Rivan tidak menjawab pertanyaan Ardi. Dia tidak jadi membuka baju dokter yang dia pakai. Hampir saja Rivan ketahuan.
"Bu-bukannya dokter yang mencek kondisi Om Arya barusan?" tanya Ardi polos.
'Sial! Kalau lama-lama di sini, bisa bahaya. Lebih baik aku cepat-cepat keluar dari sini.'
Rivan tidak menjawab pertanyaan Ardi. Dia pergi melangkah dengan langkah kaki yang cepat meninggalkan Ardi. Namun, Ardi tidak puas karena Rivan tidak menjawab pertanyaannya.
"Dokter mau kemana? Pertanyaanku belum dijawab, Dok!"
Rivan tidak menoleh sama sekali ke belakang. Dia terus melangkah tanpa henti. Pengunjung yang lain lalu lalang menelusuri lorong rumah sakit.
****
Suara pintu terbuka, Dokter yang menangani Arya terkejut. Ada seorang pria tanpa basa-basi masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf, Dok. Permisi!" ucap Yoga.
Yoga melan
Flash back off****"Maafkan aku, Bu!" jelas Wildan.Santi masih saja tidak terima. Pikirannya masih tidak menerima. Sepertinya ada yang janggal kejadian ini."Coba katakan kenapa Mas Arya bisa divonis kanker otak?" tanya Santi kembali."Sudahlah, Bu. Pekerjaanku masih banyak. Ibu harus ikhlas menerima kenyataan yang ada. Buat apa aku mengarang cerita kalau adanya tidak benar."Wildan berusaha menutupi kesalahannya. Segala macam cara dia lakukan.Santi sudah berusaha mencari tahu, tapi hasilnya nihil. Pikirannya lelah seperti mengerjakan sesuatu yang sia-sia."Terima kasih dokter atas informasinya. Semoga Mas Arya bisa diselamatkan. Kalau begitu aku permisi, Dok!"Santi menangkupkan kedua tangan ya lalu ia sejajar kan sedada."Assalamualaikum," ucap Santi."Waalaikumsalam," j
"Halo Santi sayang ...!" sapa Yoga.Yoga memandang Santi dengan genit. Sesekali matanya dia kedipkan.Santi melangkah menghindar dari sentuhan Yoga. Yoga semakin tidak bisa menahan gejolak asmara rindu. Sehingga dia sangat bringas ingin memeluk Santi."Jangan sentuh aku! Jangan coba-coba kurang ajar kepadaku!" amuk Santi."Kamu telah menyia-nyiakan aku. Maka dari itu, kamu tidak bisa lolos dari genggamanku, paham!"Kebetulan pada saat itu di lorong rumah sakit yang dilintasi Santi sepi. Tidak ada satu orang pun yang lewat. Tidak biasanya lorong itu sepi.'Ya Allah! Aku mohon kepadamu. Lindungilah aku dari manusia biadab ini. Cukup sekali saja dia ingin merampas mahkota kesucian aku ketika berkunjung ke kampung halaman.'Santi terus berusaha menghindar dari terkaman Yoga. Walaupun kakinya gemetar, ia berusaha sekuat tenaga agar lepas dari Yoga.Yoga senyum bringas. Dia sudah dihantui hawa nafsu yang tidak baik. Keringat di
Yoga senyam-senyum melihat Santi yang ketakutan. Ardi masih saja tidur lelap di atas sofa."Maaf kalau aku sudah lancang masuk ke sini. Maksud kedatanganku kemari mau besuk suamimu yang tidak jadi."Yoga berjalan menghampiri Santi. Sementara Arya masih saja tidur terlelap berlayar ke pulau seribu.Santi sudah ketakutan melihat wajah Yoga. Ia kira mimpinya tidak jadi kenyataan. Ternyata Yoga sudah ada di depan mata kepalanya sendiri."Pergi kamu dari sini! Jangan pernah sentuh aku."Santi masih trauma mimpinya. Ia tidak tahu kenapa Yoga bisa masuk ke dalam kamar Arya. Sekilas ia melirik ke arah layar ponselnya melihat jam. Sudah pukul 22.34 Wib, tapi Yoga masih saja bisa datang membesuk."Pergi dari sini! Kalau kamu tidak pergi sekarang juga, aku akan teriak minta tolong."Yoga semakin mendekat, matanya mendelik tajam. Napasnya sudah tidak teratur. Di benaknya, Yoga harus bisa mewujudkan impiannya yang terbengkalai di masa silam.
Yoga mengulas senyum smirk, pertanyaan Santi sangat konyol dia dengar. Yoga sudah membuat Arya dan Ardi tidur dengan lelap agar dia bisa bereaksi dengan leluasa."Mas Aryo cepat bangun!" ucap Santi.Santi terus berusaha membangunkan Arya. Namun, tidak ada sama sekali membuahkan hasil.Yoga menghampiri Santi. Wajahnya dengan wajah Santi hanya berjarak dua centimeter.Santi menahan napas dan memejamkan matanya sekejap. Otaknya berpikir, ia tidak boleh lengah. Ia takut kalau Yoga melakukan hal yang tidak diinginkan kepada dirinya.Seketika ia menampar wajah Yoga dengan keras. Yoga merintis kesakitan. Pukulan yang diberikan Santi kepada Yoga membuat dirinya semakin naik pitam."Kamu kira aku bakalan membiarkan kamu lepas begitu saja. Silahkan kamu teriak minta tolong atau berusaha membangunkan Arya atau Ardi. Mereka berdua tidak bakalan bangun. Aku sudah menaruh obat tidur kepada mereka berdua."Yoga tertawa puas melihat misinya berjalan
Santi pasrah dengan keadaan yang ada. Ia sudah berusaha menghindar, tapi apalah daya.****Flashback on"Kalau jalan pakai mata!" amuk Yoga ketika dia buru-buru masuk ke dalam perpustakaan sekolah."Ma-maafkan aku," jawab Santi terbata.Santi mengambil buku yang jatuh dari tangannya. Namun, Yoga menginjak-injak buku yang jatuh sehingga buku yang dipinjam Santi lecek, bahkan kotor dan robek.Seketika Santi merah padam kepada Yoga."Kamu itu jahat dan tidak ada sama sekali perasaanmu! Kamu tahu nggak, buku ini milik perpustakaan sekolah. Kalau sempat kotor dan sobek, aku bakalan mengganti.""Siapa suruh kamu jalan nggak pakai mata! Dasar cewek buta!"Yoga terkesima pada saat memandang tajam kedua bola mata Santi. Kedua bola mata mereka berdua tidak berkedip.'Cantik juga anak ini! Kamu akan aku
****"Cepat berdiri!" ucap satpam.Satpam menuntun Yoga berdiri. Dia memborgol kedua tangan Yoga dengan sigap."Aa-apa salahku?" tanya Yoga.Ardi baru saja terbangun dari tidur pendeknya. Sementara Arya masih saja tidur."Salah kamu selalu mengganggu ketenangan keluarga pasien di rumah sakit ini!" jawab satpam.Yoga heran! Matanya memandang Santi dengan tajam. Dia tidak terima kalau dirinya diusir secara tidak hormat. Harga dirinya seolah tidak ada di muka umum."Nggak usah main kasar lah. Aku tahu kok jalan pulang!" ucap Yoga kesal. Dia berjalan dengan kedua tangan diborgol ke belakang.Santi mengulas senyum, kini ia sudah tenang tanpa ada gangguan lagi dari orang yang selalu buat onar. Ia menatap wajah Arya penuh makna. Santi sangat berharap agar Arya suatu kelak melamar dirinya. Namun, perasaan minder
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 54: Persiapan Nikah"Tidak apa-apa, Di.""Terus itu suara apa?" tanya Ardi kembali.Ardi bangkit dari atas sofa dan dia berjalan menghampiri tantenya."Maafkan aku Santi," ucap Arya."Nggak apa-apa, Mas."Ardi terkejut melihat gelas yang sudah pecah berkeping-keping di atas lantai."Astagfirullah, Tan."Arya menatap wajah Ardi. Dia merasa bersalah. Tidak tahu kenapa, dia merasa merepotkan Santi dan Ardi.'Ya Allah, aku ini kenapa sakit. Tolong angkat penyakit ini dari tubuhku.'Arya bermunajat memohon kepada sang pencipta alam semesta.****Sebulan kemudian, keadaan Arya sudah pulih. Santi juga sudah sibuk dengan aktivitasnya seperti biasanya.
"Assalamualaikum," ucap Arya dari depan rumah.Arya datang ke rumah Santi sendirian. Dia dan Santi sudah mau janjian ingin pergi ke salah satu tukang jahit. Mereka mau hunting baju pernikahannya.Suara Arya terdengar samar-samar. Santi beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah menuju pintu rumah.Shela dan Ardi terus melanjutkan makan malamnya. Shela sangat senang dan bahagia bisa menikmati makan enak dan banyak. Walaupun sebenarnya dia gagal diet.Santi membuka pintu rumah lalu menatap ke arah pagar."Mas Arya!" ucap Santi spontan. Ia terus melangkah ke arah pagar rumah.Arya menatap sembarang ke arah luar. Suara jangkrik sangat merdu menghibur suasana sekitar rumah. Nyamuk malam sesekali terdengar di daun telinganya."Mas Arya, maaf kalau sudah lama menunggu. Mari masuk!" ajak Santi sambil membuka gembok pagar rumah.Arya menoleh ke arah Santi. Dia mengulas senyum tipis."Maaf kalau sudah merepotkan kamu.""M
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per