Yoga senyam-senyum melihat Santi yang ketakutan. Ardi masih saja tidur lelap di atas sofa.
"Maaf kalau aku sudah lancang masuk ke sini. Maksud kedatanganku kemari mau besuk suamimu yang tidak jadi."
Yoga berjalan menghampiri Santi. Sementara Arya masih saja tidur terlelap berlayar ke pulau seribu.
Santi sudah ketakutan melihat wajah Yoga. Ia kira mimpinya tidak jadi kenyataan. Ternyata Yoga sudah ada di depan mata kepalanya sendiri.
"Pergi kamu dari sini! Jangan pernah sentuh aku."
Santi masih trauma mimpinya. Ia tidak tahu kenapa Yoga bisa masuk ke dalam kamar Arya. Sekilas ia melirik ke arah layar ponselnya melihat jam. Sudah pukul 22.34 Wib, tapi Yoga masih saja bisa datang membesuk.
"Pergi dari sini! Kalau kamu tidak pergi sekarang juga, aku akan teriak minta tolong."
Yoga semakin mendekat, matanya mendelik tajam. Napasnya sudah tidak teratur. Di benaknya, Yoga harus bisa mewujudkan impiannya yang terbengkalai di masa silam.
<Yoga mengulas senyum smirk, pertanyaan Santi sangat konyol dia dengar. Yoga sudah membuat Arya dan Ardi tidur dengan lelap agar dia bisa bereaksi dengan leluasa."Mas Aryo cepat bangun!" ucap Santi.Santi terus berusaha membangunkan Arya. Namun, tidak ada sama sekali membuahkan hasil.Yoga menghampiri Santi. Wajahnya dengan wajah Santi hanya berjarak dua centimeter.Santi menahan napas dan memejamkan matanya sekejap. Otaknya berpikir, ia tidak boleh lengah. Ia takut kalau Yoga melakukan hal yang tidak diinginkan kepada dirinya.Seketika ia menampar wajah Yoga dengan keras. Yoga merintis kesakitan. Pukulan yang diberikan Santi kepada Yoga membuat dirinya semakin naik pitam."Kamu kira aku bakalan membiarkan kamu lepas begitu saja. Silahkan kamu teriak minta tolong atau berusaha membangunkan Arya atau Ardi. Mereka berdua tidak bakalan bangun. Aku sudah menaruh obat tidur kepada mereka berdua."Yoga tertawa puas melihat misinya berjalan
Santi pasrah dengan keadaan yang ada. Ia sudah berusaha menghindar, tapi apalah daya.****Flashback on"Kalau jalan pakai mata!" amuk Yoga ketika dia buru-buru masuk ke dalam perpustakaan sekolah."Ma-maafkan aku," jawab Santi terbata.Santi mengambil buku yang jatuh dari tangannya. Namun, Yoga menginjak-injak buku yang jatuh sehingga buku yang dipinjam Santi lecek, bahkan kotor dan robek.Seketika Santi merah padam kepada Yoga."Kamu itu jahat dan tidak ada sama sekali perasaanmu! Kamu tahu nggak, buku ini milik perpustakaan sekolah. Kalau sempat kotor dan sobek, aku bakalan mengganti.""Siapa suruh kamu jalan nggak pakai mata! Dasar cewek buta!"Yoga terkesima pada saat memandang tajam kedua bola mata Santi. Kedua bola mata mereka berdua tidak berkedip.'Cantik juga anak ini! Kamu akan aku
****"Cepat berdiri!" ucap satpam.Satpam menuntun Yoga berdiri. Dia memborgol kedua tangan Yoga dengan sigap."Aa-apa salahku?" tanya Yoga.Ardi baru saja terbangun dari tidur pendeknya. Sementara Arya masih saja tidur."Salah kamu selalu mengganggu ketenangan keluarga pasien di rumah sakit ini!" jawab satpam.Yoga heran! Matanya memandang Santi dengan tajam. Dia tidak terima kalau dirinya diusir secara tidak hormat. Harga dirinya seolah tidak ada di muka umum."Nggak usah main kasar lah. Aku tahu kok jalan pulang!" ucap Yoga kesal. Dia berjalan dengan kedua tangan diborgol ke belakang.Santi mengulas senyum, kini ia sudah tenang tanpa ada gangguan lagi dari orang yang selalu buat onar. Ia menatap wajah Arya penuh makna. Santi sangat berharap agar Arya suatu kelak melamar dirinya. Namun, perasaan minder
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 54: Persiapan Nikah"Tidak apa-apa, Di.""Terus itu suara apa?" tanya Ardi kembali.Ardi bangkit dari atas sofa dan dia berjalan menghampiri tantenya."Maafkan aku Santi," ucap Arya."Nggak apa-apa, Mas."Ardi terkejut melihat gelas yang sudah pecah berkeping-keping di atas lantai."Astagfirullah, Tan."Arya menatap wajah Ardi. Dia merasa bersalah. Tidak tahu kenapa, dia merasa merepotkan Santi dan Ardi.'Ya Allah, aku ini kenapa sakit. Tolong angkat penyakit ini dari tubuhku.'Arya bermunajat memohon kepada sang pencipta alam semesta.****Sebulan kemudian, keadaan Arya sudah pulih. Santi juga sudah sibuk dengan aktivitasnya seperti biasanya.
"Assalamualaikum," ucap Arya dari depan rumah.Arya datang ke rumah Santi sendirian. Dia dan Santi sudah mau janjian ingin pergi ke salah satu tukang jahit. Mereka mau hunting baju pernikahannya.Suara Arya terdengar samar-samar. Santi beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah menuju pintu rumah.Shela dan Ardi terus melanjutkan makan malamnya. Shela sangat senang dan bahagia bisa menikmati makan enak dan banyak. Walaupun sebenarnya dia gagal diet.Santi membuka pintu rumah lalu menatap ke arah pagar."Mas Arya!" ucap Santi spontan. Ia terus melangkah ke arah pagar rumah.Arya menatap sembarang ke arah luar. Suara jangkrik sangat merdu menghibur suasana sekitar rumah. Nyamuk malam sesekali terdengar di daun telinganya."Mas Arya, maaf kalau sudah lama menunggu. Mari masuk!" ajak Santi sambil membuka gembok pagar rumah.Arya menoleh ke arah Santi. Dia mengulas senyum tipis."Maaf kalau sudah merepotkan kamu.""M
"Terima kasih. Sepertinya semua menu makanannya enak sekali."Arya menarik kursi lalu duduk. Dia mengambil piring dan menyendok nasi ke piringnya."Kok sedikit sekali nasinya, Om," celetuk Ardi.Arya mengernyitkan dahi, dia menatap wajah Ardi."Om makannya dikit. Kalau makan banyak ...," ucap Arya terjeda."Ala, sebentar lagi om mau nikah sama tante. Nggak usah takut om naik berat badan. Tante nggak mandang fisik kok, Om."Shela menjilati tangannya. Tingkahnya laksana seorang anak yang tidak makan sudah seminggu.Santi dan Arya senyum-senyum melihat ulahnya Shela. Mereka berdua mungkin teringat masa seperti itu pada masanya.Arya menyuap nasi dan lauk ke dalam mulutnya. Dia menikmati hidangan yang disajikan Santi dengan hidmat."Bagaimana masakan Tante Santi, Om?" tanya Ardi.Ardi sudah selesai makan. Perutnya sudah kenyang sehingga payah bergerak. Tanpa sadar, dia sendawa.Ulah Shela dan Ardi membuat Santi
Santi menatap Arya dengan sorot mata sendu. Hatinya remuk, bahkan sayapnya juga patah ingin menggapai keluarga sakinah, mawadah dan warahmah.Netranya kini berembun, ia mencoba menahan air matanya agar tidak luruh. Namun, ia tidak kuasa."Om Arya kok ngomong seperti itu. Jangan pernah melukai perasaan Tante Santi."Ardi memukul bahu Arya dari belakang. Arya merintis kesakitan."Argh ...!" ucap Arya.Arya menghindar dari serangan Ardi. Santi tidak bisa melerai serangan Ardi. Tiba-tiba, Shela juga ikut menjewer daun telinga Arya."Dasar pria tidak tahu di untung. Kamu kira memberikan harapan palsu kepada Tante Santi tidak melukai perasaannya. Kamu harus menerima ini," ucap Shela sambil menjewer telinga Arya dengan kuat."Hentikan Ardi ... Shela ...!" seru Santi.Ardi dan Shela berhenti. Mereka berdua menatap wajah Santi."Aku tidak sudi kalau tante di sakiti pria lain. Cukup Om Aryo saja yang tela
Seketika Arya memberi kode kepada Ardi dan Shela. Tidak lama kemudian, Shela keluar dari dalam mobil. Dia masuk ke dalam rumah."Tanpa kamu suruh pun itu sudah keputusanku yang tidak bisa diganggu gugat. Saranku, carilah pria lain yang jauh lebih baik dari aku."Santi semakin tersedu, isak tangisnya semakin pecah membuat pandangannya buram akibat buliran air matanya terus mengalir."Te-terima kasih atas sarannya."Arya melangkah pergi jauh, sementara Ardi ingin ketawa melihat acting yang tanpa ada skenario.Ardi keluar dari dalam mobil. Dia berlari mengejar Arya."Lebih baik kamu mati di tangan aku daripada menorehkan luka kepada Tanteku. Rasakan ini pria tidak tahu untung ...!" ucap Ardi.Ardi memukul kepala Arya membabi buta. Arya merintis kesakitan, tubuhnya ambruk ke atas tanah."Hentikan Ardi! Walau