Share

Bab 4

Author: Reny aprilia
last update Last Updated: 2022-02-18 13:01:46

Hanna bangun pagi-pagi sekali untuk mulai menyiapkan ayam geprek pesanan para pelanggan barunya. Dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang membeli ayam geprek bikinannya itu. Sebelumnya dia sudah membeli keperluan untuk berjualan. Dia bertekad akan bekerja keras demi mendapat penghasilan karena kemarin Ferdi sudah tidak bisa membawa uang untuk belanja harian. Ferdi hanya bisa memberi tiga hari sekali itupun dengan nilai yang sama seperti biasa.

“Dek, kamu ngapain pagi-pagi udah di dapur. Ini masih subuh loh.” Ferdi yang hendak menunaikan ibadah melihat Hanna yang sudah sibuk di dapur. Biasanya istrinya itu masih harus dia bangunkan dulu. Setelah sholat pun Hanna biasanya kembali tidur dan bangun lagi saat ibunya mampir.

“Aku lagi ada pesanan buat besok, Mas.”

“Pesanan apa, Dek?” Ferdi tidak mengetahui Hanna berjualan ayam geprek bingung, sebab saat Ferdi pulang malamnya, Hanna sudah ketiduran.

“Aku belum sempat bilang, Mas. Jadi aku mulai hari ini jualan ayam geprek. Doain laris manis ya.”

“Ya ampun, Dek. Gara-gara Mas kamu harus jualan gini. Maafin Mas yang belum bisa kasih lebih ya Dek.”

“Gak usah minta maaf, Mas. Kita berjuang sama-sama. Ya udah ayo sholat dulu. Nanti aku mau lanjut lagi. Tadi masih selesai motong-motong ayam.”

“Ya udah ayo.”

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Ferdi dan Firman juga sudah berangkat, Hanna mulai mengemas ayam geprek pesanan para pelanggannya. Dia sangat berhati-hati agar terlihat rapi. Sambil mengemas, Hanna sempat ingat pujian dari Firman saat sarapan tadi.

“Kak, pagi-pagi udah bikin ayam geprek.”

“Iya Dek, kakak jualan ayam geprek mulai hari ini. Kamu makan sambalnya jangan terlalu banyak. Ini masih pagi nanti sakit perut.”

“Enggak kok. Aku ambil dikit aja sambelnya. Rasanya emang enak bikinan kakak daripada yang ada dikantin sekolah.” 

“Masa sih dek. Jadi dikantin SMP kamu ada yang jual ayam geprek?”

“ada kak, tapi gak enak. Cuma tepungnya yang ada rasa. Kalau ayamnya anyep.”

Hanna tersenyum sendiri saat mengingat pujian Firman tadi. Dia yakin ayam gepreknya akan laris manis. Hanya menunggu waktu sampai orang-orang tau. Segera setelah semuanya sudah siap, Hanna mulai mengantarkan ayam gepreknya satu persatu pada pelanggan. Jadi Hanna yang memasak dan Hanna juga kurirnya. Namun sebelum ayam-ayam itu diantar, dia tak lupa untuk memotretnya dan meng-upload ke F*.

Kebetulan hari itu dia juga memberikan bekal ayam geprek untuk Kania, keponakan Hanna yang duduk dibangku kelas satu SMP. Dia cucu dari Bi Rumi. Karena Kania ahli promosi, jadi Hanna meminta bantuan Kania untuk mempromosikan pada teman-temannya di sekolah.

*****

“Han, kamu udah selesai bikin pesanannya?”

Bi Rahmi datang dengan niat membantu. Hanna yang saat itu kambali sibuk di dapur sesampai mengantar pesanan merasa lega melihat Bi Rahmi datang.

“Wah, untung Bibi datang. Aku gak ada yang bantu. Kebetulan ada yang nambah lagi, Bi. Tapi kan aku goreng ayam kalau ada pesanan aja. Jadi ini masih bikin dadakan. Niatnya nanti kalau gak laku bisa dijual lagi besok, Bi. Kalau udah digoreng, besok udah beda rasa. Orangnya udah telpon terus.”

“Ya udah sini biar bibi yang siapkan nasi dan sayurnya. Sambalnya udah dikemas belum?”

“Belum, Bi. Masih ada dimangkok.”

“Sini biar bibi yang kemas ke plastik. Buat berapa biji, Han?”

“Lima Biji, Bi?”

Kerjasama antara Hanna dan Bi Rahmi sangat kompak. Saat Hanna mengantar pesanan, Bi Rahmi di rumah melihat pesanan masuk lainnya. Saat Hanna tiba, dia tinggal bersiap untuk membuat ayam saja karena yang lain sudah disiapkan Bi Rahmi.

*****

Kania yang baru pulang dari sekolah langsung pergi ke rumah Hanna. Saat ini Hanna dan Bi Rahmi baru beristirahat setelah menyelesaikan beberapa pesanan. Meskipun masih baru, tapi ayam geprek Hanna lumayan banyak peminat.

“Kak, aku ada kabar bagus,” teriak Kania dengan tergesa-gesa berlari ke arah Hanna.

“Kabar baik apa, Nia?”

“Jadi tadi pas aku makan ayam geprek dari Kak Hanna, banyak teman yang lihat dan mereka besok pesan. Ada dua puluh lima anak yang pesan untuk besok. Tapi jangan siang-siang ya, Kak. Soalnya dimakan pas jam istirahat setengah sepuluh.”

“Alhamdulillah, makasih ya Nia. Kamu memang jago promosi. Besok Kak Hanna gak bakalan telat. Kamu juga ada jatah sendiri, jadi jangan kuatir.

Hanna sangat senang mendengar kabar dari Kania. Itu berarti besok dia sudah mendapat pesanan dua puluh lima kotak dari anak SMP. Belum lagi dari pesanan orang-orang yang minta dikirim.

“Ternyata usaha kamu gak sia-sia ya, Han. Tenang aja besok Bibi bantu buat pesanan untuk anak SMP.”

“Iya, Bi. Ini juga berkat Bibi yang selalu dukung Hanna.”

“Oh iya Han, coba lihat HP kamu ada yang pesan lagi apa gak sekarang? Kalau gak ada yang pesan, Bibi mau pulang dulu.”

“Gak ada, Bi. Kalau Bibi mau pulang gak apa. Nanti kalau ada yang pesan Hanna bisa kok. Kalau terlalu capek gak baik juga buat kesehatan Bibi.”

“Kalau gitu aku juga mau pulang ya, Kak. Nanti kalau ada yang nambah aku W*,” timpal Kania.

“Oke, Nia. Makasih ya.”

*****

Malam yang cukup melelahkan bagi Hanna karena tadi seharian dia sudah melakukan banyak hal. Mulai dari memasak sendiri lalu mengantar pesanan ke masing-masing pelanggan. Tapi semua itu terbayar dengan hasil kerjanya hari itu. Untuk hari pertama Hanna mendapat uang sebesar seratus dua puluh ribu. Walaupun tidak seberapa tapi bagi Hanna merupakan awal yang bagus. Dan besok dia sudah bisa menghitung berapa penjualan yang diperoleh. Tentu jauh lebih banyak dari hari ini.

Sambil menghitung laba bersih, Hanna mengecek HP. Dia lihat ada beberapa W* pesanan untuk besok totalnya sepuluh kotak. Belum lagi kalau ada yang pesan langsung kirim. Hanya dengan membayangkan saja sudah membuat Hanna makin bersemangat.

Terdengar suara motor Ferdi datang. Hanna yang awalnya asyik menghitung pesanan, segera bergegas menyambut suaminya itu.

“Mas, udah pulang?”

“Iya, Dek. Kamu lagi ngapain? Kok gak nonton TV?”

“Aku lagi hitung pesanan buat besok, Mas. Tadi juga udah belanja banyak buat jualan besok.”

“Wahh, kayaknya dapat banyak pesanan ini,” goda Ferdi.

“Tau aja, coba tebak berapa yang pesan?”

“Emmm, berapa ya? Lima belas? Bener gak?”

“Salah. Yang benar aku dapat tiga puluh lima pesanan buat besok. Dua puluh lima teman sekolah Kania. Yang sepuluh delivery order.”

“Banyak itu, Dek. Kamu bisa buat sendirian? Nanti kalau bangun Mas ikut ya, biar Mas bantu.”

“Mas mau bantuin apa? Kayaknya Mas gak bisa deh?”

“Ya barangkali bagian nyuci sayur, ngupas timun atau apalah gitu. Biar kamu gak sibuk sendiri.”

“Iya deh, nanti aku bangunin.”

“Oh iya Dek, tadi Ibu nanyain kamu. Katanya kamu uda lama gak ke rumah Ibu. Sampai tetangga aja bilang kalau kamu gak pernah kelihatan jenguk Ibu.”

“Duuhh, gimana ya Mas. Sekarang aku juga udah ada jualan. Kayaknya kalau siang gak bisa ke rumah Ibu. Malamnya aku gak berani kalau ke sana. Takut pas lewat gang sepi di perempatan jalan sana. Lagian kok tumben Ibu nanyain aku.”

“Mungkin kangen, Dek.”

“Kayak gak biasanya aja sih Mas. Terus Mas bilang gak kalau aku mulai hari ini jualan?”

“Mas tadi udah bilang, tapi katanya kalau sempat suruh ke sana lah bentar.”

“Ya udah kalau pas selesai antar pesanan ya aku kesana. Tapi kalau besok aku gak janji.”

“Iya, sesempat kamu aja Dek.”

Hanna merasa lega karena dia mendapat jalan keluar dari masalah yang menjeratnya yaitu keuangan. Meski harus bekerja keras, Dia sanggup asal terpenuhinya kebutuhan keluarga. Tapi dia juga gelisah karena tidak seperti biasanya Ibu mertuanya itu menanyakannya. Beberapa bulan menika, dia hanya beberapa kali kesana. Tapi tidak pernah sekalipun Ibu mertuanya itu ingin dikunjungi.

Related chapters

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 5

    Seharian Hanna sibuk di dapur dan bolak balik mengantar kiriman. Hari ini cukup banyak pesanan yang masuk. Setelah mengantar pesanan teman Kania, lalu Hanna lanjut mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Belum lagi pesanan yang masuk dadakan hari ini. Sekitar lima puluh pesanan diterimanya hari ini. Untungnya ada Bi Rahmi yang selalu setia membantu Hanna.Cukup lelah Hanna bekerja, dia tak sengaja tertidur pada jam tiga sore di depan TV. Dia tidak lagi menerima pesanan karena kehabisan ayam. Sementara penjual ayam dekat rumahnya juga belum ada stok ayam yang datang pada jam itu.Hanna terbangun jam empat sore. Dia kaget karena cukup lama ketiduran. Segera dia mandi dan membereskan rumah. Setelah semua selesai, dia teringat dengat perkataan Ferdi. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul Ferdi ke toko sekalian berbelanja untuk jualan besok. Dia tahu kalau Ibu mertuanya pasti sudah di toko.*****Setelah belanja semua keperluan untuk jualan besok, dia lan

    Last Updated : 2022-02-18
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 6

    Dari pagi sampai siang, Hanna belum juga istirahat karena hari itu Bi Rahmi tidak bisa membantu karena sakitnya kambuh. Setelah mengantarkan beberapa pesanan terakhir, Hanna merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu sambil melihat HP nya barang kali ada yang pesan lagi. Ternyata ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ibunya. Sejak Hanna berjualan, Ibunya belum pernah berkunjung. Tidak biasa Ibunya menelpon sampai beberapa kali. Dia tahu kalau Ibunya menelpon bila ada keperluan saja. Segera dia menelpon kembali Ibunya. Ternyata langsung dijawab. “Halo, Bu. Ada apa menelpon? Tadi Hanna lagi dijalan.” “Han, kamu bisa bantu Ibu tidak sekarang? Ke sini sekarang? Bantu Ibu bawa barang-barang.” “Barang-barang apa, Bu?” “Ibu habis tengkar dengan bapak, Ibu mau pindah ke sana aja, Han. Biar sementara bapak sadar dulu sama kesalahannya.” Seketika Hanna kaget mendengar kalimat yang baru diucapkan Ibunya. Itu berarti orang tuanya sedang tida

    Last Updated : 2022-03-21
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 7

    "Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk

    Last Updated : 2022-03-22
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 8

    Hari minggu Hanna tidak mendapat pesanan dari anak SMP, teman-teman Kania. Dia hanya membuka pesanan untuk delivery saja lewat WA dan FB. Sehingga dia tidak begitu sibuk di pagi hari. Saat hendak ke toko, dia bertemu dengan salah satu tetangganya yang langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan."Mau kemana, Han? Kok buru-buru?""Mau ke toko, mbak Wati. Minyak dirumah habis. kemarin lupa belum beli.""Buat jualan apa buat masak?""Buat jualan nanti, mbak.""Ngomong-ngomong, kamu sudah hamil apa belum, Han? Si Rita, saudaraku yang nikahnya barengan sama kamu sudah hamil tiga bulan. Kok kamu belum hamil juga!""Mungkin belum rejeki ya, mbak. Belum dikasih kepercayaan. Nanti kalau udah waktunya pasti dikasih.""Jangan mikir gitu, Han. Jaman sekarang sudah canggih. Kalau seandainya ada yang bermasalah, diperiksa aja langsung ketahuan. Kamu coba aja periksa ke dokter, Han.""Maksud mbak, aku bermasalah dalam arti susah hamil? Begitu, mbak?""

    Last Updated : 2022-03-22
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 9

    Seharian, Hanna tidak bisa fokus berjualan karena memikirkan cara bagaimana menyampaikan dua kabar pada Ferdi, satu kabar bahagia sedangkan satu lagi kabar buruk. Bagaimana tidak, dalam waktu dua minggu Ferdi sudah harus mendapatkan pekerjaan. Sementara mencari kerja itu tidaklah gampang.Pikiran Hanna yang kacau membuatnya terus melamun sepanjang hari sambil menyiapkan pesanan, hingga ada beberapa ayam yang digoreng jadi gosong. Sehingga Bi Rahmi yang mengerjakan sebagian besar kerjaan Hanna hari itu. Sementara Ratna, dia lebih memilih tiduran dikamar Firman setelah memarahi Hanna.“Han, semuanya udah selesai. Itu beberapa pesanan terakhir yang belum diantar, Bibi taruh di atas meja, ya? Kamu jangan melamun terus, orang hamil gak boleh kalau banyak pikiran. Kamu harusnya bahagia, bukannya malah bingung gitu.”“Tadi Bibi tahu sendiri kalau Ibu marah banget. Aku jadi serba salah, Bi. Bingung cara ngomongnya ke Mas Ferdi nanti, biar dia gak tersinggung. Tapi aku rasa yang

    Last Updated : 2022-03-23
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 10

    Setelah mendengar cerita Rini soal Ferdi yang bermain judi online, Ratna sangat marah dan mencari keberadaan Hanna. Sementara Hanna sedang membuat pesanan ayam geprek di dapur, mendengar teriakan ibunya berkali-kali memanggilnya, namun dia tidak menghiraukannya. "Han, kamu lagi ngapain aja? Dari tadi dipanggil kamu diem aja!""Hanna lagi goreng ayam, Bu. kalau ditinggal nanti ayamnya gosong," jawab Hanna dengan santai."Barusan ada Mbak Rini ke sini. Dia cerita ke Ibu kalau Ferdi tiap nongkrong di sana yang dibahas cuma judi online. Ferdi itu main judi online, Han! Kamu tahu gak? Keterlaluan anak itu.""Memangnya Mbak Rini tahu sendiri kalau Mas Ferdi ikut main, Bu?" ucap Hanna yang mencoba melindungi suaminya, meski sebenarnya dia tahu kalau yang dikatakan Rini itu memang benar."Jelas Mbak Rini tahu, Han. Dia itu ada di sebelah mereka waktu ngobrol. Pokoknya kamu harus tegas. kalau kamu biarin aja, makin gak jelas Ferdi nanti. Kerjaan aja belum jelas, ber

    Last Updated : 2022-03-24
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 11

    Ningrum berjalan masuk ke dalam toko menghampiri Ferdi yang tengah bermain HP. Dia langsung mengambil Hp Ferdi. Ferdi yang tidak tahu apa-apa sontak kaget melihat Ibunya yang terlihat emosi."Ada apa sih, Bu?""Ayo kamu keluar, Fer. Cepat!"Ferdi mengikuti Ningrum yang berjalan ke luar toko. Di luar toko, masih ada Hanna yang duduk termenung sendirian."Ada apa sih, kenapa Ibu marah gitu?""Jujur kamu, Ferdi. Selama ini kamu gunakan buat apa uang toko? Kamu kasih ke Hanna semua? Bahkan buat stok barang uangnya tidak cukup. Tapi Hanna tadi bilang, kamu main judi online. benar begitu?""Enggak, Bu. Hanna cuma adal nuduh aja. Yang pakai HP Ferdi itu teman.""Jangan alasan, sudah tertangkap basah masih gak mau ngaku juga?"Hanna hanya melihat pertengkaran mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia takut ucapannya akan salah di mata mereka."Ya sudah kalau gak percaya.""Kalau memang kamu gak main judi, terus uang toko buat

    Last Updated : 2022-03-25
  • Ku Ingin Bahagia   Bab 12

    "Dek, jangan lama-lama ya berangkatnya," sambung Ferdi."Gak coba Mas kabari langsung telpon ke Toko Bangunannya aja?""Gak diangkat, Dek.""Ya udah aku berangkat dulu sekarang."Hanna bergegas berangkat ke Toko Bangunan tempat Ferdi bekerja. Dia sangat khawatir dengan keadaan Ferdi. Meski begitu, dia berusaha untuk fokus menyetir motor. Apalagi mengingat dia sedang hamil. Karena keselamatan janinnya yang utama.Sesampai di Toko Bangunan, Hanna segera memberitahukan hal tersebut pada pemilik toko. Kemudian sang pemilik toko langsung mengirimkan beberapa pekerjanya menuju ke tempat Ferdi berada. "Makasih ya, Mbak, sudah dikabari. Sampai jauh-jauh kesini. Nanti biar saya sama pekerja di sini yang urus. Mbak jangan khawatir,"ucap pemilim Toko Bangunan, Pak Banu namanya."Iya, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang dulu.""Gak mampir dulu ke Bu Ningrum, Mbak?" tanya Pak Banu."Enggak, Pak. Saya lagi buru-buru soalnya," jawab Hanna. Dia tidak mampir ke r

    Last Updated : 2022-03-26

Latest chapter

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 15

    Keesokan harinya Hanna mengumpulkan niat untuk menemui Mita di tempat kerjanya. Dia ingin memastikan sendiri, apa hubungan Mita dengan Ferdi. Hanna ditemani oleh Kania, dia sengaja mengajak Kania agar nanti tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi saat ini dia tengah hamil muda. Meski begitu rasa penasarannya membuat Hanna menguatkan niat untuk tetap pergi menemui Mita.Diperjalanan menuju tempat kerja Mita, Kania sempat mengingatkan Hanna agar tidak terbawa emosi."Mbak, Nanti jangan terlalu emosi ya. Aku takut kalau Mas kepancing emosi. Apalagi sekarang Mbak lagi hamil. Kasihan dedek bayi kalau Mbak marah-marah," pinta Kania sambil mengendarai motornya."Tenang aja, Nia. Mbak gak akan marah-marah. Apalagi kalau nanti banyak orang. Pasti Mbak juga malu," jawab Hanna."Ya udah, bagus kalau begitu. Aku juga malu kalau sampai ribut-ribut, Mbak," ucap Kania sambil tertawa.Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat kerja Mita. Di sana terlihat beberapa orang sedang makan da

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 14

    Dengan teliti, Hanna mengamati satu persatu pesan percakapan antara Ferdi dengan Mita. Dari sana, Hanna bahkan bisa menyimpulkan kalau Mita yang selalu mengirim pesan pada Ferdi. Bahkan dia tak ragu sesekali meminta Ferdi untuk mampir ke warung tempatnya bekerja.[Mas, hari ini kirim kemana?][Lagi sibuk ya, Mas?][Kalau kirim ke arah sini, nanti makannya di warung sini aja, Mas. Nanti aku kasih gratis kopi deh.]Beberapa kali setelah Mita mengirim pesan, akhirnya Ferdi membalas.[Maaf ya, Mit. Hari ini lagi sibuk banget. Banyak yang harus dikirim. Lain kali aja makan di sana.][Oke, deh. Mita tunggu kedatangannya. Yang semangat kerjanya.][Oke, kamu juga.]Melihat percakapan antara Ferdi dan Mita, seketika hatinya mendidih. Dia bahkan tak lupa mencatat nomor HP Mita. Berjaga-jaga barangkali wanita itu terus berulah, Hanna tak segan untuk memberi peringatan langsung padanya. Tak lama kemudian, Ferdi yang selesai mandi langsung masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya diranjang.

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 13

    Setelah Ferdi selesai mandi, Hanna sudah menunggunya dengan segudang pertanyaan. Hanna sangat penasaran dengan orang yang mengirim pesan pada Ferdi. Bahkan pengirim pesan itu juga sempat menunggu kedatangan Ferdi."Mas, coba sini aku mau bicara.""Mau bicara apa, Dek?""Hp Mas tadi bunyi, ternyata ada WA masuk. Tapi gak ada nama kontaknya. Ini dari siapa? Kok dia bilang nunggu Mas buat mampir kesana?""Coba Mas liat dulu,"tanya Ferdi sambil mengambil HP nya dari Hanna."Oh, ini tadi beli beberapa karung semen ke toko. Dia pegawai di warung makan dekat pasar. Niatnya Mas tadi mau sekalian antar semen pesanannya. Ternyata malah ada musibah, jadinya batal.""Beneran? Mas gak bohong kan? Awas aja kalau macam-macam, udah tahu aku lagi hamil.""Gak lah, Dek. Kamu percaya aja sama Mas. Udah selesai kan? Kalau gitu Mas mau makan dulu, habis itu mau tidur. Besok harus kerja lagi bangun pagi."Hanna masih merasa ragu dengan penjelasan Ferdi. Tapi dia berus

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 12

    "Dek, jangan lama-lama ya berangkatnya," sambung Ferdi."Gak coba Mas kabari langsung telpon ke Toko Bangunannya aja?""Gak diangkat, Dek.""Ya udah aku berangkat dulu sekarang."Hanna bergegas berangkat ke Toko Bangunan tempat Ferdi bekerja. Dia sangat khawatir dengan keadaan Ferdi. Meski begitu, dia berusaha untuk fokus menyetir motor. Apalagi mengingat dia sedang hamil. Karena keselamatan janinnya yang utama.Sesampai di Toko Bangunan, Hanna segera memberitahukan hal tersebut pada pemilik toko. Kemudian sang pemilik toko langsung mengirimkan beberapa pekerjanya menuju ke tempat Ferdi berada. "Makasih ya, Mbak, sudah dikabari. Sampai jauh-jauh kesini. Nanti biar saya sama pekerja di sini yang urus. Mbak jangan khawatir,"ucap pemilim Toko Bangunan, Pak Banu namanya."Iya, Pak. Kalau begitu saya pamit pulang dulu.""Gak mampir dulu ke Bu Ningrum, Mbak?" tanya Pak Banu."Enggak, Pak. Saya lagi buru-buru soalnya," jawab Hanna. Dia tidak mampir ke r

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 11

    Ningrum berjalan masuk ke dalam toko menghampiri Ferdi yang tengah bermain HP. Dia langsung mengambil Hp Ferdi. Ferdi yang tidak tahu apa-apa sontak kaget melihat Ibunya yang terlihat emosi."Ada apa sih, Bu?""Ayo kamu keluar, Fer. Cepat!"Ferdi mengikuti Ningrum yang berjalan ke luar toko. Di luar toko, masih ada Hanna yang duduk termenung sendirian."Ada apa sih, kenapa Ibu marah gitu?""Jujur kamu, Ferdi. Selama ini kamu gunakan buat apa uang toko? Kamu kasih ke Hanna semua? Bahkan buat stok barang uangnya tidak cukup. Tapi Hanna tadi bilang, kamu main judi online. benar begitu?""Enggak, Bu. Hanna cuma adal nuduh aja. Yang pakai HP Ferdi itu teman.""Jangan alasan, sudah tertangkap basah masih gak mau ngaku juga?"Hanna hanya melihat pertengkaran mereka tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia takut ucapannya akan salah di mata mereka."Ya sudah kalau gak percaya.""Kalau memang kamu gak main judi, terus uang toko buat

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 10

    Setelah mendengar cerita Rini soal Ferdi yang bermain judi online, Ratna sangat marah dan mencari keberadaan Hanna. Sementara Hanna sedang membuat pesanan ayam geprek di dapur, mendengar teriakan ibunya berkali-kali memanggilnya, namun dia tidak menghiraukannya. "Han, kamu lagi ngapain aja? Dari tadi dipanggil kamu diem aja!""Hanna lagi goreng ayam, Bu. kalau ditinggal nanti ayamnya gosong," jawab Hanna dengan santai."Barusan ada Mbak Rini ke sini. Dia cerita ke Ibu kalau Ferdi tiap nongkrong di sana yang dibahas cuma judi online. Ferdi itu main judi online, Han! Kamu tahu gak? Keterlaluan anak itu.""Memangnya Mbak Rini tahu sendiri kalau Mas Ferdi ikut main, Bu?" ucap Hanna yang mencoba melindungi suaminya, meski sebenarnya dia tahu kalau yang dikatakan Rini itu memang benar."Jelas Mbak Rini tahu, Han. Dia itu ada di sebelah mereka waktu ngobrol. Pokoknya kamu harus tegas. kalau kamu biarin aja, makin gak jelas Ferdi nanti. Kerjaan aja belum jelas, ber

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 9

    Seharian, Hanna tidak bisa fokus berjualan karena memikirkan cara bagaimana menyampaikan dua kabar pada Ferdi, satu kabar bahagia sedangkan satu lagi kabar buruk. Bagaimana tidak, dalam waktu dua minggu Ferdi sudah harus mendapatkan pekerjaan. Sementara mencari kerja itu tidaklah gampang.Pikiran Hanna yang kacau membuatnya terus melamun sepanjang hari sambil menyiapkan pesanan, hingga ada beberapa ayam yang digoreng jadi gosong. Sehingga Bi Rahmi yang mengerjakan sebagian besar kerjaan Hanna hari itu. Sementara Ratna, dia lebih memilih tiduran dikamar Firman setelah memarahi Hanna.“Han, semuanya udah selesai. Itu beberapa pesanan terakhir yang belum diantar, Bibi taruh di atas meja, ya? Kamu jangan melamun terus, orang hamil gak boleh kalau banyak pikiran. Kamu harusnya bahagia, bukannya malah bingung gitu.”“Tadi Bibi tahu sendiri kalau Ibu marah banget. Aku jadi serba salah, Bi. Bingung cara ngomongnya ke Mas Ferdi nanti, biar dia gak tersinggung. Tapi aku rasa yang

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 8

    Hari minggu Hanna tidak mendapat pesanan dari anak SMP, teman-teman Kania. Dia hanya membuka pesanan untuk delivery saja lewat WA dan FB. Sehingga dia tidak begitu sibuk di pagi hari. Saat hendak ke toko, dia bertemu dengan salah satu tetangganya yang langsung menyerangnya dengan beberapa pertanyaan."Mau kemana, Han? Kok buru-buru?""Mau ke toko, mbak Wati. Minyak dirumah habis. kemarin lupa belum beli.""Buat jualan apa buat masak?""Buat jualan nanti, mbak.""Ngomong-ngomong, kamu sudah hamil apa belum, Han? Si Rita, saudaraku yang nikahnya barengan sama kamu sudah hamil tiga bulan. Kok kamu belum hamil juga!""Mungkin belum rejeki ya, mbak. Belum dikasih kepercayaan. Nanti kalau udah waktunya pasti dikasih.""Jangan mikir gitu, Han. Jaman sekarang sudah canggih. Kalau seandainya ada yang bermasalah, diperiksa aja langsung ketahuan. Kamu coba aja periksa ke dokter, Han.""Maksud mbak, aku bermasalah dalam arti susah hamil? Begitu, mbak?""

  • Ku Ingin Bahagia   Bab 7

    "Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk

DMCA.com Protection Status