Genderang perang sudah ditabuh. Seperti yang telah diperkirakan Bintang, Ratu Alena akan segera mempersiapkan pasukannya untuk menyerang mereka tapi Bintang sudah siap untuk menghadapinya. Dengan bergabungnya kekuatan tiga hakim, kekuatan pasukan semakin bertambah. Dari tiga hakim, Leali Dolphin, Siva dan Lavenia, ada tambahan 75.000 pasukan, ditambah pasukan pejuang 10.000, jadi kekuatan mereka saat ini 85.000 pasukan. Kali ini, para pejuang sedang mengadakan pertemuan untuk membahas peperangan yang sudah didepan mata.
“Ratu memiliki 5 Hakim Emas, masing-masing hakim diberikan kekuasaan 50.000 prajurit, jadi kekuatan 5 Hakim Emas mencapai 250.000 orang prajurit.” jelas siva lagi mengenai kekuatan para Hakim Emas yang berada dibawah kekuasaan Ratu Alena.
“Tapi satu hakim sudah tewas ditangan tuan Bintang siva” ucap Thya Sethya lagi. Thya Sethya lalu menceritakan apa yang terjadi di Menara Langit.
“Walaupun salah satu Hakim Emas tewas, tapi pasukannya akan lan
Claabbbbb !!!Benar saja, baru saja Ratu Ayu Pitaloka berucap, tiba-tiba saja sesosok tubuh muncul diantara mereka dan semua langsung terbelalak kaget.“Paduka rajo” ucap mereka hampir bersamaan langsung berlutut menjura hormat pada sosok yang baru saja muncul dihadapan mereka, sosok seorang lelaki muda tampan dengan rambut khas ekor kuda miliknya, sosok yang memang tak lain adalah Bintang adanya, ada yang berbeda dari sosok Bintang sekarang, dimana dikedua telinga Bintang tampak sepasang anting hitam yang menempel didaun telinganya, mustika anting lanang.Bintang sendiri yang muncul secara mendadak di aula utama istana negeri bunian langsung bergerak kearah Ratu Ayu Pitaloka yang ikut berlutut menjura hormat.“Bangunlah ratu, kau tak pantas bersujud dihadapanku” ucap Bintang lembut seraya mengangkat sosok Ratu Ayu Pitaloka. Dengan kedua tangannya Bintang mendudukkan Ratu Ayu Pitaloka ke singgasana kebesarannya, lalu Bintang sendir
“Sudah besar rupanya kau gadis cengeng.” ucap Dewa Kera lagi, Putri Ahtisa hanya tersenyum disebut gadis cengeng oleh Dewa Kera.“Oh ya, tadi kau bilang guruku sedang meminta bantuan, apakah ini ada hubungannya dengan peperangan yang tadi kau katakan ?!!” ucap Dewa Kera lagi.“Benar Dewa Kera”“Tapi itu tidak mungkin”“Apa yang tidak mungkin Dewa Kera ?”“Aku kenal guruku! biar musuh sebanyak apapun, guruku sanggup untuk mengalahkan mereka semua, siapa sebenarnya lawanmu gadis cengeng ?”“Ibu tiriku, Ratu Alena”“Ibu tiri ! Ratu Alena” ulang Dewa Kera lagi.“Lalu dimana ayahmu, maharaja negeri atas angin ?”“Ayahanda sudah lama meninggal Dewa Kera” ucap Putri Ahtisa lagi hingga membuat wajah Dewa Kera berubah. Lalu Putri Ahtisapun menceritakan apa yang telah terjadi selama ini setelah meninggalnya mahar
“Biar aku yang tangani !!!” ucap sosok Dewa Kera lagiWuussshhh !!!Sosok Dewa Kera terbang kedepan, menyongsong ratusan siluman yang tengah menyerbu kearahnya. Ditengah jalan, Dewa Kera terlihat mencabut segenggam bulu ditubuhnya, dan ;Fuihhh !!!Dewa Kera meniup bulu-bulu yang kini ada ditelapak tangannya, dan ;Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep !Puluhan bulu yang ditiupkan oleh Dewa Kera tiba-tiba saja menjelma menjadi puluhan sosok Dewa Kera.Dewa Kera yang asli sendiri tampak berdiri gagah disalah satu batu besar seraya memerintahkan para Dewa Kera-Dewa Kera jelmaan bulunya untuk menyerang kedepan.Dan pertempuranpun tak dapat terhindarkan lagi, ratusan siluman menghadapi puluhan Dewa Kera. Dalam beberapa gebrakan saja, belasan mahluk siluman sudah terkapar tewas terkena hantaman tongkat emas milik Dewa Kera yang berkeliaran mencari mangsa.Dewa Kera benar-benar memperlihatkan kebuasaannya
Selanjutnya Ratu Alena dan Putri Ahtisa sama-sama bertarung dengan kemampuan tongkat sihir mereka, sementara itu peperangan terus terjadi diantara pasukan Ratu Alena dan Putri Ahtisa.Empat hakim Putri Ahtisa dan Empat Hakim Emas milik Ratu Alena pun sudah tampak bertarung ditanah. Masing-masing pihak bertempur hebat seakan tak ingin kalah dalam peperangan ini.Peperangan dahsyat yang terjadi diantara kedua pasukan tidak sedahsyat pertarungan sihir antara Ratu Alena dan Putri Ahtisa yang mengakibatkan keadaan alam mulai berubah, langit mendadak mendung ditutupi awan hitam yang bergerombol datang.Dhuerr !!!Sesekali halilintar menggelegar dahsyat seakan ikut bersedih atas peperangan yang telah memakan banyak korban jiwa. Baik pertempuran dibawah maupun diudara antara naga perak raksasa menghadapi belasan ekor rajawali.Blezzhh !! Blezzhh !! Blezzhh !! Blezzhh !!Baik Ratu Alena dan Putri Ahtisa, terus saja melancarkan serangan sihir dari ton
Kita tinggalkan sejenak pertempuran yang terjadi, kini kita lihat kemana sosok Bintang membawa Putri Ahtisa menjauhi area peperangan.Cleebbb...!!!Sosok Bintang muncul diatas sebuah bukit yang dari atas bukit tersebut masih terlihat peperangan yang terjadi dibawahnya. Bintang meletakkan sosok Putri Ahtisa yang berada dipondongannya. Sosok Putri Ahtisa terlihat benar-benar memprihatinkan dengan luka yang dideritanya saat ini. Dan tiba-tiba saja Bintang menghentikan tindakannya, Bintang terpaku saat melihat wajah Putri Ahtisa yang kini sudah tidak tertutup topeng lagi dimana topeng itu selalu menutupi setengah wajah Putri Ahtisa. Rupanya topeng itu telah hancur tadi saat terkena ledakan serangan Ratu Alena.Bintang terpaku melihat kecantikan dan kejelitaan wajah Putri Ahtisa yang begitu lembut.“Bidadarikah ?” batin Bintang mengagumi kecantikan dan kelembutan wajah Putri Ahtisa.“Ugghhh !!!” keterpakuan Bintang tersadar saat
Ratu Ayu Pitaloka tidak tinggal diam begitu saja, tongkatnya dipukulkannya ketanah.Duk !!Wweerrrrrrr !!!Dari sosok Ratu Ayu Pitaloka keluar semburat cahaya api berwarna merah yang semakin lama semakin membesar membumbung tinggi keudara. Cahaya api merah itu membentuk sesosok bayangan yang semakin lama semakin jelas terbentuk.Pertempuran dibawah benar-benar terhenti karena kini semua terlihat memperhatikan kearah atas, dimana sosok naga perak raksasa milik Ratu Alena telah berhadapan dengan seekor burung api milik Ratu Ayu Pitaloka yang juga sangat besar.“Phoenix !!!” ucap Ratu Alena terkejut melihat sosok phoenix api besar yang menyamai besar naga perak miliknya.Di atas kepala phoenix terlihat sosok Ratu Ayu Pitaloka berdiri dengan anggunnya, sosok Ratu Ayu Pitalokapun ikut membara dengan api yang menyelimuti sekujur tubuhnya.Kwuuiiiikkhhhh !!!“Hentikan tindakan kejammu alena !!!” terdengar suara
Dengan Lompatan Anginnya, Bintang terus berpindah secara cepat dari satu tempat ketempat lainnya, sementara pandangan Bintang terus tertuju kearah langit. Entah kenapa Bintang seperti kehilangan jejak pertarungan Ratu Alena Pitaloka dan Ratu Ayu Pitaloka. “Dimana sebenarnya mereka bertarung ?!” batin Bintang seraya terus menatap jauh kearah langit, tapi tidak ada tanda-tanda pertarungan naga perak raksasa milik Ratu Alena Pitaloka melawan phoenix api milik Ratu Ayu Pitaloka. Dengan Lompatan Anginnya, Bintang sudah mengelilingi hampir seluruh Negeri Atas Angin, tapi tetap tidak mendapatkan petunjuk apapun dari pertarungan Ratu Alena Pitaloka dengan Ratu Ayu Pitaloka. Menyadari sia-sia apa yang dilakukannya, Bintang kemudian duduk dengan mengambil sikap tapa brata. Bintang mengerahkan aji Terawang Jagat miliknya untuk mencari sosok keberadaan Ratu Ayu Pitaloka. Wajah Bintang berubah saat melihat sosok merah terbakar yang tampak terjatuh kedalam laut.
Dhuerrr !! Sebuah gelegar halilintar menggelegar dengan dahsyatnya di kaki langit, membuat Bintang tersadar dari keadaan tidurnya. Angin laut terasa dingin menusuk tulang. Dinginnya terasa sekali menusuk tulang dan sumsum. Suara angin seperti raungan raksasa yang sedang marah. Tak terdengar suara apa-apa selain badai angin yang mengamuk! Beruntung Bintang dan Ratu Ayu Pitaloka berada didalam goa yang cukup dalam hingga tidak begitu terkena dampak selain kuatnya angin yang berhembus masuk kedalam goa tersebut. Bintang terkejut mendengar gigi Ratu Ayu Pitaloka bergemeletuk menahan dingin. Bintang meletakkan tangannya didahi sang ratu, terasa hangat, Bintang bingung, kenapa tubuh Ratu Ayu Pitaloka yang terasa hangat, tapi Ratu Ayu Pitaloka terlihat begitu kedinginan. “Ratu....” terdengar suara Bintang pelan. Ratu Ayu Pitaloka terlihat membuka matanya sayu. “Apa yang ratu rasakan ?” bisik Bintang pelan. “Dd...dingin...” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan terbata-bata. Bintang dapat meli