"Mas dimana kamu?, mas angga!." Teriak gemilang. wanita itu memasuki rumah dengan berteriak, bahkan gemilang tidak lagi menghiraukan satpam yang berusaha menahan dirinya. "Keluar kamu mas, kamu sembunyikan di mana wanita gatel itu..." Angga yang mendengar teriakan gemilang langsung berlari menghampiri wanita itu, ia takut alina dan kedua anaknya merasa terganggu. "Apa-Apaan ini gemilang kenapa kamu Teriak-Teriak di dalam rumah" Setak angga berjalan mendekati gemilang. "Di mana kamu sembunyikan mantan istri mu itu mas, kalian sudah bercerai tidak sepantasnya dia masuk ke dalam rumah ini lagi." Ucap gemilang dengan murka, bahkan wajahnya sudah memerah. Sementara Alina hanya melipat kedua tangannya, menatap perdebatan mereka yang menurutnya tidak terlalu penting. "Hentikan omong kosong mu, aku gak mau ya devan dan david dengan ucapan sampah mu itu." Angga mencengkam lengan gemilang dan menyeretnya ke depan pintu rumah angga. "Wanita murahan di mana kau!." Teriaknya
"Mas maafkan aku mas, aku cemburu mantan istrimu itu berusaha mendekati mu mas." Ujar gemilang yang saat ini sedang berada di dalam ruang kerja bersama angga. "Alina hanya melihat kedua putranya gemilang, ayolah jangan rusak suasana. kedua putra ku juga membutuhkannya." Ucap angga yang masih terfokus pada layar laptop di depannya. Gemilang berdiri, ia mendekati angga dengan perlahan, "Mas, tapi aku cemburu." Ujarnya berbisik pada telinga angga. Gemilang memeluk angga dari belakang, kedua tangan meraba dada bidang milik angga, tidak lupa hembusan hembusan kecil gemilang berikan pada telinga angga di sertai gigitan kecil. "Sayang Cukup pekerjaan ku masih banyak." Ucap angga suara serak. Gemilang yang mendengar itu semangkin gencar melakukan aksinya, dirinya duduk di atas pangkuan angga dan menggerakkan tubuhnya perlahan. Dapat gemilang lihat jika angga tidak mampu lagi menahan hasratnya hingga angga mencondongkan wajahnya mendekati gemilang. gemilang dapat merasakan hembus
"Pa kami sudah ter...." Ucapan Devan terhenti saat memasuki kamar papanya itu. Tubuh anak itu menegang saat melihat sang ayah bersama wanita lain di kamar kedua orang tuanya, di ranjang ibunya. "Papa ayok kit..." Devan langsung memeluk adiknya itu, tidak ingin membiarkan sang adik melihat hal yang tidak pantas untuk mereka Pandang. Devan membawa david yang saat ini berada di dalam Pelukkannya perlahan keluar dari kamar itu. Jangan di tanya lagi bagaimana reaksi Angga, Pria itu masuk ke dalam badcover begitupun dengan gemilang, menutupi tubuhnya yang tidak tertutup sehelai benang pun. Angga langsung bergegas membersihkan diri dan bersiap pergi dari dalam kamar tersebut, di tatapnya gemilang yang saat ini sudah menggunakan pakaian lengkap. "Mas tunggu." Gemilang beranjak dari kursi dan mengejar angga. Gemilang berhasil menahan tangan angga, dan menunjukkan senyum termanisnya. "Kamu belum lagi sarapan mas, kenapa harus buru buru?." Tanya gemilang agar angga tidak mengej
Katamu, aku wanita satu satunya yang kamu cintai sepanjang hidup. Katamu, aku akan menjadi wanita satu satunya yang akan menjadi ibu dari anak anak kamu?, Bukan kah begitu?, Ah, rupanya tidak, itu hanya janji manis, dan aku benar benar menyesal percaya akan hal itu?. .... "Siapa mereka mas?" tanya Alina. Tubuh Alina bergetar, menahan sesak di hati melihat wanita berdiri di hadapannya dengan menggendong seorang bayi, yang wanita itu klaim sebagai anak dari suaminya. "Aku Gemilang mbak, sekretaris mas angga." Jawabnya dengan menatap tajam alina. "Aku kesini ingin meminta pertanggung jawaban dari mas angga, tidak ada seorang ibu yang ingin anaknya tidak mendapat kasih sayang seorang ayah." Sambungnya kembali. Tubuh alina terhuyung ke belakang, Jantung alina seakan berhenti berdetak mendengar jika suaminya ternyata memiliki anak bersama wanita lain. Tatapan alina beralih menatap angga. "Mas dia berbohong bukan?, Ti-tidak mungkin kamu mengkhianatikukan mas?." Tanya Alina deng
Bukankah Keluarga Tempat Ternyaman Untuk Menetap, Tapi Kenapa Tidak Untukku. Mereka Menjadi Luka Terdalam Seumur Hidupku. ....... "Cukup Alina, Hentikan omong kosongmu itu. Kau tidak akan bisa mendapatkan laki-laki seperti angga kembali. Biarkan saja wanita itu memiliki anak dari angga, toh cinta angga hanya untuk kamu bukan yang lain." Jawab sang ibu dengan enteng. Alina menatap tidak percaya dengan ucapan wanita yang telah melahirkannya itu, bagaimana ibunya meminta alina bertahan dengan pria yang telah mengkhianatinya. "Tapi bu, mas angga berselingkuh. Dia mengkhianati pernikahan suci kami bu, bagaimana ibu meminta untuk bertahan." Jawab alina dengan menatap wajah sang ibu penuh kekecewaan. "Wajar laki-laki seperti angga memiliki wanita lain alina, pria sukses, mapan dan tampan seperti Angga merupakan impian setiap wanita. Mereka berlomba-lomba ingin tidur di atas ranjang suamimu. Kau malah ingin bercerai dimana pikiranmu?." Teriak sang ibu, Alina memejamkan matanya,
Kalau saja, andai saja.Kata itulah yang selama ini ia rasakan.Beribu penyesalan tidak akan dapat merubah keadaan. Tapi bisakah ia perbaiki masa depan ..... "Mas angga, dia, di-dia punya anak dari sekretarisnya Kia." Ucapnya dengan nada bergetar, Kia yang mendengar itu langsung memeluk Alina dengan erat, memberikan kekuatan untuk iparnya itu. Sedangkan Basmal, ia memejamkan kedua matanya. Ternyata praduganya benar, wanita ular itu tidak akan melepaskan kakaknya begitu saja. "Dia khianati aku kia, dia rusak pernikahan suci kami. Hiks...." Sambungnya dengan lirih. Bahu alina bergetar di dalam pelukan kia, hidupnya hancur dalam sekejam. Kedatangan wanita itu menghancurkan segalanya. Kia mengusap lembut punggung Alina, Kia merelai pelukan itu ketika Alina sudah mulai tenang. "Maafkan aku, aku terlalu terbawa suasana," Ujarnya dengan lirih. "Lalu apa Keputusan kakak?." Alina hanya menggelengkan kepalanya, kejadian ini terlalu tiba-tiba, bahkan tidak pernah terlint
Ia merasa semuanya terasa seperti mimpi, Bagaikan di tikam palu tak kasat mata, Orang yang kata nya sangat mencintai nya justru memberi luka, lalu bagaimana itu bisa terjadi?, cinta seperti apa yang ia maksud?. ... Pagi ini badan Alina mendadak panas, belum lagi kepalanya pusing bukan main. Memang selama beberapa hari ini ia stres dan nafsu makannya berkurang. Belum lagi ia selalu terjaga tengah malam kerena mimpi buruk. Kacau, saat ini alina benar-benar kacau, ah lebih tepatnya hancur. Angga yang melihat istrinya tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, berinisiatif untuk menyiapkan roti panggang untuk sarapan mereka. Namun setelah ia selesai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua alina belum juga turun. Akhirnya ia masuk ke dalam kamar, angga mendapati Alina masih terbaring di atas tempat tidur. Perlahan Angga mendekati Alina, ia mengusap rambut istrinya dengan lembut. Angga mendadak panik saat mendapati telapak tangannya terasa panas. Ia saat ini istri nya sedang
Melepaskan mu, rasanya aku asing dengan itu, karena secuil pun aku tidak pernah memikirkan itu apalagi sampai melakukannya. ... "Kamu itu harus bersyukur dapat suami kayak Angga, lagian pelakor itu kan tidak di nikahi oleh suami mu, anaknya pun tidak berada di sini masih dengan ibunya, jadi kamu aman gak usah berlagak minta cerai." Suara ibu Alina kembali terdengar, orang tua alina berkunjung ke rumah mereka karena ingin melihat kedua cucunya. Sementara Angga menemani ayahnya di ruang tamu. Alina menyampaikan maksud ke inginannya untuk bercerai dengan angga kepada sang ibu, Alina ingin sekali bercerai dengan Angga namun na'as semuanya kembali sia-sia. "Nggak usah aneh-aneh, anak kamu udah dua, kamu nggak kerja, nggak punya tempat tinggal, kamu tau sendirikan rumah ibu kamarnya sudah full, tidak ada kamar lagi yang bisa kamu tempati jika seandainya kamu tinggal dengan ibu, sudahlah kamu tidak akan bisa apa-apa tanpa angga lina jadi jangan betingkah." "Banyak wanita yang ingi
"Pa kami sudah ter...." Ucapan Devan terhenti saat memasuki kamar papanya itu. Tubuh anak itu menegang saat melihat sang ayah bersama wanita lain di kamar kedua orang tuanya, di ranjang ibunya. "Papa ayok kit..." Devan langsung memeluk adiknya itu, tidak ingin membiarkan sang adik melihat hal yang tidak pantas untuk mereka Pandang. Devan membawa david yang saat ini berada di dalam Pelukkannya perlahan keluar dari kamar itu. Jangan di tanya lagi bagaimana reaksi Angga, Pria itu masuk ke dalam badcover begitupun dengan gemilang, menutupi tubuhnya yang tidak tertutup sehelai benang pun. Angga langsung bergegas membersihkan diri dan bersiap pergi dari dalam kamar tersebut, di tatapnya gemilang yang saat ini sudah menggunakan pakaian lengkap. "Mas tunggu." Gemilang beranjak dari kursi dan mengejar angga. Gemilang berhasil menahan tangan angga, dan menunjukkan senyum termanisnya. "Kamu belum lagi sarapan mas, kenapa harus buru buru?." Tanya gemilang agar angga tidak mengej
"Mas maafkan aku mas, aku cemburu mantan istrimu itu berusaha mendekati mu mas." Ujar gemilang yang saat ini sedang berada di dalam ruang kerja bersama angga. "Alina hanya melihat kedua putranya gemilang, ayolah jangan rusak suasana. kedua putra ku juga membutuhkannya." Ucap angga yang masih terfokus pada layar laptop di depannya. Gemilang berdiri, ia mendekati angga dengan perlahan, "Mas, tapi aku cemburu." Ujarnya berbisik pada telinga angga. Gemilang memeluk angga dari belakang, kedua tangan meraba dada bidang milik angga, tidak lupa hembusan hembusan kecil gemilang berikan pada telinga angga di sertai gigitan kecil. "Sayang Cukup pekerjaan ku masih banyak." Ucap angga suara serak. Gemilang yang mendengar itu semangkin gencar melakukan aksinya, dirinya duduk di atas pangkuan angga dan menggerakkan tubuhnya perlahan. Dapat gemilang lihat jika angga tidak mampu lagi menahan hasratnya hingga angga mencondongkan wajahnya mendekati gemilang. gemilang dapat merasakan hembus
"Mas dimana kamu?, mas angga!." Teriak gemilang. wanita itu memasuki rumah dengan berteriak, bahkan gemilang tidak lagi menghiraukan satpam yang berusaha menahan dirinya. "Keluar kamu mas, kamu sembunyikan di mana wanita gatel itu..." Angga yang mendengar teriakan gemilang langsung berlari menghampiri wanita itu, ia takut alina dan kedua anaknya merasa terganggu. "Apa-Apaan ini gemilang kenapa kamu Teriak-Teriak di dalam rumah" Setak angga berjalan mendekati gemilang. "Di mana kamu sembunyikan mantan istri mu itu mas, kalian sudah bercerai tidak sepantasnya dia masuk ke dalam rumah ini lagi." Ucap gemilang dengan murka, bahkan wajahnya sudah memerah. Sementara Alina hanya melipat kedua tangannya, menatap perdebatan mereka yang menurutnya tidak terlalu penting. "Hentikan omong kosong mu, aku gak mau ya devan dan david dengan ucapan sampah mu itu." Angga mencengkam lengan gemilang dan menyeretnya ke depan pintu rumah angga. "Wanita murahan di mana kau!." Teriaknya
Alasan bertahan adalah karena nggak sanggup melihat dia bersanding dengan orang lain.....Alina terkejut saat melihat Angga di depan gerbang kost nya, laki laki itu masih memakai setelan kerja, dengan menggunakan kemeja maroon dan di padukan dengan celana hitam. Namun tidak ada jas yang melekat di tubuh nya.Rambut nya yang sudah acak acak kan malah menambah kadar ketampanan nya, Alina buru buru menggelengkan kepala nya berusaha menyadarkan dirinyaSementara angga a terpaku melihat penampilan istrinya. Ah ralat, mantan istrinya ck, demi tuhan dia benar benar benci mengatakan ini. Dan hatinya terasa perih saat menyadari Alina dan dirinya kini telah berpisah.Tapi tak dapat di pungkiri, Alina terlihat sangat cantik, dengan rok span yang melekat di tubuhnya. Tapi sepertinya angga kurang suka melihat rok span yang saat ini alina kenakan, lihat saja lekukkan tubuh mantan istrinya semangkin terlihat jelas. Ia sangat tidak suka sungguh. Ia tidak rela ada laki laki yang menatap kagum pada a
Cinta tidak harus memiliki itu adalah satu hal yang menyakitkan, dan aku sangat membenci itu.....Angga telah resmi bercerai dengan Alina, namun persidangan kali ini Alina tidak datang, wanita itu hanya di wakilkan oleh kuasa hukumnya sajaSedih tentu saja ia masih ingin melihat Alina walau pun hanya sebentar, ia masih ingin mengobrol dengan alina walaupun hanya sepatah dua kata saja.Belum lagi sampai detik ini angga masih belum mengetahui tempat tinggal alina, mantan mertuanya pun tidak tau di mana alina tinggal.Lalu apa mungkin bram tau di mana alina tinggal, menyebut nama bram saja rasanya ia sudah ingin murka, entah kenapa ia merasa bram tau di mana tempat tinggal alina saat ini"Awasi bramudya, bisa jadi laki laki itu tau, di mana Alina tinggal." Perintah angga kepada beberapa anak buahnyaTangannya terkenal membayangkan bram berdekatan dengan Alina saja rasa nya sudah membuat nya cemburu bukan main.Lalu bagaimana jika angga mengetahui apa yang hampir terjadi antara alina den
Balas Dendam tidak selamanya menghasilkan kepuasan. -Alina- ---- bram mendekati Aljna yang duduk di sisi tempat tidur, alina sudah mengenakan baju tidur lengan panjang dan celana panjang. "Maaf lina, aku gak bisa mengontrol diri ku sendiri." Alina menggigit bibir bawahnya, "Maaf bram, Aku juga salah." Air mata Alina tidak mampu ia bendung lagi. "Aku berpikir ka-kalau aku juga di sentuh laki laki lain apakah anggq juga merasa kan hal yang sama seperti apa yang aku rasa kan. Tapi ini semua salah aku..." Bram membawa Alina ke dalam pelukannya, padahal ia tau perasaan alina saat ini, bodohnya bram hampir saja melakukan kesalahan fatal. "Maaf Lina, ini semua salah ku. Jangan membalas kan dendam apapun lina, orang yang membalas dendam tidak selamanya akan menemukan kebahagiaan justru kita akan merasa kan penyesalan seumur hidup lin." "Aku minta maaf sekali lagi lina, ini semua salah aku, aku yang nggak bisa ngobrol diri aku sendiri." Alina melepaskan pelukan bram. Menyalahkan br
Bram menelan ludah, "Maksud ku, kamu tidur di bawah aku tidur di tempat tidur, gimana?." Bram mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengangguk setuju. "Iya udah kamu tidur." Bram berjalan, ia mengambil kasur lipat, di kamar sebelah dan membawanya ke kamar utama, Bram meletakkan kasur lipat di atas lantai, dekat ranjang dan merebahkan diri. Ia mengabaikan debaran jantungnya yang menggila. "Bram" "Hemm." "Kamu ke dinginnya." "Hemm, lumayan." "Maaf." "Tidur Alina." Alina mengabaikan bram, ia beranjak mengambil satu buah selimut di dalam lemari, namun naas karena pencahayaan yang minim kakinya tersandung di ujung kasur lipat dan akhirnya alina terjatuh di atas tubuh bram. bram meringis, ia membuka mata melihat wajah alina yang begitu dekat dalam pencahayaan yang minim. Alina terlihat sangat cantik dan mempesona. "Ada yang sakit?," Tanya bram dengan suara serak dan di jawab dengan gelanggang kepala oleh Alina. Alina buru-buru bangun dari atas tubuh bram. Ia l
Hari ini seperti mimpi buruk yang membuat ku terlihat tidak berdaya. .... Angga melirik Alina yang menatap lurus ke depan. Istrinya ah, ralat wanita yang sangat ia cintai, terlihat semangkin cantik saja. Kali ini alina mengenakan dress cantik berwarna sage. Dengan rambut yang di gerai namun tatap menggunakan jepit rambut, sebagai pemanisnya. Alina tampak segar dan seperti wanita yang masih remaja. Eemm, astaga angga semangkin takut, setelah ini pasti banyak sekali laki-laki yang mendatangi wanitanya. Setelah sidang selesai, Angga mengikuti alina yang berjalan keluar seorang diri. "Lina." Alina menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Angga dengan raut penuh tanda tanya. Angga salah tingkah sendiri di tatap dengan demikian. Dadanya berdebar, ia seperti anak remaja yang baru saja jatuh cinta saja. "Mau aku antar pulang?", sejujurnya itu hanya alibinya saja. Karena dengan mengantar alina pulang, ia bisa tau di mana alina tinggal. Alina menggeleng, sampai detik ini p
Kalau boleh minta, bisakah aku minta waktu mu seumur hidup hanya dengan ku. Karena kehilangan mu sama seperti hidup tapi mati. .... Devan bukan tidak mengerti tentang permasalahan yang terjadi antara ke dua orang tua nya. Ia melihat sendiri bagaimana wanita itu datang menangis tersedu sedu memohon kepada papanya untuk bertanggung jawab kepada bayi kecil yang ada di dalam gen,... devan pun tak sanggup untuk melanjutkan nya. Sejujurnya devan kecewa, sangat kecewa kepada papanya, yang sudah menyakiti hati dan perasaan mamanya. Ia pun sama kecewanya, karena faktanya ia memiliki adik dari wanita lain bukan mamanya yang telah melahirkan adik ke duanya itu. Tapi saat menguning pembicaraan papa dan mamanya, rupanya bayi itu adalah adek tirinya. Jujur saja katakan lah ia jahat, ia tidak peduli dengan adiknya itu. devan akan sangat senang, sangat senang jika anak papanya dengan wanita lain yang menyakiti mamanya itu meninggal dunia, Agar alasan yang menjadi kehancuran keluarga pergi sel