Share

Bab 163. Clara berulah

“Bukankah pernikahan itu saling melengkapi, aku kelebihannya dan—“

“Aku kekurangannya begitu,” rasa haru ku berubah lalu Aku menepuk pantatnya gemas.

“Ih, pelecehan!“ Zen menghentikan langkahnya dan berbalik melotot ke arahku dengan tangan memegang pantatnya.

Dia gak tahu, pelototannya itu tidak menakutkan sama sekali, yang ada malah lucu menggemaskan, ih.

“Ehem-ehem!“

Aku menoleh ke belakang. Aku memutar bola mata dengan malas. Kenapa sih, pengganggu ini enggak pulang-pulang?

“Tadi Amira minta diantar ke Kamu!“ ucap Pram menunjuk ke arah Amira.

Aku pun berjongkok di hadapannya.

“Mau eskrim?“

Amira mengangguk malu-malu, aku bangkit berdiri lalu menggandeng Amira menuju penjaga eskrim, sementara Zen mengekoriku.

Amira menerima cone eskrim dengan girang lalu meminta turun dari gendonganku.

Aku menurutinya dan mengajaknya duduk di atas kursi. Amira menurut, aku membopongnya dan mendudukkan di atas Kursi.

Menatap Amira cukup lama, gelang yang aku belikan dulu sudah tidak terlihat lagi,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status