Tidak ada waktu bagi Bintang untuk memperingkatkan Patih Suryo, maka ; “Hiyaa.....cringgg”. Pedang Lentur yang sejak tadi ada diwarangkannya, kini sudah tercabut dan tergenggam erat ditangan Bintang, dan ;
“Hiyaaatttt.....trangg...trangggg....trangggg.”. beberapa kali Bintang menggunakan Pedang Lenturnya untuk membabat kapak-kapak merah yang menanti dibawahnya hingga menimbulkan percikan bunga api yang cukup berpijar, dan tidak sampai disitu, begitu kedua kakinya menjejak tanah, Bintang langsung melemparkan pedang ditangannya kearah Patih Suryo.
“Paman patih, awasss !!!”. teriakan keras yang diucapkan oleh Bintang cukup membuat Patih Suryo berpaling dan betapa terkejutnya Patih Suryo saat melihat pedang yang dilontarkan oleh Bintang yang tengah menuju kearahnya, tidak ada waktu bagi Patih Suryo untuk menangkap apalagi menangkis lontaran pedang itu, maka ; “Hupp.”. sosok Patih Suryo bersalto diudara, dan ; “Trangggg.!!”. betapa terkejutnya Patih Suryo karena bar
“Bintang, kau tidak apa-apa”. Tanya Patih Suryo seraya memeriksa keadaan Bintang. “Aku tidak apa-apa paman, luka ini bisa kusembuhkan sendiri”. “Yah, sebaiknya kau sembuhkan dulu lukamu Bintang, biar kami yang memberi pelajaran pada begundal-begundal keparat ini”. ucap Yudho lagi menyilangkan kedua pedang kembarnya dikedua tangannya, terlihat jelas kalau Yudho memang sangat bernafsu untuk segera bertempur. Sementara itu Patih Suryo sendiri cukup heran dan bingung melihat kemunculan para pendekar-pendekar yang telah menyelamatkan mereka tadi dari serangan gencar yang akan dilancarkan oleh pengikut Gerombolan Kapak Merah. Untunglah Bintang cepat menyadari hal itu, maka ; “Oh ya, paman patih perkenalkan mereka ini adalah para pendekar yang sebelumnya menjadi tawanan Gerombolan Kapak Merah..”. ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Patih Suryo, tapi keterkejutannya hanya sesaat karena saat itu rombongan para pendekar yang baru saja muncul tersebut terlihat
“Lancang sekali kau berani menghina gusti prabu Iblis Kapak Merah, rupanya aku memang harus sedikit memberikan pelajaran padamu agar kau tahu betapa tingginya gunung dan luasnya lautan yang ada dihadapanmu”. ucap Patih Suryo lagi. “Akulah gunung yang tertinggi didunia ini patih, dan akulah lautan terluas dan terdalam dimuka bumi ini.”. ucap Iblis Kapak Merah lagi. “Kita lihat saja Iblis Kapak Merah.”. ucap Patih Suryo lagi terlihat mencabut keris yang sejak tadi tersampir dipinggangnya. Sebelum mencabut dari warangkanya terlihat sebelumnya Patih Suryo mencium terlebih dahulu warangka keris yang ada ditangannya dan baru mencabutnya. “Cringgg......weeerrrr”. seiring dengan tercabutnya keris itu dari warangkanya, berpedarlah cahaya merah dari senjata pusaka keris yang ada ditangan Patih Suryo, rupanya Patih Suryo benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Dan sepertinya Iblis Kapak Merah menyadari kalau lawan yang dihadapinya kali ini memang bukan law
“Serrrr.....trangggg!!”. satu bayangan berkelebat dihadapan Patih Suryo dan Arya dan terdengar satu benturan keras yang menghalangi lontaran keris pusaka itu dan keris itu terpental dan menancap tak jauh dari tempat Iblis Kapak Merah berdiri, dan kini semuanya dapat melihat sosok seorang pemuda yang ditangannya tergenggam sepasang pedang yang tadi digunakan untuk menangkis lemparan Iblis Kapak Merah. “Aku lawanmu sekarang Iblis Kapak Merah”. ucap pemuda yang tak lain adalah Yudho itu. “Hem......cecunguk sepertimu mana pantas melawanku...” “Kita lihat saja Iblis Kapak Merah, apakah mulut besarmu masih bisa bersuara, jika kedua pedangku ini bisa menyumbatnya”. “Bicaramu tajam juga bocah, ayo kita lihat apakah senjatamu bisa menandingi kehebatan senjataku ini..”. ucap Iblis Kapak Merah lagi seraya mengangkat kapak raksasanya. Ditempatnya terlihat Yudho memutar kedua pedang ditangannya, terlihat pedang itu berubah menjadi puluhan banyaknya, dan ;
“Suri”. terdengar nama itu disebut oleh Arya saat mengenali sosok yang baru saja menyelamatkan sosok gadis bertopeng perak tersebut. Tapi yang dipanggil justru terlihat langsung memeriksa keadaan gadis bertopeng perak yang sudah terlihat tak sadarkan diri, wajah wanita cantik itu langsung berubah lega saat mengetahui gadis bertopeng perak itu masih bernafas dan dia terlihat berpaling kearah Arya seraya menganggukkan kepalanya untuk memberikan tanda kalau gadis bertopeng perak itu masih hidup. “Serrrr..”. dan kembali sesosok bayangan melesat dihadapan Iblis Kapak Merah, dan rupanya dia adalah Bayu Pratama, Pendekar dari Bukit Rajawali. “Serrrr..”. Arya ikut melesat disebelah Bayu. “Bagus, apakah masih ada yang lain, biar semuanya cepat selesai”. justru Iblis Kapak Merah menyambutnya dengan tawa keras melihat kedua anak muda yang kini berdiri dihadapannya. “Jangan sombong kau Iblis Kapak Merah, rasakan seranganku ini.....hyattt....bett...bettt”.
Markas besar Gerombolan Kapak Merah benar-benar menjadi tempat banjir darah dimana terlihat puluhan bahkan ratusan mayat bergelimpangan disana sini, sebagian besar mayat-mayat itu adalah para laki-laki yang mengenakan pakaian serba merah. Sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Kapak Merah & Iblis Kapak Merah), kabar tentang akan dieksekusinya seluruh para tawanan oleh Gerombolan Kapak Merah membuat Bintang tak memiliki pilihan lain kecuali menyerang langsung walaupun sulit bagi Bintang rasanya untuk bisa lolos kali ini dari kematian, tapi Bintang juga tak mungkin membiarkan nasib ke-4 sahabat barunya tewas ditiang gantungan. Penyerangan Bintang yang dengan gagah berani seorang diri menghadapi ratusan orang pengikut Gerombolan Kapak Merah bukan saja telah membuat banyak dari pengikut Gerombolan Kapak Merah yang tewas, tapi kemunculan rombongan Patih Suryo Barata bersama para senopati perangnya telah membantu perjuangan Bintang dalam menghadapi serangan
Matahari sudah hampir berada diufuk barat, mega-mega merah sudah terlihat menghiasi ufuk barat, sepertinya tak lama lagi mataharipun akan segera beranjak dari tugas kesehariannya, sang rembulan akan segera menggantikannya. Sementara itu di markas besar Gerombolan Kapak Merah sendiri. “Apakah keputusanmu sudah bulat untuk pergi saat ini juga Bintang, apakah tidak sebaiknya kau menunggu gusti prabu dulu”. “Sampaikan saja salam hormat saya kepada gusti prabu paman, suatu hari nanti pasti saya akan berkunjung ke Kerajaan Setyo Kencana”. “Tapi gusti prabu pasti ingin memberikan penghargaan atas apa yang telah kau lakukan hari ini Bintang”. ucap Patih Suryo lagi. Bintang hanya tersenyum mendengarnya. “Bukan saya yang pantas menerimanya paman, tapi mereka”. ucap Bintang lagi seraya menunjuk belasan orang pendekar yang ada disekitar tempat itu. Patih Suryo hanya mampu tersenyum karena tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menghalangi keinginan
“Apa yang dikatakan Yudho memang benar Sawungpati, jika kau tidak keberatan, aku juga ingin mengangkat saudara denganmu”. sambung Arya lagi. “Ta... tapi aku tidak pantas, aku tidak pantas bersaudara dengan orang-orang seperti kalian” “Apa yang kau katakan Sawung, tidak ada yang tidak pantas pada dirimu, bukankah dihadapan yang maha kuasa kita semua manusia ini sama.”. ucap Bayu lagi. Sawungpati terlihat semakin bingung, sesaat ditatapnya Bintang yang ada disebelahnya. “Apa yang dikatakan mereka memang benar Sawung, mungkin ada baiknya kita semua saling mengangkat saudara, agar tidak ada lagi yang namanya hutang nyawa, hutang budi atau yang semacamnya”. ucap Bintang lagi. “Kalau begitu baiklah, tapi aku harap kita melakukannya dengan caraku, dikalangan begal, bila ingin mengangkat saudara harus menggunakan darah”. ucap Sawungpati lagi seraya mengambil salah satu pisau terbangnya dan tanpa ragu Sawungpati menggunakan pisaunya untuk menggores telapak tan
Terasa tidak ada gunanya lagi berada ditempat itu, Bintang akhirnya memutuskan untuk segera mencari ditempat lain mengingat bahaya yang akan selalu mengintainya. Tapi baru saja beberapa helaan nafas Bintang berkelebat ingin meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja langkah Bintang kembali berhenti dan tiba-tiba saja tubuh Bintang berbalik. “Tak perlu bersembunyi lagi nisanak, keluarlah!!”. ucap Bintang tiba-tiba, sungguh mengherankan sekali, entah pada siapa ucapan itu ditujukannya. Tapi tak seberapa lama kemudian, sosok tubuh terlihat keluar dari balik sebuah pohon. “Nisanak”. ucap Bintang dengan wajah gembira saat melihat kemunculan sang gadis, karena gadis itulah yang memang saat ini tengah dicarinya. Sosok seorang gadis yang tampak mengenakan topeng perak untuk menutupi wajahnya, tapi bibirnya yang merah meranum terlihat jelas bagi siapa saja yang ada dihadapannya dan hal inilah yang saat ini membuat wajah Bintang gembira. ***