Beranda / Pernikahan / Kubalas Hinaanmu, Mas! / BAB 99 KECEMBURUAN TAK BERALASAN

Share

BAB 99 KECEMBURUAN TAK BERALASAN

Penulis: Yuli Zaynomi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

KECEMBURUAN TAK BERALASAN

Yuda mendengus pelan mendengar ucapan Yovan. Sementara Diandra hampir saja berteriak senang mendengarnya. Tanpa kata, Yuda menarik tangan Diandra. Dalam diam, mereka menjauh dari meja Yovan dan Arini.

“Huuuuuuu.” Seperti ada yang mengomando, pengunjung di tempat itu secara bersamaan menyoraki Diandra dan Yuda.

“Ganggu makan siang orang aja!”

“Tahu, ngamuk-ngamuk nggak jelas sok-sokan pengen ngegampar orang. Emang situ OK?”

“Sok kecakepan! Iket tuh suaminya, Mbak, biar nggak jelalatan kemana-mana.”

“HAHAHAHAHA.”

Tempat makan itu ramai oleh sorakan dan suara tawa. Pengunjung merasa kesal karena makan siang mereka terganggu. Mereka juga bersimpati pada Arini yang pakaiannya kotor dan basah terkena siraman jus wortel

“Maaf, Pak, Bu, Manajer kami ingin bicara terkait kekacauan yang terjadi juga gelas dan piring yang pecah.” Salah satu pelayan menahan langkah Yuda dan Diandra yang akan keluar dari resto.

“Lah iya, sudah membuat kekacauan eh mau main lepas tangan b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 100 MENGHINDAR PILIHAN TERBAIK

    MENGHINDAR PILIHAN TERBAIK“Saya bisa sendiri,” ucap Arini lirih saat Yovan sudah meraih pintu mobil untuknya. Gerakan tangan Yovan terhenti seketika. Matanya menubruk mata Arini yang kini berjarak kurang dari satu meter. Bahkan aroma tubuh laki-laki itu tercium cukup jelas oleh indra penciuman Arini. “Masuklah,” perintah Yovan dengan suara cukup tegas. Arini masuk tanpa menoleh lagi ke arah belakang. Sementara Yovan sekilas menatap ke arah Yuda dan istrinya yang masih mematung di tempatnya semula. Jelas sekali di penglihatannya bahwa Yuda menyimpan kecemburuan yang tak terbantahkan. Yovan tersenyum dalam hati. Miris sekali melihat keadaan Yuda yang menurutnya amat memalukan. Bisa-bisanya seorang laki-laki cemburu pada mantan istrinya sementara istri sahnya berada di sisi laki-laki tersebut. Pantas saja Diandra semarah itu. Harga dirinya tak ada nilainya lagi. Yovan melajukan mobilnya tepat di hadapan Yuda dan istrinya. Ekor matanya melihat kekaguman yang diperlihatkan Diandra. Hal

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 101 TERIMA KASIH

    TERIMA KASIH Yovan membeku mendengar jawaban Arini. Pemikiran Arini bahkah lebih bijak dari perkiraannya. Atau memang pemikiran seorang Ibu yang selalu mengedepankan perasaan anak dari pada perasaannya sendiri. Yovan menatap lurus ke jalanan di depannya. Pikirannya menerawang. Benar jika ibunya dulu tak memperbolehkan dirinya membenci bahkan menyumpahi ayahnya karena telah menghancurkan pernikahan kedua orangtua Yovan. Melihat Arini yang berbuat seperti itu membuatnya mengerti alasan ibunya mengatakan bahwa Arini adalah visualisasi dirinya di masa lalu. Langkah-langkah yang Arini tempuh bahkan memiliki kemiripan di berbagai sisi. Yovan masih ingat bagaimana dia mendapat perundungan dari teman-teman seusianya dulu karena dirinya terlihat berbeda dengan mereka. Tak ada kemewahan sama sekali. Bahkan dia harus puas dengan sepeda butut ke sekolah hingga selesai menempuh sekolah dasar. Jika Bu Ningrum melihat Arini sebagai cerminan dirinya di masa lalu, maka dia pun punya penilaian yang

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 102 KEMARAHAN YUDA PADA DIANDRA

    KEMARAHAN YUDA PADA DIANDRA “Kita lupa membelikan titipan Ibu, Mas.”Yuda mendengus kencang mendengar ucapan Diandra. Setelah kekacauan yang terjadi, mana dia sempat memikirkan gurame terbang asam manis pesanan sang Ibu. Dia terlanjur kesal dengan Diandra.“Mas?” Diandra menoleh pada Aditya membisu. “Ya terserah sih, kalau Ibu ngambek bukan salahku loh ya.”“Memangnya kamu mau kembali lagi ke restoran tadi? Kalau kamu mau, kita putar balik sekarang. Aku tunggu di parkiran, kamu yang masuk ke dalam.” Yuda melirik Diandra. “Sial!” Yuda memukul kemudi saat mobilnya disalip. Karena Diandra, dia sempat kehilangan konsentrasi.“Ih! Aku malu lah, Mas.” Diandra memonyongkan bibirnya.Yuda tersenyum sinis mendengar ucapan Diandra. Baru sekarang istrinya itu merasa malu. Lalu, apa dia tidak berpikir saat sedang mengamuk tadi? Lelaki itu menghela napas pelan. Sudah banyak sekali dia keluar uang untuk membayar ganti rugi setiap kali Diandra mengamuk.Mungkin, ini cara Allah menegurnya. Kalau dia

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 103 MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI

    MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI Diandra terdiam mendengar bentakan Yuda. Dia tahu lelaki itu sedang panas hatinya karena Arini dekat dengan pria lain. Rasakan! Diandra membatin.Satu jam lebih mereka akhirnya sampai di rumah. Yuda dan Diandra berpandangan melihat ada mobil yang parkir di halaman. Wanita itu mengangkat bahu melihat wajah Yuda yang bertanya. “Ibu tidak bilang apa-apa tadi, Mas.”Mereka langsung turun dari mobil dan mengucap salam berbarengan. “Assalamualaikum.”“Wa'alaikumussalam, nah ini sudah pulang.” Ratna tersenyum sumringah melihat kedatangan Yuda dan Diandra. “Yuda, Diandra, sini. Ini teman Ibu waktu sekolah dulu. Ini anak dan menantu saya, Bu Rahmi.”Ratna tersenyum melihat Yuda dan Diandra menyalami Rahmi. “Bu Rahmi ini tinggal di pulau seberang. Sudah lama sekali kami tidak bertemu. Dia kemari untuk menengok anaknya. Tadi waktu cerita-cerita, katanya kerja di tempat yang sama dengan Yuda. Makanya Ibu langsung telepon kamu tadi, Di.”Yuda dan Diandra secara berbaren

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 104 BOSAN

    BOSAN Yuda mencari info tentang anak ibu tua dan hubungannya dengan Arini. Dia ingat plat mobil YovanYuda menatap gedung pencakar langit di sisi kanan meja kerjanya. Waktu rehat sudah hampir habis, sedangkan dia belum berencana keluar mencari makan. Dia hanya meminta OB di pantry untuk membuatkannya secangkir kopi hitam yang membuat rasa kantuknya menghilang cukup cepat. Bahkan ajakan dari Viona untuk mencari makan di kafe depan kantornya dia tolak begitu saja. Laki-laki itu khawatir Diandra akan memergokinya atau lebih gilanya dia memasang mata-mata di kantor tersebut hingga melaporkan segala tindak-tanduk suaminya. Yuda menyentak napasnya kasar. Matanya memerah, sudah beberapa hari terakhir dia sulit sekali memejamkan mata. Pikirannya selalu tertuju pada Arini. Bayangan wanita itu bersembunyi di balik punggung kokoh laki-laki bernama Yovan membuat hatinya panas dan tak tenang. Gilanya lagi dia hampir memekik nama Arini saat dirinya tengah memadu kasih dengan Diandra di titik kl

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 105 SIAPA YOVAN?

    SIAPA YOVAN?Yuda membaca pesan dari ibunya. Wanita itu meminta anak laki-lakinya membawakan beberapa sayuran yang ingin dia masak bersama Bu Rahmi—ibunya Viona, Minggu besok. Yuda menghela napas. Kepalanya hampir pecah membayangkan betapa wanita-wanita di sekelilingnya sangat merepotkan akhir-akhir ini. Bahkan mereka lupa bahwa Yuda seharian harus bekerja keras hingga hal-hal yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri pun dibebankan pada laki-laki itu. Tetapi Yuda yang memang sangat patuh pada ibunya tidak bisa menolak. Balasan singkat berisi kesediaannya langsung di hadiahi sang Ibu dengan emoticon hati yang membuat Yuda tersenyum kecil. Tak lama setelah itu ibunya menghubungi Yuda. "Halo, Yud. Belinya di N Sayurbox ya? Disana lengkap. Kualitasnya juga oke banget, soalnya memang dikhususkan buat kalangan menengah ke atas." Yuda pun mengiyakan permintaan ibunya. Kebetulan swalayan khusus sayur mayur dan buah tersebut dilewati laki-laki itu soal pulang ke rumahnya. Tak perlu effo

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 106 RODA BERPUTAR

    RODA BERPUTAR “Dulu ada pelajarannya, Bu, sudah lama sebenarnya sistem semacam ini ada, tapi memang belum banyak yang tahu.” Arini menghidangkan dua gelas teh hangat dengan setangkai melati di atasnya. “Saya memang berminat sekali saat dulu ada praktik semasa kuliah sampai tidak segan turun ke petani yang sudah mengembangkan. Diminum, Bu.” Arini tersenyum mempersilakan tamunya.Bu Ningrum mengangguk-angguk. Dia mengambil gelas dan menghirup beberapa teguk teh hangat buatan Arini. “Hmmm.” Wanita itu melebarkan mata sambil tersenyum lebar. Rasa manis dan pahit memenuhi mulutnya disusul dengan aroma melati segar yang menguar memenuhi penciuman.“Dari mana resep teh ini, Mbak Arini?” Bu Ningrum langsung mengambil sepotong keripik singkong dari toples. Wanita itu kembali mengangguk-angguk saat rasa asin, gurih dan renyah memenuhi mulutnya. “Ini beli atau bikin sendiri?”Arini tersenyum mendengar pertanyaan beruntun dari Bu Ningrum. “Dulu waktu kuliah, saya pernah praktik turun lapang dan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 107 KAPAN MENIKAH?

    KAPAN MENIKAH? Arini menghela napas panjang. Menikah lagi? Kata itu bahkan seperti sudah hilang dari otaknya. Pernikahannya terdahulu meninggalkan trauma mendalam bagi Arini. Bahkan, sampai detik ini bayang-bayang masa lalu masih terus menjerat langkahnya kemanapun dia pergi.Beruntung, dia kini sudah tidak pernah bertemu Diandra dan Yuda lagi sehingga hidupnya terasa lebih tenang. Dia fokus mengurus usaha agar bisa hidup layak dan mengembalikan modal dari Bu Ningrum.Selain itu, Arini juga mulai menabung untuk masa depan mereka. Tidak mungkin selamanya dia menumpang di rumah itu. Walau entah kapan terlaksana punya rumah sendiri, setidaknya Arini sudah ada tujuan kesana.Tabungan pendidikan Rafa juga sudah dia siapkan. Arini mau anak lelakinya itu bisa menggapai gelar sarjana yang gagal dia dapatkan. Setidaknya, pola pikir dan pergaulan Rafa akan terbangun lebih luas jika bisa mencapai pendidikan tinggi.“Maaf ya, Mbak Arini, kalau pertanyaan saya menyinggung.” Bu Ningrum menjadi ti

Bab terbaru

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status