Share

Bab 3

Author: Reny aprilia
last update Last Updated: 2022-02-18 12:57:48

Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Hanna yang saat itu tengah sibuk dengan HP tidak mendengar ketukan tersebut. Dia sibuk mengirimkan lamaran-lamaran kerja yang dia dapat diinternet dan media sosial. Seperti rencananya dari awal, dia akan mencari kerja setelah menikah di tempat kelahirannya.

Karena tidak ada yang membuka pintu akhirnya pintu langsung dibuka dari luar. Ternyata itu Bi Rahmi yang kemudian langsung mencari keberadaan Hanna.

“Han, kamu lagi apa, Han?”

“Loh, Bi Rahmi. Kapan datangnya, Bi. Aku kok gak dengar?”

“Tadi Bibi ketuk pintu berkali-kali tapi gak ada yang bukain jadi langsung masuk aja. Ternyata pintunya juga gak dikunci.”

“Iya Bi, emang Hanna gak pernah kunci pintu kalau gak lagi tidur.”

“Emangnya kamu lagi ngapain, Han. Sampai gak dengar Bibi datang?”

“Aku lagi sibuk sama HP ini, Bi. Lagi kirim lamaran kerja. Tapi dari kapan hari belum juga ada panggilan.”

“Sabar Han. Emang cari kerja itu gak gampang. Oh iya Han, Bibi kesini mau numpang nonton TV. Di rumah jenuh gak ada TV.”

“Ya udah sini Bi, biar Hanna temenin. Kebetulan Hanna juga gak ada temen ngobrol.”

Tidak lama kemudian terdengar suara motor yang datang. Suara yang tidak terdengar asing bagi Hanna. Ferdi datang untuk mengambil bekal makan siangnya. Biasanya kalau toko rame, Hanna yang mengantar bekal untuk Ferdi.

“Dek, kamu lagi apa? Mas mau ambil bekal.”

“Aku lagi nonton TV sama Bi Rahmi, Mas. Tapi kayaknya Bibi ketiduran. Padahal baru aja kami berbincang sebentar.”

“Ya udah biarin, mungkin Bibi capek.”

“Aku ambilin dulu bekalnya di meja makan ya. Tadi udah aku siapain.”

Bergegas Hanna mengambil bekal suaminya, karena dia tau kalau suaminya itu tidak bisa meninggalkan toko terlalu lama.

“Ini Mas bekalnya. Aku juga udah bikinin kopi buat Mas. Masih hangat. Jadi Mas gak perlu beli.”

“Makasih ya, Dek. Oh iya Dek, sebenarnya ada yang mau mas bicarakan sama kamu.”

“Mau biacara apa, Mas.”

“Mas rasa kamu harus segera tau hal ini, Dek. Tapi janji jangan marah ya.”

“Ada masalah apa, Mas? Serius ya? Sampai Mas nyuruh aku janji buat gak marah.”

“Ada masalah di toko, Dek. Kayaknya nanti Mas pulang agak malam. Takut kamu udah tidur jadi gak bisa ngobrol masalah ini.”

“Ya udah kalau gitu kita bicara di dapur aja ya, Mas. Takut Bi Rahmi nanti keganggu.”

Hanna segera berjalan ke dapur diikuti Ferdi dibelakangnya. Hatinya tampak gelisah tak karuan. Sepertinya suaminya itu memiliki masalah serius yang akan disampaikan. Namun dia berusaha untuk tetap tenang.

“Di sini aja, Mas. Ada masalah apa memangnya di toko.”

“Jadi gini, Dek. Tadi waktu Mas sampai toko, Ibu udah ada di depan toko nungguin Mas. Ibu kira selama ini Mas selalu buka siang dan tutup masih sore. Padahal Mas tutup lebih awal itu cuma kemarin aja karena warung lagi sepi banget. Ditambah lagi Ibu lihat beberapa barang yang kosong karena belum Mas stok lagi”

“Terus Mas udah coba jelasin ke Ibu?”

“Udah, Dek. Tapi ibu anggap kalau itu cuma alasan aja. Ibu tetap gak percaya sama semua penjelasan dari Mas.”

“Berarti ada kesalahpahaman antara Ibu sama Mas. Dan ini harus diluruskan.”

“Percuma Dek. Ibu bukan tipe orang yang mudah percaya gitu aja. Apalagi mulai sekarang Ibu yang akan pegang semua uang toko. Tiap sore Ibu akan datang ngecek ke toko dan Mas harus setorkan hasil penjualan hari itu ke Ibu.”

“Loh kok jadi gini Mas. Tapi uang buat jatah belanja harian aku tetap ada kan, Mas?”

“Mas gak yakin bisa ambil uang tiap hari buat kamu, Dek. Soalnya Mas takut kalau nanti Ibu mengira kita boros.”

“Terus aku belanja pake apa, Mas. Tiap hari aku udah berusaha hemat dari uang yang Mas kasih. Selama ini mas cuma kasih jatah lima puluh ribu untuk sehari dan itu juga untuk keperluan gas, listrik dan galon. Itu aja aku berusaha sisain uang untuk ditabung. Itu masih dibilang boros?”

“Bukan begitu, Dek. Kamu sabar dulu. Biar Mas yang cari jalan keluarnya.”

“Jalan keluar seperti apa, Mas. Aku tau persis kalau Mas gak akan bisa melawan sama Ibu. Bukannya aku nyuruh mas jadi anak yang pembangkang sama orangtua. Tapi harusnya Ibu paham kalau Mas cuma dapat penghasilan dari toko aja untuk ngehidupin aku. Karena gimanapun aku udah jadi istri Mas. Jadi udah selayaknya Mas bertanggungjawab atas kebutuhanku. Gak mungkin aku minta uang ke Ibu atau bapakku. Bisa malu aku,Mas.”

“Kamu jangan emosi dulu, Dek. Mas akan cari jalan keluar. Kalau memang dari toko gak bisa diandalkan, Mas akan cari kerjaan lain.”

“Iya, terserah aja.” Hanna mulai lelah dengan semua kata-katanya.

“Ya udah kalau gitu Mas berangkat dulu ya, Dek. Kamu baik-baik di rumah. Jangan dipikirin masalah ini biar Mas yang cari solusi. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Bagaimanapun semua perbincangan mereka menjadi beban pikiran bagi Hanna. Dia tidak menyangka akan terjadi masalah seperti ini. Sementara dia sendiri belum juga mendapat pekerjaan. Dia takut kalau Ibunya tahu akan menjadi masalah baru lagi. Apalagi mengingat sebelumnya, Ibunya sempat mempermasalahkan Ferdi yang hanya bekerja di toko. Malah sekarang hasil dari toko pun sudah dikuasai oleh mertuanya.

Saat itu yang Hanna ingat hanya perkataan orangtua Ferdi yang telah memberikan kepercayaan pada Ferdi toko itu karena setelah menikah, Ferdi tidak lagi ikut bekerja ayahnya ke luar kota. Namun kini dia mendapati kenyataan yang berbeda.

“Han, kamu lagi apa di dapur? Ferdi barusan sudah berangkat.”

“Loh, Bi Rahmi sudah bangun?”

“Iya tadi Bibi kebangun, Han. Kamu tadi tengkar sama Ferdi”

Sepertinya perdebatannya tadi dengan Ferdi membangunkan Bi Rahmi. Hanna yang terlalu syok dengan perkataan Ferdi tidak sadar kalau suaranya terlalu keras saat bicara.

“Enggak kok, Bi.”

“Tadi Bibi denger ribut-ribut di dapur. Kalau ada masalah diselesaikan baik-baik, Han. Gak baik kalau gampang emosi.”

“Gimana gak emosi Bi. Tadi Mas Ferdi cerita kalau sekarang toko yang pegang itu Ibu mertua. Mas Ferdi tetap kerja di sana tapi kalau tutup harus setor pendapatan hari itu ke Ibu mertua.”

Hanna menceritakan semua keluh kesahnya pada Bi Rahmi. Karena bagi Hanna, Bi Rahmi teman bicara yang baik dan juga dapat dipercaya menjaga rahasia. Bukan maksud dia mau membuka aib keluarga kecilnya. Tapi dengan begitu dia banyak mendapat nasehat dari Bi Rahmi.

“Kalau begitu kamu harus bantu keuangan keluarga, Han.”

“Tapi kan belum ada satupun lamaran yang aku kirim ada hasil, Bi.”

“Kalau cari kerja susah. Kamu usaha aja, Han. Kira-kira kamu bisa bikin apa gitu. Apa mau jualan baju kayak teman SD kamu?”

“Baju itu gak tiap hari laku, Bi. Tapi mungkin aku bikin ayam geprek aja kali, Bi.”

“Boleh juga itu. Kata Firman ayam geprek buatan kamu kan enak, Han. Dicoba aja dulu.”

“Iya Bi, aku mau coba bikin ayam geprek.” Hanna bersemangat.

“Jangan kuatir nanti pasti Bibi bantu.”

“Oke Bi.”

Merasa mendapatkan harapan baru, Hanna sangat bersemangat dengan usahanya ini. Dia memasak ayam geprek dan membuat promosi yang di upload di F* dan W*. Setelah meng-upload foto ayam geprek yang lengkap dengan sayur dan nasi ke F*, Hanna melakukan pekerjaan rumah seperti biasa.

Betapa senangnya Hanna ternyata dari foto ayam geprek yang dia upload ada beberapa yang memesan. Dia sangat senang walaupun hanya beberapa saja yang memesan. Baginya itu adalah awal yang bagus.

Related chapters

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 4

    Hanna bangun pagi-pagi sekali untuk mulai menyiapkan ayam geprek pesanan para pelanggan barunya. Dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang membeli ayam geprek bikinannya itu. Sebelumnya dia sudah membeli keperluan untuk berjualan. Dia bertekad akan bekerja keras demi mendapat penghasilan karena kemarin Ferdi sudah tidak bisa membawa uang untuk belanja harian. Ferdi hanya bisa memberi tiga hari sekali itupun dengan nilai yang sama seperti biasa.“Dek, kamu ngapain pagi-pagi udah di dapur. Ini masih subuh loh.” Ferdi yang hendak menunaikan ibadah melihat Hanna yang sudah sibuk di dapur. Biasanya istrinya itu masih harus dia bangunkan dulu. Setelah sholat pun Hanna biasanya kembali tidur dan bangun lagi saat ibunya mampir.“Aku lagi ada pesanan buat besok, Mas.”“Pesanan apa, Dek?” Ferdi tidak mengetahui Hanna berjualan ayam geprek bingung, sebab saat Ferdi pulang malamnya, Hanna sudah ketiduran.“Aku belum sempa

    Last Updated : 2022-02-18
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 5

    Seharian Hanna sibuk di dapur dan bolak balik mengantar kiriman. Hari ini cukup banyak pesanan yang masuk. Setelah mengantar pesanan teman Kania, lalu Hanna lanjut mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Belum lagi pesanan yang masuk dadakan hari ini. Sekitar lima puluh pesanan diterimanya hari ini. Untungnya ada Bi Rahmi yang selalu setia membantu Hanna.Cukup lelah Hanna bekerja, dia tak sengaja tertidur pada jam tiga sore di depan TV. Dia tidak lagi menerima pesanan karena kehabisan ayam. Sementara penjual ayam dekat rumahnya juga belum ada stok ayam yang datang pada jam itu.Hanna terbangun jam empat sore. Dia kaget karena cukup lama ketiduran. Segera dia mandi dan membereskan rumah. Setelah semua selesai, dia teringat dengat perkataan Ferdi. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul Ferdi ke toko sekalian berbelanja untuk jualan besok. Dia tahu kalau Ibu mertuanya pasti sudah di toko.*****Setelah belanja semua keperluan untuk jualan besok, dia lan

    Last Updated : 2022-02-18
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 6

    Dari pagi sampai siang, Hanna belum juga istirahat karena hari itu Bi Rahmi tidak bisa membantu karena sakitnya kambuh. Setelah mengantarkan beberapa pesanan terakhir, Hanna merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu sambil melihat HP nya barang kali ada yang pesan lagi. Ternyata ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ibunya. Sejak Hanna berjualan, Ibunya belum pernah berkunjung. Tidak biasa Ibunya menelpon sampai beberapa kali. Dia tahu kalau Ibunya menelpon bila ada keperluan saja. Segera dia menelpon kembali Ibunya. Ternyata langsung dijawab. “Halo, Bu. Ada apa menelpon? Tadi Hanna lagi dijalan.” “Han, kamu bisa bantu Ibu tidak sekarang? Ke sini sekarang? Bantu Ibu bawa barang-barang.” “Barang-barang apa, Bu?” “Ibu habis tengkar dengan bapak, Ibu mau pindah ke sana aja, Han. Biar sementara bapak sadar dulu sama kesalahannya.” Seketika Hanna kaget mendengar kalimat yang baru diucapkan Ibunya. Itu berarti orang tuanya sedang tida

    Last Updated : 2022-03-21
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 7

    "Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk

    Last Updated : 2022-03-22
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 8

    Hari minggu Hanna tidak mendapat pesanan dari anak SMP, teman-teman Kania. Dia hanya membuka pesanan untuk delivery saja lewat WA dan FB. Sehingga dia tidak begitu sibuk di pagi hari. Saat hendak ke toko, dia bertemu dengan salah satu tetangganya yang langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan."Mau kemana, Han? Kok buru-buru?""Mau ke toko, mbak Wati. Minyak dirumah habis. kemarin lupa belum beli.""Buat jualan apa buat masak?""Buat jualan nanti, mbak.""Ngomong-ngomong, kamu sudah hamil apa belum, Han? Si Rita, saudaraku yang nikahnya barengan sama kamu sudah hamil tiga bulan. Kok kamu belum hamil juga!""Mungkin belum rejeki ya, mbak. Belum dikasih kepercayaan. Nanti kalau udah waktunya pasti dikasih.""Jangan mikir gitu, Han. Jaman sekarang sudah canggih. Kalau seandainya ada yang bermasalah, diperiksa aja langsung ketahuan. Kamu coba aja periksa ke dokter, Han.""Maksud mbak, aku bermasalah dalam arti susah hamil? Begitu, mbak?""

    Last Updated : 2022-03-22
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 9

    Seharian, Hanna tidak bisa fokus berjualan karena memikirkan cara bagaimana menyampaikan dua kabar pada Ferdi, satu kabar bahagia sedangkan satu lagi kabar buruk. Bagaimana tidak, dalam waktu dua minggu Ferdi sudah harus mendapatkan pekerjaan. Sementara mencari kerja itu tidaklah gampang.Pikiran Hanna yang kacau membuatnya terus melamun sepanjang hari sambil menyiapkan pesanan, hingga ada beberapa ayam yang digoreng jadi gosong. Sehingga Bi Rahmi yang mengerjakan sebagian besar kerjaan Hanna hari itu. Sementara Ratna, dia lebih memilih tiduran dikamar Firman setelah memarahi Hanna.“Han, semuanya udah selesai. Itu beberapa pesanan terakhir yang belum diantar, Bibi taruh di atas meja, ya? Kamu jangan melamun terus, orang hamil gak boleh kalau banyak pikiran. Kamu harusnya bahagia, bukannya malah bingung gitu.”“Tadi Bibi tahu sendiri kalau Ibu marah banget. Aku jadi serba salah, Bi. Bingung cara ngomongnya ke Mas Ferdi nanti, biar dia gak tersinggung. Tapi aku rasa yang

    Last Updated : 2022-03-23
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 10

    Setelah mendengar cerita Rini soal Ferdi yang bermain judi online, Ratna sangat marah dan mencari keberadaan Hanna. Sementara Hanna sedang membuat pesanan ayam geprek di dapur, mendengar teriakan ibunya berkali-kali memanggilnya, namun dia tidak menghiraukannya. "Han, kamu lagi ngapain aja? Dari tadi dipanggil kamu diem aja!""Hanna lagi goreng ayam, Bu. kalau ditinggal nanti ayamnya gosong," jawab Hanna dengan santai."Barusan ada Mbak Rini ke sini. Dia cerita ke Ibu kalau Ferdi tiap nongkrong di sana yang dibahas cuma judi online. Ferdi itu main judi online, Han! Kamu tahu gak? Keterlaluan anak itu.""Memangnya Mbak Rini tahu sendiri kalau Mas Ferdi ikut main, Bu?" ucap Hanna yang mencoba melindungi suaminya, meski sebenarnya dia tahu kalau yang dikatakan Rini itu memang benar."Jelas Mbak Rini tahu, Han. Dia itu ada di sebelah mereka waktu ngobrol. Pokoknya kamu harus tegas. kalau kamu biarin aja, makin gak jelas Ferdi nanti. Kerjaan aja belum jelas, ber

    Last Updated : 2022-03-24
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 11

    Ningrum berjalan masuk ke dalam toko menghampiri Ferdi yang tengah bermain HP. Dia langsung mengambil Hp Ferdi. Ferdi yang tidak tahu apa-apa sontak kaget melihat Ibunya yang terlihat emosi."Ada apa sih, Bu?""Ayo kamu keluar, Fer. Cepat!"Ferdi mengikuti Ningrum yang berjalan ke luar toko. Di luar toko, masih ada Hanna yang duduk termenung sendirian."Ada apa sih, kenapa Ibu marah gitu?""Jujur kamu, Ferdi. Selama ini kamu gunakan buat apa uang toko? Kamu kasih ke Hanna semua? Bahkan buat stok barang uangnya tidak cukup. Tapi Hanna tadi bilang, kamu main judi online. benar begitu?""Enggak, Bu. Hanna cuma adal nuduh aja. Yang pakai HP Ferdi itu teman.""Jangan alasan, sudah tertangkap basah masih gak mau ngaku juga?"Hanna hanya melihat pertengkaran mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia takut ucapannya akan salah di mata mereka."Ya sudah kalau gak percaya.""Kalau memang kamu gak main judi, terus uang toko buat

    Last Updated : 2022-03-25

Latest chapter

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 15

    Keesokan harinya Hanna mengumpulkan niat untuk menemui Mita di tempat kerjanya. Dia ingin memastikan sendiri, apa hubungan Mita dengan Ferdi. Hanna ditemani oleh Kania, dia sengaja mengajak Kania agar nanti tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi saat ini dia tengah hamil muda. Meski begitu rasa penasarannya membuat Hanna menguatkan niat untuk tetap pergi menemui Mita.Diperjalanan menuju tempat kerja Mita, Kania sempat mengingatkan Hanna agar tidak terbawa emosi."Mbak, Nanti jangan terlalu emosi ya. Aku takut kalau Mas kepancing emosi. Apalagi sekarang Mbak lagi hamil. Kasihan dedek bayi kalau Mbak marah-marah," pinta Kania sambil mengendarai motornya."Tenang aja, Nia. Mbak gak akan marah-marah. Apalagi kalau nanti banyak orang. Pasti Mbak juga malu," jawab Hanna."Ya udah, bagus kalau begitu. Aku juga malu kalau sampai ribut-ribut, Mbak," ucap Kania sambil tertawa.Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat kerja Mita. Di sana terlihat beberapa orang sedang makan da

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 14

    Dengan teliti, Hanna mengamati satu persatu pesan percakapan antara Ferdi dengan Mita. Dari sana, Hanna bahkan bisa menyimpulkan kalau Mita yang selalu mengirim pesan pada Ferdi. Bahkan dia tak ragu sesekali meminta Ferdi untuk mampir ke warung tempatnya bekerja.[Mas, hari ini kirim kemana?][Lagi sibuk ya, Mas?][Kalau kirim ke arah sini, nanti makannya di warung sini aja, Mas. Nanti aku kasih gratis kopi deh.]Beberapa kali setelah Mita mengirim pesan, akhirnya Ferdi membalas.[Maaf ya, Mit. Hari ini lagi sibuk banget. Banyak yang harus dikirim. Lain kali aja makan di sana.][Oke, deh. Mita tunggu kedatangannya. Yang semangat kerjanya.][Oke, kamu juga.]Melihat percakapan antara Ferdi dan Mita, seketika hatinya mendidih. Dia bahkan tak lupa mencatat nomor HP Mita. Berjaga-jaga barangkali wanita itu terus berulah, Hanna tak segan untuk memberi peringatan langsung padanya. Tak lama kemudian, Ferdi yang selesai mandi langsung masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya diranjang.

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 13

    Setelah Ferdi selesai mandi, Hanna sudah menunggunya dengan segudang pertanyaan. Hanna sangat penasaran dengan orang yang mengirim pesan pada Ferdi. Bahkan pengirim pesan itu juga sempat menunggu kedatangan Ferdi."Mas, coba sini aku mau bicara.""Mau bicara apa, Dek?""Hp Mas tadi bunyi, ternyata ada WA masuk. Tapi gak ada nama kontaknya. Ini dari siapa? Kok dia bilang nunggu Mas buat mampir kesana?""Coba Mas liat dulu,"tanya Ferdi sambil mengambil HP nya dari Hanna."Oh, ini tadi beli beberapa karung semen ke toko. Dia pegawai di warung makan dekat pasar. Niatnya Mas tadi mau sekalian antar semen pesanannya. Ternyata malah ada musibah, jadinya batal.""Beneran? Mas gak bohong kan? Awas aja kalau macam-macam, udah tahu aku lagi hamil.""Gak lah, Dek. Kamu percaya aja sama Mas. Udah selesai kan? Kalau gitu Mas mau makan dulu, habis itu mau tidur. Besok harus kerja lagi bangun pagi."Hanna masih merasa ragu dengan penjelasan Ferdi. Tapi dia berus

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 12

    "Dek, jangan lama-lama ya berangkatnya," sambung Ferdi."Gak coba Mas kabari langsung telpon ke Toko Bangunannya aja?""Gak diangkat, Dek.""Ya udah aku berangkat dulu sekarang."Hanna bergegas berangkat ke Toko Bangunan tempat Ferdi bekerja. Dia sangat khawatir dengan keadaan Ferdi. Meski begitu, dia berusaha untuk fokus menyetir motor. Apalagi mengingat dia sedang hamil. Karena keselamatan janinnya yang utama.Sesampai di Toko Bangunan, Hanna segera memberitahukan hal tersebut pada pemilik toko. Kemudian sang pemilik toko langsung mengirimkan beberapa pekerjanya menuju ke tempat Ferdi berada. "Makasih ya, Mbak, sudah dikabari. Sampai jauh-jauh kesini. Nanti biar saya sama pekerja di sini yang urus. Mbak jangan khawatir,"ucap pemilim Toko Bangunan, Pak Banu namanya."Iya, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang dulu.""Gak mampir dulu ke Bu Ningrum, Mbak?" tanya Pak Banu."Enggak, Pak. Saya lagi buru-buru soalnya," jawab Hanna. Dia tidak mampir ke r

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 11

    Ningrum berjalan masuk ke dalam toko menghampiri Ferdi yang tengah bermain HP. Dia langsung mengambil Hp Ferdi. Ferdi yang tidak tahu apa-apa sontak kaget melihat Ibunya yang terlihat emosi."Ada apa sih, Bu?""Ayo kamu keluar, Fer. Cepat!"Ferdi mengikuti Ningrum yang berjalan ke luar toko. Di luar toko, masih ada Hanna yang duduk termenung sendirian."Ada apa sih, kenapa Ibu marah gitu?""Jujur kamu, Ferdi. Selama ini kamu gunakan buat apa uang toko? Kamu kasih ke Hanna semua? Bahkan buat stok barang uangnya tidak cukup. Tapi Hanna tadi bilang, kamu main judi online. benar begitu?""Enggak, Bu. Hanna cuma adal nuduh aja. Yang pakai HP Ferdi itu teman.""Jangan alasan, sudah tertangkap basah masih gak mau ngaku juga?"Hanna hanya melihat pertengkaran mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia takut ucapannya akan salah di mata mereka."Ya sudah kalau gak percaya.""Kalau memang kamu gak main judi, terus uang toko buat

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 10

    Setelah mendengar cerita Rini soal Ferdi yang bermain judi online, Ratna sangat marah dan mencari keberadaan Hanna. Sementara Hanna sedang membuat pesanan ayam geprek di dapur, mendengar teriakan ibunya berkali-kali memanggilnya, namun dia tidak menghiraukannya. "Han, kamu lagi ngapain aja? Dari tadi dipanggil kamu diem aja!""Hanna lagi goreng ayam, Bu. kalau ditinggal nanti ayamnya gosong," jawab Hanna dengan santai."Barusan ada Mbak Rini ke sini. Dia cerita ke Ibu kalau Ferdi tiap nongkrong di sana yang dibahas cuma judi online. Ferdi itu main judi online, Han! Kamu tahu gak? Keterlaluan anak itu.""Memangnya Mbak Rini tahu sendiri kalau Mas Ferdi ikut main, Bu?" ucap Hanna yang mencoba melindungi suaminya, meski sebenarnya dia tahu kalau yang dikatakan Rini itu memang benar."Jelas Mbak Rini tahu, Han. Dia itu ada di sebelah mereka waktu ngobrol. Pokoknya kamu harus tegas. kalau kamu biarin aja, makin gak jelas Ferdi nanti. Kerjaan aja belum jelas, ber

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 9

    Seharian, Hanna tidak bisa fokus berjualan karena memikirkan cara bagaimana menyampaikan dua kabar pada Ferdi, satu kabar bahagia sedangkan satu lagi kabar buruk. Bagaimana tidak, dalam waktu dua minggu Ferdi sudah harus mendapatkan pekerjaan. Sementara mencari kerja itu tidaklah gampang.Pikiran Hanna yang kacau membuatnya terus melamun sepanjang hari sambil menyiapkan pesanan, hingga ada beberapa ayam yang digoreng jadi gosong. Sehingga Bi Rahmi yang mengerjakan sebagian besar kerjaan Hanna hari itu. Sementara Ratna, dia lebih memilih tiduran dikamar Firman setelah memarahi Hanna.“Han, semuanya udah selesai. Itu beberapa pesanan terakhir yang belum diantar, Bibi taruh di atas meja, ya? Kamu jangan melamun terus, orang hamil gak boleh kalau banyak pikiran. Kamu harusnya bahagia, bukannya malah bingung gitu.”“Tadi Bibi tahu sendiri kalau Ibu marah banget. Aku jadi serba salah, Bi. Bingung cara ngomongnya ke Mas Ferdi nanti, biar dia gak tersinggung. Tapi aku rasa yang

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 8

    Hari minggu Hanna tidak mendapat pesanan dari anak SMP, teman-teman Kania. Dia hanya membuka pesanan untuk delivery saja lewat WA dan FB. Sehingga dia tidak begitu sibuk di pagi hari. Saat hendak ke toko, dia bertemu dengan salah satu tetangganya yang langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan."Mau kemana, Han? Kok buru-buru?""Mau ke toko, mbak Wati. Minyak dirumah habis. kemarin lupa belum beli.""Buat jualan apa buat masak?""Buat jualan nanti, mbak.""Ngomong-ngomong, kamu sudah hamil apa belum, Han? Si Rita, saudaraku yang nikahnya barengan sama kamu sudah hamil tiga bulan. Kok kamu belum hamil juga!""Mungkin belum rejeki ya, mbak. Belum dikasih kepercayaan. Nanti kalau udah waktunya pasti dikasih.""Jangan mikir gitu, Han. Jaman sekarang sudah canggih. Kalau seandainya ada yang bermasalah, diperiksa aja langsung ketahuan. Kamu coba aja periksa ke dokter, Han.""Maksud mbak, aku bermasalah dalam arti susah hamil? Begitu, mbak?""

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 7

    "Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk

DMCA.com Protection Status