Beranda / Pernikahan / Kubalas Hinaanmu, Mas! / BAB 106 RODA BERPUTAR

Share

BAB 106 RODA BERPUTAR

Penulis: Yuli Zaynomi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

RODA BERPUTAR

“Dulu ada pelajarannya, Bu, sudah lama sebenarnya sistem semacam ini ada, tapi memang belum banyak yang tahu.” Arini menghidangkan dua gelas teh hangat dengan setangkai melati di atasnya. “Saya memang berminat sekali saat dulu ada praktik semasa kuliah sampai tidak segan turun ke petani yang sudah mengembangkan. Diminum, Bu.” Arini tersenyum mempersilakan tamunya.

Bu Ningrum mengangguk-angguk. Dia mengambil gelas dan menghirup beberapa teguk teh hangat buatan Arini. “Hmmm.” Wanita itu melebarkan mata sambil tersenyum lebar. Rasa manis dan pahit memenuhi mulutnya disusul dengan aroma melati segar yang menguar memenuhi penciuman.

“Dari mana resep teh ini, Mbak Arini?” Bu Ningrum langsung mengambil sepotong keripik singkong dari toples. Wanita itu kembali mengangguk-angguk saat rasa asin, gurih dan renyah memenuhi mulutnya. “Ini beli atau bikin sendiri?”

Arini tersenyum mendengar pertanyaan beruntun dari Bu Ningrum. “Dulu waktu kuliah, saya pernah praktik turun lapang dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 107 KAPAN MENIKAH?

    KAPAN MENIKAH? Arini menghela napas panjang. Menikah lagi? Kata itu bahkan seperti sudah hilang dari otaknya. Pernikahannya terdahulu meninggalkan trauma mendalam bagi Arini. Bahkan, sampai detik ini bayang-bayang masa lalu masih terus menjerat langkahnya kemanapun dia pergi.Beruntung, dia kini sudah tidak pernah bertemu Diandra dan Yuda lagi sehingga hidupnya terasa lebih tenang. Dia fokus mengurus usaha agar bisa hidup layak dan mengembalikan modal dari Bu Ningrum.Selain itu, Arini juga mulai menabung untuk masa depan mereka. Tidak mungkin selamanya dia menumpang di rumah itu. Walau entah kapan terlaksana punya rumah sendiri, setidaknya Arini sudah ada tujuan kesana.Tabungan pendidikan Rafa juga sudah dia siapkan. Arini mau anak lelakinya itu bisa menggapai gelar sarjana yang gagal dia dapatkan. Setidaknya, pola pikir dan pergaulan Rafa akan terbangun lebih luas jika bisa mencapai pendidikan tinggi.“Maaf ya, Mbak Arini, kalau pertanyaan saya menyinggung.” Bu Ningrum menjadi ti

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 108 NIKAHI ARINI!

    NIKAHI ARINI!Yovan menarik dasinya dengan kasar. Tangannya menggenggam erat teralis di balkon rumahnya. Rumah sebesar itu memang hanya ditempati bersama ibunya dan dua orang asisten rumah tangga. Sangat sepi, pantas saja Bu Ningrum terlihat bahagia saat bertemu Arini. Dia menemukan teman ngobrol baru yang akhirnya membuat hubungan mereka makin dekat. Hal semacam ini sudah pernah terlintas di benak Yovan dari awal ibunya membawa serta Arini dalam percakapan mereka selama beberapa waktu. Yovan sadar sekali sang Ibu mudah sekali tersentuh, apalagi terhadap wanita yang mendapatkan ketidakadilan dalam hidupnya itu. Yovan menarik napas dalam-dalam. Aroma tanah selepas hujan yang khas memenuhi indra penciumannya. Yovan menatap barisan pohon palem di sisi kanan yang hampir berdekatan dengan pagar keliling rumah mewah itu. Kalimat ibunya membuat dia tertegun dan enggan beranjak membersihkan diri. Sudah lama peristiwa itu terjadi. Namun dia belum bisa menerima semua kemalangan itu begitu sa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 109 JANGAN PENGARUHI IBU SAYA!

    JANGAN PENGARUHI IBU SAYA! "Ah, selamat pagi, Pak Yovan! Saya tidak tahu Anda akan datang sepagi ini. Silakan," tawar Arini mempersilakan laki-laki itu duduk di teras rumah minimalis itu. Yovan memandang tempat duduk yang ditunjukkan oleh Arini. Sebagai anak pemilik rumah seharusnya dia bisa duduk di dalam rumah yang kini ditinggalinya. Hatinya yang memang sudah tak nyaman dari berangkat tadi akhirnya makin tergambar jelas dari wajahnya. "Maaf, Pak. Rafa sudah berangkat ke sekolah. Di rumah tidak ada orang lain lagi, saya kira Anda paham maksud saya." Arini meremas kedua tangannya. Dia paham laki-laki itu sedikit tersinggung dengan tawaran Arini duduk di teras rumah. Namun alasan yang dikemukakan wanita itu membuat Yovan tak bisa memaksa. Dia menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang usianya mungkin hampir seusia dengan dirinya. Arini dengan cepat ke arah dapur membuat teh manis dan mengambil setoples keripik dari tak lemari dapurnya. Tak lama, dia menyajikannya di depan laki-laki

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 110 JAWABAN TEGAS ARINI

    JAWABAN TEGAS ARINI Teras rumah itu hening seketika. Yovan terengah setelah meluapkan kekesalannya. Sementara Arini menarik napas panjang. Wanita itu mengambil teh dan menyesapnya beberapa tegukan. Setelah berhasil menata perasaan, Arini menegakkan kepala dan tersenyum pada Yovan yang masih menatapnya tajam.“Saya tidak pernah meminta semua bantuan ini, Pak Yovan. Bu Ningrum yang menawarkan, karena posisi saya sedang sulit, saya terima. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi manusia yang merepotkan orang lain. Tidak.” Arini menggeleng pelan.“Apa saya yang menuntut agar Bu Ningrum mau mengganti kerugian karena saya ditabrak? Sama sekali tidak pernah. Bapak bisa tanyakan itu pada Ibu. Apa saya memanfaatkan kebaikan beliau? Saya hanya menerima tawaran, kalau menurut Bapak itu memanfaatkan dan menyulitkan, saya minta maaf.” Arini tersenyum tipis melihat Yovan yang mengalihkan pandangan.“Apa saya menarik simpati Bu Ningrum dengan mengumbar cerita? Entahlah. Kami hanya bertukar cerita. S

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 111 PENYESALAN YOVAN

    PENYESALAN YOVANSetelah perasaannya sudah cukup tenang, Yovan menyalakan mobil. Kesibukan jalanan cukup mengalihkan pikiran Yovan dari perasaan tak enak hati pada Arini barusan. Lelaki itu merutuki diri karena tidak bisa berpikir panjang sehingga akhirnya menyakiti orang lain dan mempermalukan diri sendiri.“Yovan! Pulang sekarang! Raline pendarahan lagi.” Yovan mencengkram kemudi erat-erat saat bayangan beberapa tahun lalu melintas di ruang memori. Dia baru saja sampai di kantor saat telepon dari ibunya masuk. Belum sempat duduk di kursi kerja, dia langsung berlari lagi ke luar ruangan.Sejak awal kehamilan, kondisi kesehatan Raline memang tidak terlalu baik. Dari hasil pengecekan lab, terdapat protein yang jumlahnya cukup tinggi di air urin istrinya. Selain itu, tekanan darahnya yang tidak stabil juga menjadi faktor paling mengkhawatirkan bagi Yovan.“Tekanan darah Bu Raline termasuk tinggi, Pak Yovan. Beberapa kali pemeriksaan, tidak pernah berada di bawah ini. Kondisi ini disebut

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 112 BAWA ARINI PULANG!

    BAWA ARINI PULANG "Dari mana Ibu jam baru pulang?" Yovan menatap ibunya yang berjalan melewati ruang tengah rumah mereka. Di ruangan itulah biasanya mereka berdua menghabiskan waktu berbincang banyak hal. Hari ini Yovan sengaja pulang lebih awal dari biasanya. Dia hanya ingin sampai di rumah dan memastikan ibunya hari ini tak mendapat laporan dari Arini mengenai kedatangannya ke tempat tinggal wanita itu. "Ibu lelah sekali. Hari ini ibu-ibu komplek rumah Arini berkumpul. Mereka tertarik dengan sayur-mayur yang ditanam olehnya. Jadilah seperti bazar dadakan. Kebetulan sekali dia bongkaran hari ini. Ibu jadi ingat dulu kuat menggendong puluhan kilo kangkung dan selada air dari petani dan menjualnya di pasar-pasar sebelum punya ide mengembangkannya seperti sekarang ini," jawab Bu Ningrum sambil memegang tengkuknya yang terasa pegal. Wanita itu tersenyum meski gurat kelelahan terlihat sekali di wajahnya. Yovan bernapas lega. Melihat reaksi ibunya laki-laki itu yakin sekali Arini tak m

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 113 SAKITNYA IBU

    SAKITNYA IBU "Kenapa bisa begini? Tadi pagi saat aku berangkat dia masih baik-baik saja!" Yovan berjalan cepat ke arah kamar ibunya. Seharian ini dia sibuk hingga tak sempat membuka ponselnya sama sekali. Dia tak tahu jika Pak Ratno menghubunginya berkali-kali. Saat pulang tadi baru dia melihat panggilan berulang kali dari laki-laki itu. "Tadi Ibu sudah meminta dokter Wisnu untuk datang. Dia juga sudah diberi obat. Mungkin beliau saat ini sedang beristirahat. Mbok Karti sudah kuminta untuk menemani Ibu di kamar," jelas Pak Ratno sambil berusaha mengimbangi langkah cepat dan lebar Yovan. Selama ini Pak Ratno sudah paham dengan langkah-langkah yang harus dia ambil jika kondisi sedang genting seperti ini. Yovan mengetuk pintu perlahan. Tak lama, pintu pun terbuka dari dalam. Mbok Karti, wajah wanita lanjut usia itu menyembul dari dalam. “Mas Yovan, Ibu baru saja istirahat,” ujar wanita itu sambil menggeserkan tubuhnya memberi jalan Yovan untuk melewati dirinya. “Kata dokter Wisnu I

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 114 YUDA MENEMUKAN ARINI DAN RAFA

    YUDA MENEMUKAN ARINI DAN RAFA "Rin! Arini! Buka!" Arini terlonjak kaget. Dia hampir melepaskan keranjang berisi sayuran yang baru saja dia petik dari kebun belakang rumah. Hari ini dia akan mengantarkan sayuran organiknya ke toko yang terletak di blok sebelah perumahan yang ditempatinya. Tetapi niat itu urung dilakukannya saat dia melihat mantan suaminya sudah berdiri di depan pagar rumah bercat putih itu. Arini bak melihat hantu. Tubuhnya berkeringat dingin dengan debaran jantung yang menggila. Buru-buru dia memutar tubuhnya untuk kembali ke dalam rumah saat teriakan laki-laki itu kembali terdengar. "Rin! Buka! Mas ingin ketemu Rafa!" teriak Yuda yang akhirnya membuat beberapa orang yang kebetulan melintas melihat kejadian aneh tersebut. "Rin, ayolah. Susah payah akhirnya kutemukan kau di tempat ini. Aku ingin sekali bertemu Rafa. Biarkan aku masuk, Rin!" Yuda mendesak Arini membuka kunci pagar rumah itu. Beruntung sekali hari ini dia belum sempat membuka kunci pagar rumahnya.

Bab terbaru

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status