“Sudah besar rupanya kau gadis cengeng.” ucap Dewa Kera lagi, Putri Ahtisa hanya tersenyum disebut gadis cengeng oleh Dewa Kera.
“Oh ya, tadi kau bilang guruku sedang meminta bantuan, apakah ini ada hubungannya dengan peperangan yang tadi kau katakan ?!!” ucap Dewa Kera lagi.
“Benar Dewa Kera”
“Tapi itu tidak mungkin”
“Apa yang tidak mungkin Dewa Kera ?”
“Aku kenal guruku! biar musuh sebanyak apapun, guruku sanggup untuk mengalahkan mereka semua, siapa sebenarnya lawanmu gadis cengeng ?”
“Ibu tiriku, Ratu Alena”
“Ibu tiri ! Ratu Alena” ulang Dewa Kera lagi.
“Lalu dimana ayahmu, maharaja negeri atas angin ?”
“Ayahanda sudah lama meninggal Dewa Kera” ucap Putri Ahtisa lagi hingga membuat wajah Dewa Kera berubah. Lalu Putri Ahtisapun menceritakan apa yang telah terjadi selama ini setelah meninggalnya mahar
“Biar aku yang tangani !!!” ucap sosok Dewa Kera lagiWuussshhh !!!Sosok Dewa Kera terbang kedepan, menyongsong ratusan siluman yang tengah menyerbu kearahnya. Ditengah jalan, Dewa Kera terlihat mencabut segenggam bulu ditubuhnya, dan ;Fuihhh !!!Dewa Kera meniup bulu-bulu yang kini ada ditelapak tangannya, dan ;Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep ! Blep !Puluhan bulu yang ditiupkan oleh Dewa Kera tiba-tiba saja menjelma menjadi puluhan sosok Dewa Kera.Dewa Kera yang asli sendiri tampak berdiri gagah disalah satu batu besar seraya memerintahkan para Dewa Kera-Dewa Kera jelmaan bulunya untuk menyerang kedepan.Dan pertempuranpun tak dapat terhindarkan lagi, ratusan siluman menghadapi puluhan Dewa Kera. Dalam beberapa gebrakan saja, belasan mahluk siluman sudah terkapar tewas terkena hantaman tongkat emas milik Dewa Kera yang berkeliaran mencari mangsa.Dewa Kera benar-benar memperlihatkan kebuasaannya
Selanjutnya Ratu Alena dan Putri Ahtisa sama-sama bertarung dengan kemampuan tongkat sihir mereka, sementara itu peperangan terus terjadi diantara pasukan Ratu Alena dan Putri Ahtisa.Empat hakim Putri Ahtisa dan Empat Hakim Emas milik Ratu Alena pun sudah tampak bertarung ditanah. Masing-masing pihak bertempur hebat seakan tak ingin kalah dalam peperangan ini.Peperangan dahsyat yang terjadi diantara kedua pasukan tidak sedahsyat pertarungan sihir antara Ratu Alena dan Putri Ahtisa yang mengakibatkan keadaan alam mulai berubah, langit mendadak mendung ditutupi awan hitam yang bergerombol datang.Dhuerr !!!Sesekali halilintar menggelegar dahsyat seakan ikut bersedih atas peperangan yang telah memakan banyak korban jiwa. Baik pertempuran dibawah maupun diudara antara naga perak raksasa menghadapi belasan ekor rajawali.Blezzhh !! Blezzhh !! Blezzhh !! Blezzhh !!Baik Ratu Alena dan Putri Ahtisa, terus saja melancarkan serangan sihir dari ton
Kita tinggalkan sejenak pertempuran yang terjadi, kini kita lihat kemana sosok Bintang membawa Putri Ahtisa menjauhi area peperangan.Cleebbb...!!!Sosok Bintang muncul diatas sebuah bukit yang dari atas bukit tersebut masih terlihat peperangan yang terjadi dibawahnya. Bintang meletakkan sosok Putri Ahtisa yang berada dipondongannya. Sosok Putri Ahtisa terlihat benar-benar memprihatinkan dengan luka yang dideritanya saat ini. Dan tiba-tiba saja Bintang menghentikan tindakannya, Bintang terpaku saat melihat wajah Putri Ahtisa yang kini sudah tidak tertutup topeng lagi dimana topeng itu selalu menutupi setengah wajah Putri Ahtisa. Rupanya topeng itu telah hancur tadi saat terkena ledakan serangan Ratu Alena.Bintang terpaku melihat kecantikan dan kejelitaan wajah Putri Ahtisa yang begitu lembut.“Bidadarikah ?” batin Bintang mengagumi kecantikan dan kelembutan wajah Putri Ahtisa.“Ugghhh !!!” keterpakuan Bintang tersadar saat
Ratu Ayu Pitaloka tidak tinggal diam begitu saja, tongkatnya dipukulkannya ketanah.Duk !!Wweerrrrrrr !!!Dari sosok Ratu Ayu Pitaloka keluar semburat cahaya api berwarna merah yang semakin lama semakin membesar membumbung tinggi keudara. Cahaya api merah itu membentuk sesosok bayangan yang semakin lama semakin jelas terbentuk.Pertempuran dibawah benar-benar terhenti karena kini semua terlihat memperhatikan kearah atas, dimana sosok naga perak raksasa milik Ratu Alena telah berhadapan dengan seekor burung api milik Ratu Ayu Pitaloka yang juga sangat besar.“Phoenix !!!” ucap Ratu Alena terkejut melihat sosok phoenix api besar yang menyamai besar naga perak miliknya.Di atas kepala phoenix terlihat sosok Ratu Ayu Pitaloka berdiri dengan anggunnya, sosok Ratu Ayu Pitalokapun ikut membara dengan api yang menyelimuti sekujur tubuhnya.Kwuuiiiikkhhhh !!!“Hentikan tindakan kejammu alena !!!” terdengar suara
Dengan Lompatan Anginnya, Bintang terus berpindah secara cepat dari satu tempat ketempat lainnya, sementara pandangan Bintang terus tertuju kearah langit. Entah kenapa Bintang seperti kehilangan jejak pertarungan Ratu Alena Pitaloka dan Ratu Ayu Pitaloka. “Dimana sebenarnya mereka bertarung ?!” batin Bintang seraya terus menatap jauh kearah langit, tapi tidak ada tanda-tanda pertarungan naga perak raksasa milik Ratu Alena Pitaloka melawan phoenix api milik Ratu Ayu Pitaloka. Dengan Lompatan Anginnya, Bintang sudah mengelilingi hampir seluruh Negeri Atas Angin, tapi tetap tidak mendapatkan petunjuk apapun dari pertarungan Ratu Alena Pitaloka dengan Ratu Ayu Pitaloka. Menyadari sia-sia apa yang dilakukannya, Bintang kemudian duduk dengan mengambil sikap tapa brata. Bintang mengerahkan aji Terawang Jagat miliknya untuk mencari sosok keberadaan Ratu Ayu Pitaloka. Wajah Bintang berubah saat melihat sosok merah terbakar yang tampak terjatuh kedalam laut.
Dhuerrr !! Sebuah gelegar halilintar menggelegar dengan dahsyatnya di kaki langit, membuat Bintang tersadar dari keadaan tidurnya. Angin laut terasa dingin menusuk tulang. Dinginnya terasa sekali menusuk tulang dan sumsum. Suara angin seperti raungan raksasa yang sedang marah. Tak terdengar suara apa-apa selain badai angin yang mengamuk! Beruntung Bintang dan Ratu Ayu Pitaloka berada didalam goa yang cukup dalam hingga tidak begitu terkena dampak selain kuatnya angin yang berhembus masuk kedalam goa tersebut. Bintang terkejut mendengar gigi Ratu Ayu Pitaloka bergemeletuk menahan dingin. Bintang meletakkan tangannya didahi sang ratu, terasa hangat, Bintang bingung, kenapa tubuh Ratu Ayu Pitaloka yang terasa hangat, tapi Ratu Ayu Pitaloka terlihat begitu kedinginan. “Ratu....” terdengar suara Bintang pelan. Ratu Ayu Pitaloka terlihat membuka matanya sayu. “Apa yang ratu rasakan ?” bisik Bintang pelan. “Dd...dingin...” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan terbata-bata. Bintang dapat meli
Gerakan Ratu Ayu Pitaloka semakin cepat dan liar menggoyang-goyangkan pantatnya hingga gesekan pilar pusaka Bintang dengan selangkangannya semakin terasa kian kentara, dan ; “Uggghhhhh !!!” Ratu Ayu Pitaloka tiba-tiba saja mengerang dengan wajah yang semakin terbenam didada Bintang. Bintang terkejut saat menyadari rintihan Ratu Ayu Pitaloka yang terdengar keras ditelinganya, walaupun agak tertahan. Berdasarkan pengalamannya, Bintang tau, Ratu Ayu Pitaloka tengah mencapai puncak kenikmatannya . Sesaat Ratu Ayu Pitaloka terdiam, entah bagaimana perasaannya saat ini, malu, jengah atau apa, Bintangpun tak bisa menduganya. “Cumbu aku, paduka ... ” Ratu Ayu Pitaloka berbisik, hampir tak terdengar. Bintang tersenyum dalam keremangan. “Ada-ada saja permintaan Ratu Ayu Pitaloka. Tetapi ... mengapa tidak?” pikir Bintangnya. “Mungkin perlu juga berciuman di tengah badai di tengah laut.” “Caranya memperlakukan diriku begitu lembut dan penuh perasaan. Ada rasa getar-getar aneh-nikmat yang me
Srett! Jubah Bintang yang melekat ditubuh Ratu Ayu Pitaloka terlepas. Bintang menatap sepasang bukit kembar yang kini terbuka lepas, lalu dengan pelan Bintang menggeserkan hidungnya bergantian pada sepasang buah dada yang tertata dengan sempurna. Menghembuskan nafasnya yang hangat. “Ahhhhhh....... ” Ratu Ayu Pitaloka semakin tak tahan. Di dekapnya erat kepala Bintang, lalu menekannya kuat-kuat dalam pelukannya. Sesaat kemudian, ia menggelinjang berkepanjangan disertai desahan tertahan. “Aaa ... uughhh ... hmmph ... ” Bintang paham artinya. Tangan Ratu Ayu Pitaloka yang bebas, bergerak melucuti pakaian yang Bintang kenakan, setelah pakaian Bintang terlepas, tangan Ratu Ayu Pitaloka kembali menarik celana yang dikenakan Bintang ke bawah. Namun, baru saja celana turun sedikit, tiba-tiba saja ... “Aaaaa ... ” kali ini bukan jeritan nikmat, tapi lebih ke arah kaget mendekati aroma ketakutan. “Apa ada?” tanya Bintang tak kalah kagetnya. Wajah Ratu Ayu Pitaloka pucat-pasi seperti t
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig