Share

Bab 5

Penulis: May za
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 11:12:52

BUNDAKU SEGALAKU

πŸ’πŸ’πŸ’

Diana

πŸ’πŸ’πŸ’

Saat hendak mengambil air minum tanpa sengaja aku mendengar perbincangan antara Sarah dan juga Mas Rian, jiwa kepoku meronta- ronta, ada hal menarik yang sayang jika harus dilewatkan.

Aku urungkan niat untuk mengambil minum, melihat dari jarak aman, namun masih bisa mencuri dengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Kekecewaanku terhadap Mas Rian sedikit memudar setelah tau perkara yang sebenarnya.

Bahkan aku sempat berfikir Mas Rian dijebak sarah sehingga terpaksa menikahinya.

Sepertinya Sarah hendak berlalu aku gegas pergi menuju kulkas agar tidak ketahuan sedang menguping.

"Sayang," Mas Rian menghampiriku yang sedang duduk di kursi dekat dapur.

"Hmmm," meskipun aku tau aku masih jadi ratu dihati Mas Rian, namun tidak bisa aku pungkiri, aku cemburu saat melihat dirinya bersama perempuan lain.

Jujur saja aku masih begitu mencintai lelaki yang lima tahun lalu mengucap janji suci didepan Ayahku, namun juga kecewa karena tidak pernah berterus terang perihal Sarah.

"Ada apa Mas?" Aku bertanya karena tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Mas Rian.

"Non ada nyonya didepan," saat Mas Rian hendak membuka mulutnya tetiba bi Nani memberi tahu jika aku kedatangan tamu.

"Terimakasih bi, aku segera kedepan," bi Nani hanya menganggukan kepala, Mas Rian mengekor dibelakangku.

"Bunda!" Teriakku saat sudah melihat sosok perempuan sedang duduk dengan anggunnya disofa ruang tamu.

"Hay baby how are you?" Bunda memelukku mencium pipi kiri dan kananku serta seluruh wajahku.

Ada rindu disetiap sorot matanya, sudah lebih dari tiga purnama kami tidak berjumpa.

Bunda baru pulang dari Negeri Sakura, honeymoon katanya.

Ayah memang selalu memanjakan Bundaku, apapun keinginannya selalu Ayah turuti, Bunda benar- benar menjadi wanita paling beruntung diseluruh alam semesta.

Dulu aku juga merasa seberuntung Bunda, memiliki suami seperti Mas Rian yang memperlakukan aku bagaikan ratu, tidak pernah berkata kasar, sangat romantis dan juga setia, ya setidaknya dulu aku mengira begitu.

"Seperti yang Bunda lihat," aku masih memeluk erat Bundaku seperti takut jika harus ditinggal lagi.

Entahlah saat ini aku hanya merasa nyaman dalam pelukan Bunda.

"Rian apa kabar?" Bundaku mengalihkan pandangannya kepada Rian.

"Baik Bun, Bunda sendiri apa kabar? bagaimana bulan madunya?" Mas Rian memang tidak pernah canggung jika berbicara kepada Bunda.

Bunda juga sangat menyayangi Mas Rian seperti anaknya sendiri, tidak pernah membedakan antara anak dan menantu.

"Bunda juga baik, bulan madunya berjalan lancar donk, ehh kalian kapan mau bulan madu lagi, jangan kalah sama Bunda." Ahhh Bunda memang selalu seperti itu, jiwa mudanya masih melekat erat pada diri wanita yang telah melahirkanku, meskipun usianya sudah kepala lima.

"Dijadwalkan secepatnya Bun," aku tidak tau ini hanya sekedar alasan Mas Rian atau memang benar ingin mengajakku.

"Harus donk sayang," Bunda juga memanggil Mas Rian dengan kata seperti itu, benar-benar tidak ada jarak diantara mertua dan menantu.

Aku menjadi khawatir bagaimana kecewanya Bunda jika menantu yang sangat beliau sayangi sudah mengecewakan anak perempuan kesayangannya. Bundaku memang berhati lembut dan penyayang namun juga tidak pernah menerima pengkhianatan.

"Bunda kapan kembali?" Aku mengalihkan pembicaraan sambil menuntun Bunda untuk duduk kembali.

"Semalam, tapi karena cape Bunda langsung istirahat dan sekarang baru sempat kesini."

"Kenapa tidak memberi kabar? kita kan bisa jemput Bunda dibandara." Mas Rian memang selalu perhatian, bukan hanya dengan Ibunya saja, namun dengan Orang tuaku juga.

"Tidak ingin merepotkan kalian."

"Sebenarnya kami tidak pernah merasa direpotkan Bun, oh ya Ayah mana bun? tidak ikut?" Aku membiarkan Mas Rian bercengkerama dengan Bundaku, sementara aku cukup jadi pendengar setia.

"Ah ya Bunda lupa, Ayah titip maaf buat kalian karena tidak bisa ikut kesini."

"Kenpa?" Kali ini aku yang penasaran, aku khawatir Ayah sakit karena kelelahan, atau lambungnya kumat.

"Sebenarnya tadi mau ikut, tapi tanpa diduga ada tamu datang kerumah." Bunda terlihat murung karena suaminya tidak bisa ikut mengunjungiku, biasanya kemanapun Bunda pergi Ayah pasti selalu jadi pengawal setianya, kecuali memang ada urusan mendadak seperti ini.

"Sayang mau ikut Bunda tidak?" Bunda melanjutkan kata-katanya lagi.

"Kemana?"

"Bersenang-senang." Aku pikir tidak ada salahnya mengikuti Bunda menghabiskan hari.

"Tentu saja, tunggu sebentar," aku berlalu kekamar mengganti pakaianku, memoles sedikit make up agar terlihat lebih fresh.

Tidak butuh waktu lama aku sudah kembali menghampiri Bunda.

"Sudah siap sayang?"

"Siap dong."

"Rian, Bunda pinjam istrinya sebentar ya?" Memang Bunda pikir aku ini barang apa, mau mengajakku pergi pake acara pinjam segala.

"Hati-hati, bersenang-senanglah!" Meskipun melepasku dengan kata-kata riang, namun aku lihat sorot khawatir diwajahnya.

"Pasti!" Bunda menjawab sambil menggandeng lenganku.

"Besan?" Kami berpapasan dengan Mama didepan pintu serta pelakor juga tentunya, aku lihat Mama sedikit terkejut sebelum sedetik kemudian memormalkan eksresinya lagi.

"Jeng Fatma, apa kabar?" Bunda balik menyapa, Fatma nama wanita yang telah mengandung suamiku.

"Baik jeng, jeng Lisa sendiri bagaimana kabarnya?" Mama mertua ikut berbasa-basi, meski sudah basi.

"Baik juga, oh iya ini .... " Bunda menunjuk Sarah.

"Sarah bun, anak temennya Mama," aku menjawab cepat sebelum Mama menyebut nama Sarah.

Bunda hanya menganggukan kepala paham.

"Duluan jeng, mau pergi sama Diana," Bunda langsung menggandeng tanganku tanpa menunggu jawaban dari besannya.

πŸ’πŸ’πŸ’

"Menangislah!" Ternyata Bunda mengajakku keapartemen, aku kira akan mengajak jalan-jalan ke mall atau sekedar makan direstaurant.

"Kenapa aku harus menangis?"

"Kamu bisa menutupi lukamu didepan semua orang, tapi tidak berlaku untuk Bunda!" Ah Bundaku memang ter best, selalu mengerti apapun yang aku rasakan.

Tidak mudah menyimpan rahasia dari wanita ayu yang sudah berjuang antara hidup dan mati demi memberikan kehidupan untukku.

"I'm fine Bun, tidak ada yang perlu ditangisi."

"Bunda akan menemani tangismu sampai kamu puas meluapkan segala luka," tidak mudah memperdaya Bunda, alasan apapun tidak berlaku jika Bunda sudah berkata.

Benar memang ikatan batin antara Bunda dan anak tidak bisa dibohongi.

"Bunda!" akhirnya aku tidak kuasa membendung air mata yang selalu aku tahan didepan semua orang.

Aku menangis sesenggukan dipangkuan Bundaku. Bunda tidak mengatakan apapun hanya mengelus sayang rambutku.

Entah berapa lama aku menangis seperti anak TK yang kalah berebut ayunan, namun Bunda masih setia menemaniku.

Tanpa sadar aku tertidur dipangkuan Bunda, dan ketika aku bangun, aku sudah tidur dikasur dengan selimut menutupi tubuhku.

Meskipun aku sudah bersuami tapi bagi Bundaku, aku tetaplah gadis kecilnya, yang tidak akan dibiarkan terluka sendiri, dan akan selalu dilindungi dari siapapun yang ingin menyakitiku.

"Sayang sudah bangun?" Bunda mendekatiku ketika melihatku sudah duduk.

Aku menganggukan kepala, "bagaimana, sudah baikkan?" Tanya bunda lagi, menangis tidak akan menyelesaikan masalah, namun menangis bisa membuat hati kita sedikit lega. Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepala.

"Makanlah, kamu pasti lapar, Bunda siap mendengarkan kapanpun kamu siap bercerita."

Bab terkait

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 6

    TENTANG AYAHπŸ’πŸ’πŸ’Banyak sekali yang ingin aku tanyakan pada Bunda, terutama darimana beliau mengetahui semua yang terjadi.Aku paham betul siapa Bundaku, dirinya pasti tidak akan pernah memaafkan sebuah pengkhianatan, tapi sekarang justru Bunda bersikap sangat tenang didepan menantu dan besannya.Mungkinkah Bunda juga tahu jika Mas Rian hanya dijebak Sarah.Nanti aku tanyakan, sebaiknya aku memberi makan cacing yang sedang berdisko ria didalam perutku."Bunda masak?" tanyaku pada Bunda yang masih setia menungguku beranjak dari zona nyaman."Tidak sayang, Bunda tadi pesan via online, mau makan sekarang? nanti Bunda panaskan lagi.""Boleh Bund."Aku segera beranjak kekamar mandi sekedar mencuci muka agar terlihat lebih segar, sedangkan bunda berlalu menuju dapur.πŸ’πŸ’πŸ’"Bund," panggilku pada Bunda yang sedang asyik dengan gawainya.Saat ini kami sedang berada di ruang tengah, memilih santai sejenak sebelum melanjutkan petualangan mencari kesenangan."Ada apa sayang?" tanyanya, ia me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β bab 7

    HASUTAN MAMA FATMAπŸ’πŸ’πŸ’"Rian telpon,"Bunda berkata sambil mengoles bibir dengan pewarna khusus, tanpa menoleh kearahku."Apa ada hal penting?"Aku duduk ditepi ranjang menunggu Bunda selesai merias diri."Tidak, hanya menanyakan kita sedang ada dimana, mungkin dia merindukanmu," kata Bunda sambil terkekeh, Bunda bukan hanya sekedar sosok Ibu bagiku, bersamanya juga terkadang berasa seperti bersama sahabat."Sini Bunda bantu make over." Bunda mendekat kearahku, menarik tanganku untuk duduk dimeja rias."Tidak usah, Ana bisa sendiri," Tolakku, jika Bunda yang beraksi sudah pasti penampilanku seperti ondel-ondel.Aku tidak suka make up berlebihan, aku lebih suka yang sederhana dengan polesan sedikit bedak juga lipe ice agar tidak terlihat pucat.Berbeda dengan Bunda yang masih suka memakai segala jenis make up, katanya supaya ayah betah memandang.Padahal apapun keadaan Bunda akan selalu terlihat cantik dimata Ayah."Mau kemana?" Bunda bertanya saat aku sudah selesai dengan ritualku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 8

    "Hanya sedang memastikan sesuatu". Kata Rian sambil terus berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya."Maksud kamu apa Ri?" Tanya Mama berteriak karena Rian sudah hampir sampai diujung tangga.Bahkan Rian bersikap pura-pura tidak mendengarnya, ia meneruskan langkahnya membuka pintu kamar dan merebahkan diri diranjang yang menjadi saksi bisu cintanya denga Ana.πŸ’πŸ’πŸ’"Sarah, kamu lakukan sesuatu dong biar Rian mau tidur denganmu!" Perintah Fatma kepada menantunya.Fatma merasa Rian sangat dikuasai oleh Ana, dan dirinya tidak bisa terima."Aku juga tidak tahu harus melakukan apa ma, aku sudah pernah menggodanya bahkan sampai memintanya secara terang-terangan, tapi Mas Rian tetap menolakku.""Bagaimana bisa seperti itu, ini tidak bisa dibiarkan, mama harus bertindak!" Setelah mengatakan itu Fatma gegas menyusul Rian kekamarnya.Tok tok tok.Fatma mengetuk pintu kamar Rian dengan keras, namun beberapa kali ketukan tidak juga dibuka."Siapa yang mengijinkan Mama menaiki lantai atas?" An

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 9

    RENCANA SARAHπŸ’πŸ’πŸ’"Ma-Mama tahu?" Tergagap aku bertanya kepada wanita yang melahirkanku.Susah payah aku menyembunyikan kehamilanku, bahkan aku berniat menggugurkan kandunganku jika tidak menemukan orang yang mau mengakui anakku.Jujur saja aku sendiri bahkan tidak tahu benih siapa yang tumbuh dirahimku."ckkk," Mama berdecak, "Memangnya apa yang bisa kamu sembunyikan dari Mama?"Benar kata Mama, apapun yang aku lakukan Mama selalu mengetahuinya.Yang aku heran kenapa Mama tidak marah mengetahui kelakuanku yang diluar nalar, ah aku lupa, aku dan Mama kan memang satu frekuensi."Sudah jangan dibahas!" kata Mama lagi sebelum aku menimpali kata-kata Mama. "Tugas kamu hanya melakukan rencana Mama."'Rencana? ah pasti rencana licik lagi,' aku bermonolog dalam hati.Kan memang hanya menipu orang keahlian Mama yang menurun padaku."Apa yang harus aku lakukan?" Terlihat Mama tersenyum licik.πŸ’πŸ’πŸ’Aku memang berhasil menjebak Mas Rian hingga dirinya mau menikahiku, tapi sayang perusahaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 10

    KEBODOHAN SARAHπŸ’πŸ’πŸ’POV DIANAπŸ’πŸ’πŸ’"Ada ap........ A-Ana?" mengapa Sarah seterkejut itu melihatku berada didepan kamarnya, dia pikir aku hantu."Hay, sedang sibuk?" Tanyaku santai, tanpa permisi aku masuk kedalam kamar yang Sarah tempati."Kenapa kamu main masuk, tanpa permisi?" tanyanya ketus, aku sih tidak peduli. Apapun yang dia katakan dan juga rasakan, aku sudah hilang respect.Dulu aku begitu peduli dengannya, Apapun yang aku miliki sarah pasti menginginkan juga, jadi setiap aku membeli sesuatu aku membeli dua, untukku dan dirinya, aku kira itu cukup untuk menjadikannya sahabat baik, ternyata aku tertipu, Sarah menginginkan milikku yang lain juga yang tidak bisa dibeli ditoko apapun. Sarah berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, entah apa pekerjaan Ibunya, sedangkan Ayahnya dari lahir dia tidak pernah tau keberadaannya, atau mungkin memang nasibnya sama seperti bayi yang dia kandung, entah siapa Ayahnya.Harusnya Sarah bisa belajar dari kesalahan yang Ibunya lakukan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-01
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 11

    TENTANG DENDAMπŸ’πŸ’πŸ’"Bukannya kamu yang mandul, jangan memutar balikan fakta!" hebat secepat itu bisa menguasai keadaan."Faktanya akan kamu lihat, jika kamu sudah lelah dengan rencanamu yang tidak akan ada hasilnya."Aku berdiri dari dudukku, berjalan menuju pintu keluar."Ingat, jangan katakan kepada siapapun tentang keadaan Mas Rian jika masih ingin diberi nafkah."Aku berkaa lagi sebelum benar- benar keluar pintu."Apa yang kamu lakukan dikamar sarah?" Saat baru menutup pintu kamar yang ditempati Sarah, Mama keluar dari Singgasana ternyamannya."Sejak kapan kamar itu menjadi kamar sarah? aku hanya meminjamkannya, tidak memberikan, jadi kapanpun aku mau aku bisa mengambilnya kembali."Salahkah aku jika berani melawan kata-kata mertua."Ana, Mama butuh uang!" Katanya dengan nada sombongnya, memangnya aku peduli dengan apa yang Mama butuhkan.Dulu aku pasti akan menjawab 'berapa?' sekarang, masa bodo."Terus? Apa peduliku?" Kataku dengan santai sambil berlalu menuju lemari pendingi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 12

    POV AUTHORπŸ’πŸ’πŸ’BUAH SIMALAKAMAπŸ’πŸ’πŸ’"Sarah mau kemana?" Ana sedang duduk diruang televisi, mendapati Sarah sudah berpakaian rapih."Bukan urusanmu!" Ketus Sarah."Aku tanya mau kemana?" Tanya Ana lagi dengan santai kaki disilangkan duduk dengan anggun bak seorang nyonya besar."Sudah aku bilang bukan urusanmu!"Sarah tidak terima ketika Ana ikut campur urusan pribadinya.Sarah berlalu meninggalkan Ana yang masih duduk santai disofa empuknya.Namun bukan Ana namanya jika membiarkan mangsa lari begitu saja."Pak jangan biarkan siapapun keluar dari rumah ini tanpa ijinku!" Ana menelpon security yang bertugas menjaga rumah Ana.Dengan patuh Pak Dirman yang mendapat sift jaga siang segera mengunci pintu gerbang."Pak Dirman buka gerbangnya saya mau keluar!" Teriak Sarah.Pak Dirman menulikan telinga, seolah-olah tidak mendengar apapun.Semua pekerja berada dipihak Bos mereka, sekalipun kepada Fatma yang notabene mertua dari Nona mereka, nyatanya tetap mereka tidak ingin patuh."Pak tu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 13

    POV DIANAπŸ’πŸ’πŸ’SUAMI IDAMANπŸ’πŸ’πŸ’"Bibi!" Teriakku, betapa terkejutnya aku begitu keluar kamar melihat Bi Nani sedang berguling ditangga.Aku berlari kearah Bi Nani, beruntung Bi Nani masih berada ditangga bagian bawah sehingga lukanya tidak terlalu serius."Bi, apa yang sakit?" Tanyaku, aku memeriksa seluruh tubuh Bi Nani."Bibi tidak apa-apa non, hanya kakinya yang terkilir," aku sedikit lega mendengar penuturan Bi Nani.Jika terjadi apa-apa dengannya, aku tidak bisa memaafkan Mama mertuaku."Kita ke Dokter Bi!" Aku tidak bisa diam saja melihat keadaan Bi Nani yang untuk berdiri saja merasa kesakitan."Tidak perlu Non, nanti diurut juga baikan."Bi Nani memang tidak pernah mau merepotkan siapapun, termasuk aku."Tidak! pokoknya Bibi harus ke Dokter! Ini perintah, tidak menerima penolakan!" Tegasku.Aku memapah Bibi menuju mobil, sebelum benar-benar keluar aku memandang Mama dengan tajam "Jika terjadi apa-apa dengan Bi Nani, Mama harus tanggung jawab."Mama tidak bergeming, masih m

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04

Bab terbaru

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 19

    "Brengsek kamu!" Teriak seorang wanita, aku yang hendak bangkit mengurungkan niatnya. Kembali duduk dan melihat, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Ma-maya?" Lelaki itu tergagap menyebut nama wanita yang baru saja datang dengan sejuta kemarahan yang siap ia luapkan."Kenapa? Kaget?" Wanita itu tersenyum sinis dengan seringai diwajahnya. "Kamu memang tidak pantas membersamaiku." Lanjutnya lagi."May maafkan aku, aku janji tidak akan mengulanginya lagi, aku dijebak may, percayalah perempuan licik ini yang menggodaku."Elak lelaki yang tidak aku tahu namanya."Mas!" Teriak Sarah tidak terima. "Bukannya kamu janji akan menikahiku setelah berhasil menguasai harta wanita tua itu." Sarah menunjukan jarinya kearah perempuan bernama Maya.Sepertinya pertunjukkan semakin menarik, dan sarah juga belum menyadari keberadaanku."Jaga ucapanmu perempuan murahan!" Kata Maya sambil melirik kearah perut Sarah. "Mungkin kamu bisa dengan mudah menipu pria bodoh ini, tapi tidak denganku.""Ma

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 18

    KESIALAN SARAHπŸ¦‹πŸ¦‹πŸ¦‹Saat beralih dari buku menu menghadap pintu masuk, aku melihat sosok yang sangat aku kenal sedang menggandeng pria dengan mesra."sarah!" Teriakku dalam hati, kalau teriak beneran bisa disangka orang gila, dan juga bisa menyebabkan target buronan kabur.Jiwa kepoku meronta-ronta ingin segera dituntaskan, tentang bagaimana sarah bisa kabur padahal aku sudah meminta Pak Roni untuk berjaga dengan siaga.Pasti ada yang tidak beres dengan kelakuannya."Liatin apa sih?" Bunda mengagetkanku. Tiba-tiba saja sudah ada didepanku mengikuti arah pandanganku."Owh sahabat laknat?" Tanya Bunda lagi sebelum aku menjawab pertanyaan sebelumnya. Sebenarnya ini bukan pertanyaan lebih tepatnya pernyataan."Tidak usah heran dia memang seperti itu abaikan saja." Bunda berkata lagi setelah tidak ada jawaban terdengar dari bibirku.Apa tadi Bunda bilang, dia memang seperti itu? Artinya Bunda tahu kelakuan sarah yang sebenarnya? Atau Bahkan tahu lebih banyak dari sekedar yang aku tahu..

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 17

    "Apa!"Aku dan Alea berteriak bersama, dan Pak Arfa yang katanya manager jangan ditanya, mengangkat kepala saja tidak berani.Bagaimana bisa aku yang notabene anak Bunda Lisa tidak tahu jika butik ini milik Bundaku.Kemana saja aku selama ini? Bahkan masuk butik ini saja baru pertama kali, aku memiliki butik langgananku sendiri yang memang milik Bunda juga. Tapi tentang butik ini aku sama sekali tidak mengetahuinya.Bahkan saat opening saja aku tidak diundang, benar-benar Bunda durhaka sama anak."Biasa aja kali beb," kata Bundaku santai. Apa katanya tadi, biasa? Bagaimana bisa aku bersikap biasa dengan keterkejutan ini, seberapa banyak aset yang Bunda miliki, apakah ini butik terakhir yang tidak aku ketahui setelah beberapa waktu lalu restoran tempat aku dipermalukan karena lupa bawa dompet saat makan bersama teman-teman ternyata juga milik Bundaku dan parahnya awalnya aku juga tidak mengetahui jika restoran itu milik Bunda.Yang aku tahu Ayah hanya seorang pengusaha tekstil tempat

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 16

    "Mba Aku mau gaun itu!" Kata seorang wanita dimeja kasir ketika melihat gaun yang akan aku beli belum dimasukan papperbag.Enak saja katanya, mau ini. Padahal aku dulu yang menginginkannya."Maaf Nona tapi baju ini milik Nona yang ada dibelakang anda," kata pelayan itu ramah, yang aku tau dari nametagnya bernama Rina, sambil menunjuk kearahku."Tapi aku menginginkannya." Kata perempuan yang aku belum tau wajahnya seperti apa, karena meskipun mbak pelayan sudah memberitahu itu milikku yang ada dibelakangnya, perempuan itu tetap tidak mau menengok kebelakang."Sekali lagi mohon maaf nona, tapi ini memang sudah dibeli, Nona bisa memilih model dan warna lain." Mbak pelayan masih bersikap ramah dan mencoba sabar menghadapi pembeli tak ada akhlak model perempuan begitu.Mau tidak mau akhirnya perempuan itu menghadap kearahku, kemudian tersenyum sinis."Dia tidak akan pernah bisa membayar, lihat saja penampilannya." Katanya sambil memandang remeh kearahku.Aku yang memakai kacamata hitam mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 15

    "Kalian mau kemana?" Begitu sampai diujung tangga paling bawah, Lagi-lagi Mama mengganggu momen romantisku."Mengantar Ana kedepan." Jawab Mas Rian singkat.Kami berjalan beriringan menuju pintu."Mengantar!" Tanya Mama namun dengan suara yang sedikit keras, lebih seperti bentakan, ah entahlah, bertanya tapi dengan sebuah penekanan.Kami menghentikan langkah yang memang belum benar-benar keluar pintu."Iya ma, Ana akan pergi," Mas Rian menjawab.Biarkan saja Mama menjadi urusan Mas Rian aku malas meladeninya."Sendiri? Benar-benar istri urakan, malam-malam keluyuran sendiri padahal ada suami, dan suami hanya mengantar sampai depan, kasihan sekali kamu Rian dapat istri tidak punya moral." Panjang lebar Mama memberi ceramah, lebih tepatnya cacian."Sudah selesai ma? Tanyaku, "bukankah itu baik jika Ana pergi sendiri, artinya Mas Rian ada dirumah tanpa aku, dan Mama bisa melaksanakan aksinya untuk mendekatkan Mas Rian dengan Sarah?" Aku berkata dengan pelan."Bagus lah jika kamu sadar di

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 14

    RASA YANG SAMAπŸ’πŸ’πŸ’"Ma, itu punya Ana!" Teriak Mas Rian, Baru kali ini aku melihat Mas Rian berani berkata dengan menaikan nada beberapa oktaf, biasanya dirinya akan berbicara dengan lembut."Ka-kamu berani membentak Mama?" Mama juga sepertinya shok mendengar perkataan Mas Rian.Sebenarnya ini belum bisa dibilang membentak.Hanya karena Mas Rian selalu berbicara lembut setiap harinya, sekalinya berkata sedikit keras sudah terasa seperti membentak."Maaf Ma, bukan maksud Rian membentak Mama," Raut bersalah jelas terlihat diwajah Mas Rian."Memang wanita mandul itu bukan wanita baik-baik, membawa pengaruh buruk sama kamu!" Mama menatap kearahku.Selalu seperti itu, apapun yang terjadi aku selalu menjadi kambing hitamnya.Tidak pernah sekalipun wanita itu menghargaiku, aku memang tidak pernah peduli akan hal itu, dulu aku hanya ingin berbakti, tapi sekarang? entahlah, apakah aku masih kuat bersandiwara atau tidak.Terlalu sakit jika terus mendapat hinaan seperti ini, ingin rasanya mem

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 13

    POV DIANAπŸ’πŸ’πŸ’SUAMI IDAMANπŸ’πŸ’πŸ’"Bibi!" Teriakku, betapa terkejutnya aku begitu keluar kamar melihat Bi Nani sedang berguling ditangga.Aku berlari kearah Bi Nani, beruntung Bi Nani masih berada ditangga bagian bawah sehingga lukanya tidak terlalu serius."Bi, apa yang sakit?" Tanyaku, aku memeriksa seluruh tubuh Bi Nani."Bibi tidak apa-apa non, hanya kakinya yang terkilir," aku sedikit lega mendengar penuturan Bi Nani.Jika terjadi apa-apa dengannya, aku tidak bisa memaafkan Mama mertuaku."Kita ke Dokter Bi!" Aku tidak bisa diam saja melihat keadaan Bi Nani yang untuk berdiri saja merasa kesakitan."Tidak perlu Non, nanti diurut juga baikan."Bi Nani memang tidak pernah mau merepotkan siapapun, termasuk aku."Tidak! pokoknya Bibi harus ke Dokter! Ini perintah, tidak menerima penolakan!" Tegasku.Aku memapah Bibi menuju mobil, sebelum benar-benar keluar aku memandang Mama dengan tajam "Jika terjadi apa-apa dengan Bi Nani, Mama harus tanggung jawab."Mama tidak bergeming, masih m

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 12

    POV AUTHORπŸ’πŸ’πŸ’BUAH SIMALAKAMAπŸ’πŸ’πŸ’"Sarah mau kemana?" Ana sedang duduk diruang televisi, mendapati Sarah sudah berpakaian rapih."Bukan urusanmu!" Ketus Sarah."Aku tanya mau kemana?" Tanya Ana lagi dengan santai kaki disilangkan duduk dengan anggun bak seorang nyonya besar."Sudah aku bilang bukan urusanmu!"Sarah tidak terima ketika Ana ikut campur urusan pribadinya.Sarah berlalu meninggalkan Ana yang masih duduk santai disofa empuknya.Namun bukan Ana namanya jika membiarkan mangsa lari begitu saja."Pak jangan biarkan siapapun keluar dari rumah ini tanpa ijinku!" Ana menelpon security yang bertugas menjaga rumah Ana.Dengan patuh Pak Dirman yang mendapat sift jaga siang segera mengunci pintu gerbang."Pak Dirman buka gerbangnya saya mau keluar!" Teriak Sarah.Pak Dirman menulikan telinga, seolah-olah tidak mendengar apapun.Semua pekerja berada dipihak Bos mereka, sekalipun kepada Fatma yang notabene mertua dari Nona mereka, nyatanya tetap mereka tidak ingin patuh."Pak tu

  • Kubalas Madu dengan Manisnya RacunΒ Β Β Bab 11

    TENTANG DENDAMπŸ’πŸ’πŸ’"Bukannya kamu yang mandul, jangan memutar balikan fakta!" hebat secepat itu bisa menguasai keadaan."Faktanya akan kamu lihat, jika kamu sudah lelah dengan rencanamu yang tidak akan ada hasilnya."Aku berdiri dari dudukku, berjalan menuju pintu keluar."Ingat, jangan katakan kepada siapapun tentang keadaan Mas Rian jika masih ingin diberi nafkah."Aku berkaa lagi sebelum benar- benar keluar pintu."Apa yang kamu lakukan dikamar sarah?" Saat baru menutup pintu kamar yang ditempati Sarah, Mama keluar dari Singgasana ternyamannya."Sejak kapan kamar itu menjadi kamar sarah? aku hanya meminjamkannya, tidak memberikan, jadi kapanpun aku mau aku bisa mengambilnya kembali."Salahkah aku jika berani melawan kata-kata mertua."Ana, Mama butuh uang!" Katanya dengan nada sombongnya, memangnya aku peduli dengan apa yang Mama butuhkan.Dulu aku pasti akan menjawab 'berapa?' sekarang, masa bodo."Terus? Apa peduliku?" Kataku dengan santai sambil berlalu menuju lemari pendingi

DMCA.com Protection Status