Semua menanti dengan perasaan berdebar, siapa diantara keduanya yang akan bangkit dan memenangkan pertarungan ini. Beberapa saat lamanya, semua menahan nafas. Begitu tegang dengan keadaan di arena pertarungan.
Dagh!
Jantung mereka yang berada ditempat itu seakan mau putus, saat melihat jari jemari Pangeran Mazhab terlihat bergerak. Hampir saja mereka berteriak dan meloncat kegirangan melihat hal itu, tapi mereka tentu segan terhadap keberadaan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal di panggung kehormatan.
Di tempatnya, sosok Pangeran Mazhab terlihat mulai bangkit dari terkaparnya. Wajahnya bersimbah darah yang kering. Begitu bangkit dari terkaparnya, Pangeran Mazhab tidak langsung berdiri, melainkan masih duduk menatap tajam kearah sosok lawannya yang masih terkapar ditempatnya.
“Hidup Pangeran Mazhab!” tiba-tiba saja sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu.
“Hidup ! Pangeran Mazhab!” kembali terdengar suara keras di ba
Tranggg...!Kedua senjata bertemu ditengah-tengah hingga menimbulkan pijaran bunga api yang berpijar. Raut wajah Pangeran Mazhab terlihat berubah, karena biasanya senjata lawan akan langsung musnah menjadi abu saat berbenturan dengan Petir Dewa miliknya. Tapi Pedang Raja Jin Pilar Bumi mampu menangkal serangannya. Dari terkejut, wajah Pangeran Mazhab kembali tersenyum saat menyadari kalau lawannya saat ini memang sangat pantas untuk dikalahkan. Maka ;“Hiyaatttt..!”Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Pangeran Mazhab mengibaskan Petir Dewa ditangannya secara cepat kearah tubuh lawannya.“Hiaaah...!”Bintangpun tak kalah.Tranggg...! Tranggg...! Tranggg...! Tranggg...!Kedua pendekar sakti ini bertarung dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Gerakan-gerakannya sangat cepat, sulit diikuti mata biasa, sehingga yang terlihat hanya bayangan saja berkelebatan saling sambar. Dalam waktu singkat
“Hiaaah...!”Crasshh..!“Akhhh!” terdengar satu teriakan keras terdengar seiring dengan sosok keduanya saling bertemu dan saling melewati diri masing-masing. Semua terkejut, semua berdebar. Suara siapakah yang berteriak kesakitan itu. Saat ini sosok Bintang dan Pangeran Mazhab sudah sama-sama berhasil menjejakkan kaki ketanah dengan saling membelakangi.Semua orang yang merupakan bangsa jin, tampak memandang berkali-kali kearah Pangeran Mazhab dan Bintang, ke kiri dan ke kanan. Ke kanan dan ke kiri. Keduanya masih terlihat saling berdiri, terdiam ditempatnya. Hanya saja, bila pedang pilar bumi milik Bintang masih tergenggam ditangannya, Petir Dewa milik Pangeran Mazhab terlihat sudah tidak ada lagi ditangan Pangeran Mazhab. Tapi kemudian mata-mata orang yang ada disekeliling arena pertarungan membesar saat melihat Petir Dewa milik Pangeran Mazhab terlihat menembus dan tertanam di dada sebelah kiri Bintang dan tembus hing
Wusshh..!Sosok Raja Munaliq kini mengeluarkan kilatan petir dari sekujur tubuhnya, membuat semua yang melihatnya bergidik ngeri. Terlihat bagaimana kini wajah Raja Munaliq terangkat kejurusan Bintang berada. Kedua matanya yang telah dipenuhi oleh sinar putih berkilat-kilat petir tampak menatap tajam kearah Bintang. Tanpa menggerakkan pandangannya kearah Bintang, Raja Munaliq dengan sangat perlahan meletakkan jasad putra sulungnya itu kebawah, seolah-olah jasad Pangeran Mazhab itu seperti barang yang mudah pecah. Setelah meletakkan ke tanah lembut. Raja Munaliq kembali berdiri dengan tetap menatap tajam kearah Bintang.Rombongan Raja Munaliq tau, kalau saat ini sekujur tubuh Raja Munaliq telah dipenuhi aura pembunuh yang sangat dahsyat, kematian Pangeran Mazhab telah membuat Raja Munaliq gelap mata. Keinginannya saat ini hanya satu. Membalaskan kematian putra kesayangannya terhadap lawannya.Wusshh...!Sosok Raja Munaliq melesat bagaikan kilat yang menyam
Berjarak 2 tombak dihadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menekuk kaki kanannya, sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Terimalah salam hormat hamba, Tuanku maharaja” ucap Bintang menjura hormat. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang memang sudah memahami sifat Bintang yang tidak mau bersujud dihadapannya, kemudian hanya mengangkat telapak tangan kanannya menghadap kearah Bintang sebagai tanda menerima hormatnya.“Silahkan duduk, Hai! Manusia” terdengar Ifrit memberikan perintah kepada Bintang. Bintangpun segera mengambil sikap duduk bersila dihadapan sang maharaja. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terus menatap Bintang dengan tatapan tajamnya, sang maharaja berusaha untuk melihat isi hati Bintang, tapi sejauh ini tidak ada yang mencurigakan baginya.“Bintang..!” terdengar suara berat dan penuh wibawa Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Ini pertama kalinya Maharaja Ji
Rasa cemas dan khawatir Ratu Dewi teralihkan saat melihat Ifrit sudah kembali mendekati Bintang dengan membawa Pedang Pilar Bumi ditangannya, lalu menyerahkannya kembali kepada Bintang.“Bintang. Selama berada di negeri jin, apa kau pernah mengenal atau mungkin bertemu dengan bangsa jin yang bernama Mustofa ?” tanya sang maharaja.“Mustofa, seingat saya. Selama saya berada di negeri jin ini. Saya belum pernah bertemu dengan bangsa jin bernama Mustofa, Tuanku Maharaja” jawab Bintang cepat tanpa ragu. Karena Bintang memang tidak berbohong. Selama berada di negeri Jin, Bintang memang belum pernah bertemu dengan Mustofa. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang terlihat berusaha menyelami hati Bintang untuk mencari kebenaran ucapan Bintang, tak menemukan kebohongan diucapan Bintang.“Jika memang begitu baiklah. Segeralah kau kembali ke kamar untuk beristirahat. Pangeran Syaywarod yang menjadi lawanmu besok akan cukup menyulitkanmu” ka
“Hebat sekali. Darimana kau mendapatkan minyak emas dewa ini, Ratu Dewi ?” tanya Bintang penasaran.“Dari Ratu Dewi sebelum diriku, Minyak emas dewa ini adalah warisan yang diberikan kepada setiap ratu dewi. Kelak, aku juga akan mewariskan minyak emas dewa ini kepada Bunda Dewi yang mungkin akan menggantikan kedudukanku” jelas Ratu Dewi hingga membuat Bintang mengerti.“Tapi sayang, Minyak emas dewa ini hanya bisa menyembuhkan luka. Tapi tidak bisa mengembalikan tenaga”“Ya, itu benar. Tak ada obat yang benar-benar sempurna didunia ini”Sejenak keduanya terdiam, Ratu Dewi terlihat lebih banyak menatap tubuh Bintang yang tanpa pakaian atasnya dengan tatapan kagum. Hal ini terpancar jelas diwajah sang dewi dan Bintang tersenyum melihat hal itu. Bintang sendiri juga ikut menikmati kecantikan Ratu Dewi yang sangat memukau hatinya. Kening Bintang tiba-tiba berkerut saat melihat perubahan di wajah sang dewi.
“Kenapa?”“Penjara Langit dijaga oleh 2 mahluk abadi yang keberadaannya bahkan jauh dari kami bangsa jin” jelas Ratu Dewi menghentikan sejenak untuk melihat reaksi Bintang. Terbukti, wajah Bintang menampakkan rasa penasarannya..“Mahluk abadi apa, Ratu Dewi?”“Namanya Anubis”“Anubis?” ulang Bintang lagi dengan kening berkerut.“Anubis adalah mahluk yang memiliki tubuh manusia, tapi berkepala srigala. Dari setiap masa, Anubis memiliki banyak nama, tapi yang paling umum. Orang-orang menyebut mereka sebagai Dewa Kematian atau Dewa Penghancur. Kau jangan coba-coba berurusan dengan mereka Bintang, karena pernah beberapa bangsa jin yang sangat sakti mencoba berhadapan dengan mereka. Tapi mereka semua tewas, bahkan sebelum mereka bergerak dari tempatnya berdiri” Ratu Dewi yang menceritakan tentang hal itu menjadi bergidik sendiri saat melihat bagaimana hebatnya kedua pengawal pribadi
MALAM berjalan larut, bahkan di negeri atas langit di negeri jin. Sementara itu di kamar Ratu Dewi. Terlihat sosok anggun Ratu Dewi yang tengah berada dibelakang punggung Bintang. Ratu Dewi dan Bintang saat ini tengah tenggelam di alam semadi mereka. Dimana Ratu Dewi saat ini tengah menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh Bintang. Sekujur tubuh Bintang tampak diselimuti oleh aura cahaya biru yang keluar dari dua jari telunjuk Ratu Dewi yang menempel dipunggungnya.Entah sudah berapa lama Ratu Dewi menyalurkan tenaga dalamnya kepada Bintang, yang jelas saat ini. Wajah jelita Ratu Dewi terlihat sudah dipenuhi oleh peluh keringat yang membasahi wajah dan pakaian yang dikenakannya. Sepertinya Ratu Dewi benar-benar tak main-main dengan mengatakan akan memberikan setengah dari tenaga dalamnya kepada Bintang. Tapi ada perasaan heran bagi Ratu Dewi yang saat ini merasakan ruang tenaga dalam yang ada didalam tubuh Bintang ternyata sangatlah luas seperti tak bertepi, hingga Ratu Dewi merasakan, wa