Sementara itu ke-8 penunggang kuda tersebut terus memacu kuda mereka dengan cepat seakan-akan mereka seperti dikejar setan, tapi begitu mereka keluar dari hutan tersebut, sosok yang berada paling depan tiba-tiba saja mengangkat satu tangannya seraya menghentikan langkah lari kudanya, ke-7 orang yang berada dibelakangnya ikut menghentikan lari kuda mereka. Dan salah satu dari ke-7 tersebut terlihat mendekati sosok yang berada paling depan.
“Ada apa ketua ?”. terdengar suaranya menyebut sosok yang berada paling depan tersebut dengan sebutan ketua.
“Kita beristirahat dulu sebentar ditempat ini, disana ada sebuah sungai kecil, secara bergantian suruh mereka memberi minum kuda mereka setelah itu kita lanjutkan kembali perjalanan kita..”. ucap sosok yang disebut ketua tersebut.
“Baik ketua”. ucap sosok itu lagi seraya menjura hormat seraya kembali menuju keteman-temannya yang lain. Tak seberapa lama kemudian beberapa diantara mereka terlihat mengarahkan kuda
“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita!!”. ucapnya lagi memberi perintah kepada para anak buahnya. “Baik ketua”. Kedelapannya terlihat segera menaiki punggung kuda mereka. Dan ; “Hiekkk”. alangkah terkejutnya mereka saat mereka ingin menggebah kuda mereka, kuda mereka hanya meringkik perlahan tanpa sedikitpun melangkahkan kakinya. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan mereka, bahkan berkali-kali dicoba tetap saja mereka tak dapat membuat kuda mereka melangkah. Sang ketua begal rupanya cukup jeli untuk melihat keanehan yang terjadi. “Aa...apa yang terjadi dengan kuda kita ketua....?”. “Sepertinya kita tidak berada sendiri ditempat ini bangar, waspadalah....”. ucap sang ketua lagi seraya melirik keadaan disekitarnya, ke-7 anak buahnyapun ikut melakukan hal yang sama, tapi karena saat itu keadaan malam begitu gelap, hingga sulit bagi mereka untuk melihat keadaan disekitar tempat mereka berada. “Bangar, apa mungkin seorang manusia yang melakukan semua ini, m
Sementara itu disebuah tempat dimana sejauh mata memandang hanya bebatuan yang terlihat menghampar, hanya satu dua pohon yang terlihat tumbuh ditempat itu. Disalah satu bagian ditempat itu terlihat sebuah goa berukuran kecil. “Uhhh...” sebuah erangan kecil terdalam dari dalam goa tersebut dan bila kita melihat kedalamnya, ternyata erangan kecil itu keluar dari mulut seorang laki-laki paroh baya yang tampak terbaring dibebatuan yang ada didalam goa tersebut. Walau wajahnya sudah mencerminkan usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi raut wajah lelaki paroh baya itu masih memperlihatkan kewibawaan yang luar biasa, sebuah mahkota yang tersampir dikepalanya membuktikan kalau lelaki paroh baya itu memang berasal dari keluarga kerajaan. Sesaat kedua mata lelaki itu terlihat menatapi keadaan disekitarnya, dia merasa asing dengan tempatnya saat ini, sesaat dicobanya untuk mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya, hingga sesaat kemudian wajahnya berubah. Seiring dengan it
“Uhhh”. sebuah erangan halus terdengar dari dalam sebuah goa kecil yang ada dibukit bebatuan, erangan yang ternyata berasal dari seorang laki-laki yang bila melihat perawakannya, lelaki itu tak lain adalah Gusti Prabu Jagat Kencana adanya. Dan sepertinya dia baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap, begitu menyadari keberadaan dirinya, lelaki paroh baya yang memiliki wajah yang begitu memancarkan aura kewibawaan ini terlihat langsung mengepalkan kedua tangannya dan sesaat wajahnya tersenyum. “Tenagaku sudah pulih sepenuhnya”. ucapnya seakan berkata pada dirinya sendiri, dan sesaat kemudian wajah lelaki itu mulai terangkat. Dan wajah lelaki ini tampak berubah saat menyadari kalau saat ini hanya dia seorang yang berada ditempat itu. “Dimana pemuda itu ? apakah dia sudah pergi”. ucap lelaki itu perlahan. “Ah kalau dia pergi alangkah bersalahnya aku yang belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya dan ah, namanyapun aku belum tahu”. ucap lelaki ini lagi t
“Apakah benar kau yang bergelar Ksatria Pengembara seperti yang kudengar selama ini Bintang ?”. kali ini Bintang tersenyum saat mendengar pertanyaan Gusti Prabu Jagat Kencana, kini Bintang mengerti kenapa Gusti Prabu Jagat Kencana menatapnya seperrti itu. “Begitulah orang-orang menyebut hamba Gusti”. ucap Bintang lagi seraya mengangkat bahunya. “Benar-benar sulit dipercaya ?”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan Bintang. “Aa...apanya yang sulit dipercaya gusti ?”. tanya Bintang tak mengerti. “Oh, maaf kalau aku membuatmu bingung Bintang, aku hanya terkejut bisa bertemu dengan seorang pendekar besar yang namanya begitu dipuja dan selalu menjadi pembicaraan setiap orang ditataran tanah jawa ini”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi. “Ah, gusti prabu terlalu melebih-lebihkan” “Tidak Bintang, selama ini aku selalu mengikuti sepak terjangmu dalam memberantas keangkara murkaan didunia persilatan, tapi aku sungguh tidak men
Delapan penunggang kuda terlihat memacu kuda mereka dengan cepat melintasi tepian sebuah hutan, ke-8 sosok penunggang kuda tersebut tampak mengenakan pakaian yang serba hitam yang menutupi hampir sekujur tubuh mereka, hanya kedua mata mereka saja yang terlihat. Kalau melihat dari cara merek yang memacu kudanya dengan cepat bagaikan kesetanan, tentu dapat diduga kalau mereka tengah tergesa-gesa. Entah kemana tujuan ke-8 sosok penunggang kuda tersebut, seakan mereka berpacu dengan waktu dimana matahari sudah mulai bersinar terik dipuncaknya. “Hieekkk.”. tiba-tiba saja sosok penunggang kuda yang berada paling depan menghentikan lari kudanya dengan tiba-tiba hingga kontan membuat kuda tunggangannya terkejut dan langsung mengangkat kedua kakinya, kalau saja sang penunggang kuda tidak dengan cepat mengendalikan tubuhnya, tentu tubuhnya sudah terlempar. Dengan berhentinya sipenunggang kuda yang didepan, ke-7 sosok penunggang kuda lainnyapun ikut menghentikan langkah kuda mereka.
“Siapa pemuda ini sebenarnya ? kenapa dia muncul tanpa sedikitpun aku mendengar suara gerakannya, atau jangan-jangan dia juga yang telah menotok ke-7 anak buahku, tapi kalau memang benar, tidak mungkin aku tidak mendengarnya”. batin Ketua Warok Hitam lagi seraya menatap sekujur tubuh pemuda yang terlihat berdiri dengan tenang dihadapannya. “Pasti kau yang telah menyelamatkan raja keparat itu malam kemarin anak muda”. ucap Ketua Warok Hitam lagi mencoba menyimpulkan. “Benar...” “Kau mungkin hebat anak muda, tapi aku Warok Hitam tidak akan pernah gentar pada siapapun”. ucap ketua Warok Hitam dengan lantangnya. “Ha ha ha...!!!”. tiba-tiba saja Gusti Prabu Jagat Kencana tertawa, hal ini tentu saja membuat Ketua Warok Hitam ini terkejut. “Apakah ada yang salah dengan ucapanku”. batin Warok Hitam lagi. “Kau terlalu sesumbar Warok Hitam, kalau saja kau tahu siapa pemuda yang ada dihadapanmu itu, aku jamin kau pasti sudah lari tun
“Duarr.....duarrrr....duarrrr.” kejap berikutnya serangan-serangan cambuk hitam yang dilancarkan oleh Warok Hitam benar-benar semakin gencar kearah Bintang hingga membuat tempat itu kini benar-benar menjadi sangat berantakan, lobang-lobang besar akibat terhantam cambuk tersebut terlihat jelas disana sini, sepertinya Warok Hitam benar-benar ingin segera menuntaskan pertarungannya. Sementara itu ditempatnya Gusti Prabu Jagat Kencana sendiri terlihat cemas melihat pertarungan yang terjadi hebat dihadapannya, terlihat jelas kalau sosok Warok Hitam tengah berada diatas angin dalam melancarkan serangan-serangan, sementara Bintang tidak sedikitpun diberikan kesempatan untuk balas menyerangnya. Tapi dugaan Gusti Prabu Jagat Kencana sangat jauh meleset, kalau saja kedua matanya lebih jeli melihat bagaimana serangan yang dilancarkan oleh Warok Hitam tidak satupun yang bisa menyentuh tubuh Bintang. Jurus Kijang Kelana yang saat itu dipergunakan Bintang benar-benar membuat Warok
“Weeesshhh......weeesshhhh.”. dan beberapa saat saja, dua buah gumpalan kabut tipis yang berwarna putih salju terlihat dikedua telapak tangan Bintang, gumpalan putih yang menyerupai embun itu terlihat semakin menggumpal penuh dikedua telapak tangan Bintang dan hawa ditempat itu yang semula terus begitu panas menyengat mulai berubah menjadi sejuk. Walau terkejut dengan hal itu, tapi Warok Hitam tetap memutuskan niatnya untuk menggunakan aji Kala Geninya walau dia sadar nyawanya sendiri akan jadi taruhannya. “Kala Geni heaaa.......wuussshhhh.”. sosok Warok Hitam melesat kedepan dengan aji Kala Geni ditangannya, melesat kearah Bintang dengan cepatnya. Ditempatnya Bintang hanya dapat menarik napas panjang melihat hal itu, sepertinya tidak ada jalan lagi bagi Bintang kecuali harus menyambut serangan Warok Hitam itu dengan Hawa Inti Saljunya, maka ; “Hiyaaaa......wussshhhhh...”. segelombang hawa dingin melesat keluar dari dorongan tangan Bintang dan menciptakan seg
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu