikuti arah pandanganku."Owh sahabat laknat?" Tanya Bunda lagi sebelum aku menjawab pertanyaan sebelumnya. Sebenarnya ini bukan pertanyaan lebih tepatnya pernyataan."Tidak usah heran dia memang seperti itu abaikan saja." Bunda berkata lagi setelah tidak ada jawaban terdengar dari bibirku.Apa tadi Bunda bilang, dia memang seperti itu? Artinya Bunda tahu kelakuan sarah yang sebenarnya? Atau Bahkan tahu lebih banyak dari sekedar yang aku tahu..

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 17

    "Apa!"Aku dan Alea berteriak bersama, dan Pak Arfa yang katanya manager jangan ditanya, mengangkat kepala saja tidak berani.Bagaimana bisa aku yang notabene anak Bunda Lisa tidak tahu jika butik ini milik Bundaku.Kemana saja aku selama ini? Bahkan masuk butik ini saja baru pertama kali, aku memiliki butik langgananku sendiri yang memang milik Bunda juga. Tapi tentang butik ini aku sama sekali tidak mengetahuinya.Bahkan saat opening saja aku tidak diundang, benar-benar Bunda durhaka sama anak."Biasa aja kali beb," kata Bundaku santai. Apa katanya tadi, biasa? Bagaimana bisa aku bersikap biasa dengan keterkejutan ini, seberapa banyak aset yang Bunda miliki, apakah ini butik terakhir yang tidak aku ketahui setelah beberapa waktu lalu restoran tempat aku dipermalukan karena lupa bawa dompet saat makan bersama teman-teman ternyata juga milik Bundaku dan parahnya awalnya aku juga tidak mengetahui jika restoran itu milik Bunda.Yang aku tahu Ayah hanya seorang pengusaha tekstil tempat

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 16

    "Mba Aku mau gaun itu!" Kata seorang wanita dimeja kasir ketika melihat gaun yang akan aku beli belum dimasukan papperbag.Enak saja katanya, mau ini. Padahal aku dulu yang menginginkannya."Maaf Nona tapi baju ini milik Nona yang ada dibelakang anda," kata pelayan itu ramah, yang aku tau dari nametagnya bernama Rina, sambil menunjuk kearahku."Tapi aku menginginkannya." Kata perempuan yang aku belum tau wajahnya seperti apa, karena meskipun mbak pelayan sudah memberitahu itu milikku yang ada dibelakangnya, perempuan itu tetap tidak mau menengok kebelakang."Sekali lagi mohon maaf nona, tapi ini memang sudah dibeli, Nona bisa memilih model dan warna lain." Mbak pelayan masih bersikap ramah dan mencoba sabar menghadapi pembeli tak ada akhlak model perempuan begitu.Mau tidak mau akhirnya perempuan itu menghadap kearahku, kemudian tersenyum sinis."Dia tidak akan pernah bisa membayar, lihat saja penampilannya." Katanya sambil memandang remeh kearahku.Aku yang memakai kacamata hitam mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 15

    "Kalian mau kemana?" Begitu sampai diujung tangga paling bawah, Lagi-lagi Mama mengganggu momen romantisku."Mengantar Ana kedepan." Jawab Mas Rian singkat.Kami berjalan beriringan menuju pintu."Mengantar!" Tanya Mama namun dengan suara yang sedikit keras, lebih seperti bentakan, ah entahlah, bertanya tapi dengan sebuah penekanan.Kami menghentikan langkah yang memang belum benar-benar keluar pintu."Iya ma, Ana akan pergi," Mas Rian menjawab.Biarkan saja Mama menjadi urusan Mas Rian aku malas meladeninya."Sendiri? Benar-benar istri urakan, malam-malam keluyuran sendiri padahal ada suami, dan suami hanya mengantar sampai depan, kasihan sekali kamu Rian dapat istri tidak punya moral." Panjang lebar Mama memberi ceramah, lebih tepatnya cacian."Sudah selesai ma? Tanyaku, "bukankah itu baik jika Ana pergi sendiri, artinya Mas Rian ada dirumah tanpa aku, dan Mama bisa melaksanakan aksinya untuk mendekatkan Mas Rian dengan Sarah?" Aku berkata dengan pelan."Bagus lah jika kamu sadar di

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 14

    RASA YANG SAMAπŸ’πŸ’πŸ’"Ma, itu punya Ana!" Teriak Mas Rian, Baru kali ini aku melihat Mas Rian berani berkata dengan menaikan nada beberapa oktaf, biasanya dirinya akan berbicara dengan lembut."Ka-kamu berani membentak Mama?" Mama juga sepertinya shok mendengar perkataan Mas Rian.Sebenarnya ini belum bisa dibilang membentak.Hanya karena Mas Rian selalu berbicara lembut setiap harinya, sekalinya berkata sedikit keras sudah terasa seperti membentak."Maaf Ma, bukan maksud Rian membentak Mama," Raut bersalah jelas terlihat diwajah Mas Rian."Memang wanita mandul itu bukan wanita baik-baik, membawa pengaruh buruk sama kamu!" Mama menatap kearahku.Selalu seperti itu, apapun yang terjadi aku selalu menjadi kambing hitamnya.Tidak pernah sekalipun wanita itu menghargaiku, aku memang tidak pernah peduli akan hal itu, dulu aku hanya ingin berbakti, tapi sekarang? entahlah, apakah aku masih kuat bersandiwara atau tidak.Terlalu sakit jika terus mendapat hinaan seperti ini, ingin rasanya mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 13

    POV DIANAπŸ’πŸ’πŸ’SUAMI IDAMANπŸ’πŸ’πŸ’"Bibi!" Teriakku, betapa terkejutnya aku begitu keluar kamar melihat Bi Nani sedang berguling ditangga.Aku berlari kearah Bi Nani, beruntung Bi Nani masih berada ditangga bagian bawah sehingga lukanya tidak terlalu serius."Bi, apa yang sakit?" Tanyaku, aku memeriksa seluruh tubuh Bi Nani."Bibi tidak apa-apa non, hanya kakinya yang terkilir," aku sedikit lega mendengar penuturan Bi Nani.Jika terjadi apa-apa dengannya, aku tidak bisa memaafkan Mama mertuaku."Kita ke Dokter Bi!" Aku tidak bisa diam saja melihat keadaan Bi Nani yang untuk berdiri saja merasa kesakitan."Tidak perlu Non, nanti diurut juga baikan."Bi Nani memang tidak pernah mau merepotkan siapapun, termasuk aku."Tidak! pokoknya Bibi harus ke Dokter! Ini perintah, tidak menerima penolakan!" Tegasku.Aku memapah Bibi menuju mobil, sebelum benar-benar keluar aku memandang Mama dengan tajam "Jika terjadi apa-apa dengan Bi Nani, Mama harus tanggung jawab."Mama tidak bergeming, masih m

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 12

    POV AUTHORπŸ’πŸ’πŸ’BUAH SIMALAKAMAπŸ’πŸ’πŸ’"Sarah mau kemana?" Ana sedang duduk diruang televisi, mendapati Sarah sudah berpakaian rapih."Bukan urusanmu!" Ketus Sarah."Aku tanya mau kemana?" Tanya Ana lagi dengan santai kaki disilangkan duduk dengan anggun bak seorang nyonya besar."Sudah aku bilang bukan urusanmu!"Sarah tidak terima ketika Ana ikut campur urusan pribadinya.Sarah berlalu meninggalkan Ana yang masih duduk santai disofa empuknya.Namun bukan Ana namanya jika membiarkan mangsa lari begitu saja."Pak jangan biarkan siapapun keluar dari rumah ini tanpa ijinku!" Ana menelpon security yang bertugas menjaga rumah Ana.Dengan patuh Pak Dirman yang mendapat sift jaga siang segera mengunci pintu gerbang."Pak Dirman buka gerbangnya saya mau keluar!" Teriak Sarah.Pak Dirman menulikan telinga, seolah-olah tidak mendengar apapun.Semua pekerja berada dipihak Bos mereka, sekalipun kepada Fatma yang notabene mertua dari Nona mereka, nyatanya tetap mereka tidak ingin patuh."Pak tu

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 11

    TENTANG DENDAMπŸ’πŸ’πŸ’"Bukannya kamu yang mandul, jangan memutar balikan fakta!" hebat secepat itu bisa menguasai keadaan."Faktanya akan kamu lihat, jika kamu sudah lelah dengan rencanamu yang tidak akan ada hasilnya."Aku berdiri dari dudukku, berjalan menuju pintu keluar."Ingat, jangan katakan kepada siapapun tentang keadaan Mas Rian jika masih ingin diberi nafkah."Aku berkaa lagi sebelum benar- benar keluar pintu."Apa yang kamu lakukan dikamar sarah?" Saat baru menutup pintu kamar yang ditempati Sarah, Mama keluar dari Singgasana ternyamannya."Sejak kapan kamar itu menjadi kamar sarah? aku hanya meminjamkannya, tidak memberikan, jadi kapanpun aku mau aku bisa mengambilnya kembali."Salahkah aku jika berani melawan kata-kata mertua."Ana, Mama butuh uang!" Katanya dengan nada sombongnya, memangnya aku peduli dengan apa yang Mama butuhkan.Dulu aku pasti akan menjawab 'berapa?' sekarang, masa bodo."Terus? Apa peduliku?" Kataku dengan santai sambil berlalu menuju lemari pendingi

DMCA.com Protection Status