Flash back off
****
"Maafkan aku, Bu!" jelas Wildan.
Santi masih saja tidak terima. Pikirannya masih tidak menerima. Sepertinya ada yang janggal kejadian ini.
"Coba katakan kenapa Mas Arya bisa divonis kanker otak?" tanya Santi kembali.
"Sudahlah, Bu. Pekerjaanku masih banyak. Ibu harus ikhlas menerima kenyataan yang ada. Buat apa aku mengarang cerita kalau adanya tidak benar."
Wildan berusaha menutupi kesalahannya. Segala macam cara dia lakukan.
Santi sudah berusaha mencari tahu, tapi hasilnya nihil. Pikirannya lelah seperti mengerjakan sesuatu yang sia-sia.
"Terima kasih dokter atas informasinya. Semoga Mas Arya bisa diselamatkan. Kalau begitu aku permisi, Dok!"
Santi menangkupkan kedua tangan ya lalu ia sejajar kan sedada.
"Assalamualaikum," ucap Santi.
"Waalaikumsalam," j
"Halo Santi sayang ...!" sapa Yoga.Yoga memandang Santi dengan genit. Sesekali matanya dia kedipkan.Santi melangkah menghindar dari sentuhan Yoga. Yoga semakin tidak bisa menahan gejolak asmara rindu. Sehingga dia sangat bringas ingin memeluk Santi."Jangan sentuh aku! Jangan coba-coba kurang ajar kepadaku!" amuk Santi."Kamu telah menyia-nyiakan aku. Maka dari itu, kamu tidak bisa lolos dari genggamanku, paham!"Kebetulan pada saat itu di lorong rumah sakit yang dilintasi Santi sepi. Tidak ada satu orang pun yang lewat. Tidak biasanya lorong itu sepi.'Ya Allah! Aku mohon kepadamu. Lindungilah aku dari manusia biadab ini. Cukup sekali saja dia ingin merampas mahkota kesucian aku ketika berkunjung ke kampung halaman.'Santi terus berusaha menghindar dari terkaman Yoga. Walaupun kakinya gemetar, ia berusaha sekuat tenaga agar lepas dari Yoga.Yoga senyum bringas. Dia sudah dihantui hawa nafsu yang tidak baik. Keringat di
Yoga senyam-senyum melihat Santi yang ketakutan. Ardi masih saja tidur lelap di atas sofa."Maaf kalau aku sudah lancang masuk ke sini. Maksud kedatanganku kemari mau besuk suamimu yang tidak jadi."Yoga berjalan menghampiri Santi. Sementara Arya masih saja tidur terlelap berlayar ke pulau seribu.Santi sudah ketakutan melihat wajah Yoga. Ia kira mimpinya tidak jadi kenyataan. Ternyata Yoga sudah ada di depan mata kepalanya sendiri."Pergi kamu dari sini! Jangan pernah sentuh aku."Santi masih trauma mimpinya. Ia tidak tahu kenapa Yoga bisa masuk ke dalam kamar Arya. Sekilas ia melirik ke arah layar ponselnya melihat jam. Sudah pukul 22.34 Wib, tapi Yoga masih saja bisa datang membesuk."Pergi dari sini! Kalau kamu tidak pergi sekarang juga, aku akan teriak minta tolong."Yoga semakin mendekat, matanya mendelik tajam. Napasnya sudah tidak teratur. Di benaknya, Yoga harus bisa mewujudkan impiannya yang terbengkalai di masa silam.
Yoga mengulas senyum smirk, pertanyaan Santi sangat konyol dia dengar. Yoga sudah membuat Arya dan Ardi tidur dengan lelap agar dia bisa bereaksi dengan leluasa."Mas Aryo cepat bangun!" ucap Santi.Santi terus berusaha membangunkan Arya. Namun, tidak ada sama sekali membuahkan hasil.Yoga menghampiri Santi. Wajahnya dengan wajah Santi hanya berjarak dua centimeter.Santi menahan napas dan memejamkan matanya sekejap. Otaknya berpikir, ia tidak boleh lengah. Ia takut kalau Yoga melakukan hal yang tidak diinginkan kepada dirinya.Seketika ia menampar wajah Yoga dengan keras. Yoga merintis kesakitan. Pukulan yang diberikan Santi kepada Yoga membuat dirinya semakin naik pitam."Kamu kira aku bakalan membiarkan kamu lepas begitu saja. Silahkan kamu teriak minta tolong atau berusaha membangunkan Arya atau Ardi. Mereka berdua tidak bakalan bangun. Aku sudah menaruh obat tidur kepada mereka berdua."Yoga tertawa puas melihat misinya berjalan
Santi pasrah dengan keadaan yang ada. Ia sudah berusaha menghindar, tapi apalah daya.****Flashback on"Kalau jalan pakai mata!" amuk Yoga ketika dia buru-buru masuk ke dalam perpustakaan sekolah."Ma-maafkan aku," jawab Santi terbata.Santi mengambil buku yang jatuh dari tangannya. Namun, Yoga menginjak-injak buku yang jatuh sehingga buku yang dipinjam Santi lecek, bahkan kotor dan robek.Seketika Santi merah padam kepada Yoga."Kamu itu jahat dan tidak ada sama sekali perasaanmu! Kamu tahu nggak, buku ini milik perpustakaan sekolah. Kalau sempat kotor dan sobek, aku bakalan mengganti.""Siapa suruh kamu jalan nggak pakai mata! Dasar cewek buta!"Yoga terkesima pada saat memandang tajam kedua bola mata Santi. Kedua bola mata mereka berdua tidak berkedip.'Cantik juga anak ini! Kamu akan aku
****"Cepat berdiri!" ucap satpam.Satpam menuntun Yoga berdiri. Dia memborgol kedua tangan Yoga dengan sigap."Aa-apa salahku?" tanya Yoga.Ardi baru saja terbangun dari tidur pendeknya. Sementara Arya masih saja tidur."Salah kamu selalu mengganggu ketenangan keluarga pasien di rumah sakit ini!" jawab satpam.Yoga heran! Matanya memandang Santi dengan tajam. Dia tidak terima kalau dirinya diusir secara tidak hormat. Harga dirinya seolah tidak ada di muka umum."Nggak usah main kasar lah. Aku tahu kok jalan pulang!" ucap Yoga kesal. Dia berjalan dengan kedua tangan diborgol ke belakang.Santi mengulas senyum, kini ia sudah tenang tanpa ada gangguan lagi dari orang yang selalu buat onar. Ia menatap wajah Arya penuh makna. Santi sangat berharap agar Arya suatu kelak melamar dirinya. Namun, perasaan minder
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 54: Persiapan Nikah"Tidak apa-apa, Di.""Terus itu suara apa?" tanya Ardi kembali.Ardi bangkit dari atas sofa dan dia berjalan menghampiri tantenya."Maafkan aku Santi," ucap Arya."Nggak apa-apa, Mas."Ardi terkejut melihat gelas yang sudah pecah berkeping-keping di atas lantai."Astagfirullah, Tan."Arya menatap wajah Ardi. Dia merasa bersalah. Tidak tahu kenapa, dia merasa merepotkan Santi dan Ardi.'Ya Allah, aku ini kenapa sakit. Tolong angkat penyakit ini dari tubuhku.'Arya bermunajat memohon kepada sang pencipta alam semesta.****Sebulan kemudian, keadaan Arya sudah pulih. Santi juga sudah sibuk dengan aktivitasnya seperti biasanya.
"Assalamualaikum," ucap Arya dari depan rumah.Arya datang ke rumah Santi sendirian. Dia dan Santi sudah mau janjian ingin pergi ke salah satu tukang jahit. Mereka mau hunting baju pernikahannya.Suara Arya terdengar samar-samar. Santi beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah menuju pintu rumah.Shela dan Ardi terus melanjutkan makan malamnya. Shela sangat senang dan bahagia bisa menikmati makan enak dan banyak. Walaupun sebenarnya dia gagal diet.Santi membuka pintu rumah lalu menatap ke arah pagar."Mas Arya!" ucap Santi spontan. Ia terus melangkah ke arah pagar rumah.Arya menatap sembarang ke arah luar. Suara jangkrik sangat merdu menghibur suasana sekitar rumah. Nyamuk malam sesekali terdengar di daun telinganya."Mas Arya, maaf kalau sudah lama menunggu. Mari masuk!" ajak Santi sambil membuka gembok pagar rumah.Arya menoleh ke arah Santi. Dia mengulas senyum tipis."Maaf kalau sudah merepotkan kamu.""M
"Terima kasih. Sepertinya semua menu makanannya enak sekali."Arya menarik kursi lalu duduk. Dia mengambil piring dan menyendok nasi ke piringnya."Kok sedikit sekali nasinya, Om," celetuk Ardi.Arya mengernyitkan dahi, dia menatap wajah Ardi."Om makannya dikit. Kalau makan banyak ...," ucap Arya terjeda."Ala, sebentar lagi om mau nikah sama tante. Nggak usah takut om naik berat badan. Tante nggak mandang fisik kok, Om."Shela menjilati tangannya. Tingkahnya laksana seorang anak yang tidak makan sudah seminggu.Santi dan Arya senyum-senyum melihat ulahnya Shela. Mereka berdua mungkin teringat masa seperti itu pada masanya.Arya menyuap nasi dan lauk ke dalam mulutnya. Dia menikmati hidangan yang disajikan Santi dengan hidmat."Bagaimana masakan Tante Santi, Om?" tanya Ardi.Ardi sudah selesai makan. Perutnya sudah kenyang sehingga payah bergerak. Tanpa sadar, dia sendawa.Ulah Shela dan Ardi membuat Santi