Betapa terkejutnya Gusti Patih Pasura saat tiba-tiba saja Bintang melancarkan satu serangan yang membuat telapak tangannya berubah menjadi puluhan banyaknya, dengan sebisanya Gusti Patih Pasura berusaha untuk memapakinya.
“Plak.....plak....plakkkk.”. berkali-kali Gusti Patih Pasura harus memapaki serangan Bintang, tapi kuatnya tenaga yang mengiringi serangan itu, membuat tubuh Gusti Patih Pasura harus kembali terlempar kebelakang, bahkan ;
“Tendangan Angin Puyuhh.....wuussshhh”. belum lagi Gusti Patih Pasura mengendalikan gerak pental tubuhnya, Gusti Patih Pasura sudah dibuat terperanjat saat tiba-tiba saja Bintang melancarkan satu serangan tendangan beruntun yang membentuk satu putaran angin yang begitu kuat dan cepat kearahnya, Gusti Patih Pasura berusaha menahan serangan Bintang dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya, tapi ;
“Plakkkk.....plakkkk.....plak.....deesss.....dess.” tapi tetap saja Gusti Pati
Sementara itu ditempatnya, Gusti Patih Pasura terlihat mengerutkan keningnya saat melihat Bintang tidak kurang satu apapun, padahal walaupun hanya tergores ujung kerisnya, seharusnya Bintang sudah tewas dengan tubuh kering seperti orang-orang yang selama ini menjadi korban kedahsyatan keris Segoro Geninya, tapi kini bahkan Bintang sudah mampu berdiri tanpa kurang satu apapun dihadapannya, bahkan darah yang merembes dimulutnya disapunya dalam sekejap.“Kau memang benar-benar seorang pendekar pilih tanding didunia persilatan Bintang, selama ini tidak ada orang yang bisa selamat dari keris Segoro Geniku.”. ucap Patih Pasura lagi tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya kepada Bintang.“Jurusmu benar-benar mematikan Gusti Patih.”.“Itu belum seberapa, kali ini akan kuperlihatkan kepadamu bagaimana hebatnya ajian Segoro Geni yang kumiliki.”. ucap Patih Pasura lagi seraya kembali menyilangkan keris ditangann
“Eyang Patih Suwandaru.”. ucap ke-4 pengikuti Patih Pasura ini lagi saling pandang saat melihat sosok seorang kakek tua yang berada paling depan, dengan wajah dan tatapan penuh wibawa, sosok kakek tua yang memang tak lain adalah Gusti Patih Suwandaru terlihat menatap tajam ke arah ke-4 pengikut Patih Pasura yang ada dihadapannya. Sementara itu Rama Anggada dan Jaka Daru yang saat itu juga ikut bersama Gusti Patih Suwandaru langsung melompat turun dari kuda mereka dan langsung mendekati Bintang.“Kakang tidak apa-apa ?”. tanya Rama Anggada terlihat khawatir.“Aku tidak apa-apa.”. jawab Bintang dengan tersenyum, lalu kini merekapun terlihat menatap sosok Patih Pasura yang telah tewas membeku, saat itu Gusti Patih Suwandarupun tengah menatap kearah sosok Patih Pasura dan terlihat Gusti Patih Suwandaru menarik napas panjangnya.“Sudah cukup Gusti Patih Pasura yang menjadi korban, aku harap kalian bisa berpikir dengan bijak.&
“Saya kira apa yang diusulkan oleh eyang Patih sangat benar gusti, kalau bukan karena tumenggung Pradeswara, tentu rencana pemberontakan Gusti Patih Pasura tidak akan terungkap”. ucap salah seorang pejabat kerajaan Bintan lagi. Cukup lama Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat terdiam hingga kemudian wajahnya mengangguk-angguk.“Tumenggung Pradeswara, apakah kau bersedia menerima tanggung jawab ini. ?”. tanya Gusti Prabu Anggoro Putro lagi, Tumenggung Pradeswara terlihat terdiam, tapi kemudian dia cepat bangkit dan langsung menjura hormat.“Ini sungguh suatu kehormatan bagi hamba gusti, hamba akan berusaha menjalankan tugas ini dengan sepenuh hati hamba.”. jawab Tumenggung Pradeswara lagi dengan mantap.“Bagus, apakah diantara kalian tidak semua ada yang keberatan dengan hal ini. ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi. Tapi setelah menunggu lama, tidak ada satupun dari petinggi dan pejabat kerajaan yang keberatan deng
“Bintang, sebelum aku mengambil keputusan, aku ingin mendengar dulu pendapatmu tentang masalah ini. ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro tiba-tiba hingga sangat mengejutkan Bintang yang sejak tadi memang hanya diam, karena Bintang merasa tidak pantas jika dia turut campur dalam masalah itu. Bintang terdiam sejenak memikirkan hal itu, sementara semua orang yang ada ditempat itu menantikan ucapannya dengan perasaan berdebar.Akhirnya Bintang terlihat maju beberapa tindak kedepan dan menjura hormat.“Sebelumnya saya mohon maaf kalau pendapat saya ini tidak sesuai dengan keinginan gusti prabu, hamba sangat sependapat dengan pendapat Gusti Patih Suwandaru, saya yakin memberikan pengampunan bukan berarti merendahkan apalagi sampai melukai rasa keadilan, disini rakyat akan melihat sikap bijak gusti prabu dalam mengambil keputusan, kebesaran hati gusti prabu sangat dibutuhkan kali ini untuk membuktikan kepada rakyat negeri Bintan ini kalau gusti prabu benar-ben
“Maaf kalau saya menganggu den, tapi gusti putri ingin bertemu raden malam ini dikeputren joyo”. ucap wanita itu lagi setelah menjura hormat kepada Bintang.“Eh, iya, terima kasih nyi”. ucap pemuda yang tak lain adalah Bintang adanya. Maka tak perlu menunggu lama, Bintangpun segera menuju ke keputren joyo seperti yang tadi disampaikan oleh dayang istana itu.Sementara itu di Keputren Joyo, tepatnya didalam sebuah kamar yang sangat megah dan indah, beberapa batang lilin tampak menyala disana sini, sehingga semakin menambah keindahan panorama dikamar tersebut.Berbagai perlengkapan kamar yang begitu lengkap dan sangat indah terdapat pula didalam kamar tersebut, sebuah peraduan yang berukuran besar beralaskan sutra juga terlihat ditengah-tengah kamar tersebut, disekelilingnya tampak pula menghias sebuah tirai sutra yang ditata dengan sedemikian indahnya. Tak jauh dari tempat peraduan itu terlihat sesosok tubuh yang tengah merias dirinya dide
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya di puncak sana, hagatnya terasa seakan ingin membakar semua yang ada dipermukaan bumi, dan mungkin karena ini pula jalanan sebuah desa itu terlihat begitu sunyi dan lenggang oleh para penduduknya. Hanya beberapa orang saja yang terlihat berjalan dibawah teriknya sinar matahari, tapi langkah merekapun terlihat begitu cepat seakan tak ingin berada lebih lama dibawah panasnya sinar matahari tersebut.Sementara itu digerbang utara pintu masuk desa tersebut, dua orang pemuda tampak tengah berjalan menelusuri jalan setapak untuk memasuki desa tersebut. Yang satu adalah sosok seorang pemuda tampan berjubah biru dengan sebilang pedang yang ada dipunggungnya, melihat rambutnya terkuncir bak ekor kuda itu, jelas tak salah lagi, pemuda itu adalah Bintang alias Ksatria Pengembara.Sementara sosok pemuda yang berjalan disebelah Bintang tak lain adalah Jaka Daru, sebuah tongkat berukuran pendek terlihat pula ditangan kanannya. Beberapa tom
“Kalau begitu cepat suruh dia yang melayani kami..”“Aduh maaf den, tapi dia bukan”“Kau tak perlu khawatir Ki Lantuk, kami hanya ingin dia melayani kami makan, bukan melayani yang lain.”. ucapnya lagi tertawa diringi tawa yang lainnya.Dengan wajah yang serba salah, akhirnya Ki Lantuk hanya berlalu dari tempat itu, tak lama kemudian gadis muda itupun datang.“Tuan-tuan mau pesan apa ?”.“Kami ingin memesan dirimu cah ayu, bagaimana ?”. ucap salah seorang diantara mereka lagi terlihat berusaha memegang pinggul sang gadis, tapi sang gadis muda itu dengan cepat menghindarinya.“Jangan bercanda tuan.”. tapi tiba-tiba saja sang gadis muda itu terkejut saat sebuah tangan tiba-tiba saja sudah mencengkram tangan kanannya dan belum hilang rasa terkejutnya tiba-tiba saja tubuhnya sudah tertarik kebalakang dan langsung jatuh kepangkuan salah seorang pengemis tersebut.&ldqu
“Kurang ajar, bunuh dia!”. teriak salah seorang diantara mereka yang tadi selamat dari hantaman tubuh teman mereka, seraya kembali melancarkan serangan tongkatnya kearah Bintang.“Wuutt......desss.....akhhh!!!”. belum lagi serangan itu menghantam sasarannya, tiba-tiba saja tubuh lelaki itu sudah terpental dengan hebat kebelakang dan menghantam salah satu meja yang ada dibelakangnya hingga hancur. Hal ini bukan saja sangat mengejutkan semua teman-temannya yang lain, karena mereka tadi tidak sedikitpun melihat pemuda itu bergerak melancarkan serangan, tahu-tahu teman mereka sudah terpental.“Jangan memaksaku bertindak lebih jauh kisanak, karena jika itu aku lakukan, kalian akan menyesal.”. tiba-tiba saja sebuah suara menggema ditempat itu hingga kontan membuat wajah ke-6 orang para pengemis itu berubah, apalagi saat mereka melihat kalau suara itu berasal dari pemuda berjubah biru yang tadi mereka serang, Bintang sudah tampak berdiri be
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu