“Apakah benar kau yang bergelar Ksatria Pengembara seperti yang kudengar selama ini Bintang ?”. kali ini Bintang tersenyum saat mendengar pertanyaan Gusti Prabu Jagat Kencana, kini Bintang mengerti kenapa Gusti Prabu Jagat Kencana menatapnya seperrti itu.
“Begitulah orang-orang menyebut hamba Gusti”. ucap Bintang lagi seraya mengangkat bahunya.
“Benar-benar sulit dipercaya ?”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan Bintang.
“Aa...apanya yang sulit dipercaya gusti ?”. tanya Bintang tak mengerti.
“Oh, maaf kalau aku membuatmu bingung Bintang, aku hanya terkejut bisa bertemu dengan seorang pendekar besar yang namanya begitu dipuja dan selalu menjadi pembicaraan setiap orang ditataran tanah jawa ini”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi.
“Ah, gusti prabu terlalu melebih-lebihkan”
“Tidak Bintang, selama ini aku selalu mengikuti sepak terjangmu dalam memberantas keangkara murkaan didunia persilatan, tapi aku sungguh tidak men
Delapan penunggang kuda terlihat memacu kuda mereka dengan cepat melintasi tepian sebuah hutan, ke-8 sosok penunggang kuda tersebut tampak mengenakan pakaian yang serba hitam yang menutupi hampir sekujur tubuh mereka, hanya kedua mata mereka saja yang terlihat. Kalau melihat dari cara merek yang memacu kudanya dengan cepat bagaikan kesetanan, tentu dapat diduga kalau mereka tengah tergesa-gesa. Entah kemana tujuan ke-8 sosok penunggang kuda tersebut, seakan mereka berpacu dengan waktu dimana matahari sudah mulai bersinar terik dipuncaknya. “Hieekkk.”. tiba-tiba saja sosok penunggang kuda yang berada paling depan menghentikan lari kudanya dengan tiba-tiba hingga kontan membuat kuda tunggangannya terkejut dan langsung mengangkat kedua kakinya, kalau saja sang penunggang kuda tidak dengan cepat mengendalikan tubuhnya, tentu tubuhnya sudah terlempar. Dengan berhentinya sipenunggang kuda yang didepan, ke-7 sosok penunggang kuda lainnyapun ikut menghentikan langkah kuda mereka.
“Siapa pemuda ini sebenarnya ? kenapa dia muncul tanpa sedikitpun aku mendengar suara gerakannya, atau jangan-jangan dia juga yang telah menotok ke-7 anak buahku, tapi kalau memang benar, tidak mungkin aku tidak mendengarnya”. batin Ketua Warok Hitam lagi seraya menatap sekujur tubuh pemuda yang terlihat berdiri dengan tenang dihadapannya. “Pasti kau yang telah menyelamatkan raja keparat itu malam kemarin anak muda”. ucap Ketua Warok Hitam lagi mencoba menyimpulkan. “Benar...” “Kau mungkin hebat anak muda, tapi aku Warok Hitam tidak akan pernah gentar pada siapapun”. ucap ketua Warok Hitam dengan lantangnya. “Ha ha ha...!!!”. tiba-tiba saja Gusti Prabu Jagat Kencana tertawa, hal ini tentu saja membuat Ketua Warok Hitam ini terkejut. “Apakah ada yang salah dengan ucapanku”. batin Warok Hitam lagi. “Kau terlalu sesumbar Warok Hitam, kalau saja kau tahu siapa pemuda yang ada dihadapanmu itu, aku jamin kau pasti sudah lari tun
“Duarr.....duarrrr....duarrrr.” kejap berikutnya serangan-serangan cambuk hitam yang dilancarkan oleh Warok Hitam benar-benar semakin gencar kearah Bintang hingga membuat tempat itu kini benar-benar menjadi sangat berantakan, lobang-lobang besar akibat terhantam cambuk tersebut terlihat jelas disana sini, sepertinya Warok Hitam benar-benar ingin segera menuntaskan pertarungannya. Sementara itu ditempatnya Gusti Prabu Jagat Kencana sendiri terlihat cemas melihat pertarungan yang terjadi hebat dihadapannya, terlihat jelas kalau sosok Warok Hitam tengah berada diatas angin dalam melancarkan serangan-serangan, sementara Bintang tidak sedikitpun diberikan kesempatan untuk balas menyerangnya. Tapi dugaan Gusti Prabu Jagat Kencana sangat jauh meleset, kalau saja kedua matanya lebih jeli melihat bagaimana serangan yang dilancarkan oleh Warok Hitam tidak satupun yang bisa menyentuh tubuh Bintang. Jurus Kijang Kelana yang saat itu dipergunakan Bintang benar-benar membuat Warok
“Weeesshhh......weeesshhhh.”. dan beberapa saat saja, dua buah gumpalan kabut tipis yang berwarna putih salju terlihat dikedua telapak tangan Bintang, gumpalan putih yang menyerupai embun itu terlihat semakin menggumpal penuh dikedua telapak tangan Bintang dan hawa ditempat itu yang semula terus begitu panas menyengat mulai berubah menjadi sejuk. Walau terkejut dengan hal itu, tapi Warok Hitam tetap memutuskan niatnya untuk menggunakan aji Kala Geninya walau dia sadar nyawanya sendiri akan jadi taruhannya. “Kala Geni heaaa.......wuussshhhh.”. sosok Warok Hitam melesat kedepan dengan aji Kala Geni ditangannya, melesat kearah Bintang dengan cepatnya. Ditempatnya Bintang hanya dapat menarik napas panjang melihat hal itu, sepertinya tidak ada jalan lagi bagi Bintang kecuali harus menyambut serangan Warok Hitam itu dengan Hawa Inti Saljunya, maka ; “Hiyaaaa......wussshhhhh...”. segelombang hawa dingin melesat keluar dari dorongan tangan Bintang dan menciptakan seg
“Sebaiknya kita bersembunyi dulu gusti”. ucap Bintang lagi menyadarkan Gusti Prabu Jagat Kencana. Dan Gusti Prabu Jagat Kencana hanya menganggukkan kepalanya seraya ikut bersembunyi. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Gusti Prabu Jagat Kencana dapat juga mendengar derap pacu langkah kuda dikejauhan dan benar saja, dari sudut pandangannya, dia dapat melihat 4 sosok yang tengah mengendarai 4 ekor kuda. Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat mengalihkan pandangannya kearah Bintang yang ada disebelahnya, dari tatapannya jelas Gusti Prabu Jagat Kencana sangat mengagumi sosok Bintang. “Usianya masih begitu muda, tapi pendengarannya begitu sangat luar biasa sekali, benar-benar seorang Ksatria Pengembara”. batin Gusti Prabu Jagat Kencana lagi. “Gusti, sepertinya mereka juga orang-orang Gerombolan Kapak Merah”. ucap Bintang lagi tanpa berpaling tapi sudah cukup menyadarkan sosok Gusti Prabu Jagat Kencana yang sejak tadi mengagumi sosok Bintang, Gusti Prabu Jagat Kenc
“Hentikan!! dia adalah penolongku”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi hingga mengejutkan semua yang ada ditempat itu, Bintang sudah kembali berjalan mendekati rombongan itu segera menjura hormat pada sosok-sosok dihadapannya, sementara itu ke-4 sosok yang berada bersama Gusti Prabu Jagat Kencana terlihat memperhatikan sosok Bintang dengan seksama. “Ini Patih Suryo yang kuceritakan kemarin padamu”. ucap Gusti Prabu Jagat Kencana lagi memperkenalkan sosok lelaki paroh baya yang ada didekatnya. “Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan paman Patih.”. ucap Bintang segera balas menjura hormat, Patih Suryo segera membalasnya. “Dan yang ini Tumenggung Ranggalawu”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Ranggalawu. “Dan yang ini adalah Tumenggung Sahdewa”. Bintang kembali menjura hormat dan langsung dibalas oleh Tumenggung Sahdewa. “Dan yang terakhir adalah”. Gusti Prabu Jagat Kencana menghentikan ucapannya, keningnya sedi
“Masih belum tidur juga Bintang. ?”. “Yah, aku memang sudah terbiasa begini paman”. Sesaat keduanya terdiam, tidak ada yang membuka suara diantara mereka, Patih Suryo sendiri ikut menatapi keadaan disekelilingnya. “Lalu apa tindakan gusti prabu selanjutnya paman. ?”. ucap Bintang lagi membuka pembicaraan diantara mereka. “Gusti prabu memerintahkan padaku untuk mengirim Tumenggung Ranggalawu untuk kembali terlebih dahulu ke Kerajaan Setyo Kencana, gusti prabu memerintahkan untuk mengerahkan 3.000 orang prajurit.”. “Sepertinya perang ini benar-benar tidak bisa dicegah paman” “Yah, seperti itulah”. “Tapi ada satu hal yang sangat aku khawatirkan paman?”. ucap Bintang lagi tiba-tiba hingga membuat Patih Suryo mengalihkan pandangannya. “Aku khawatir masih ada mata-mata yang menyusupi istana paman”. “Yah, aku juga memang sangat mengkhawatirkan hal itu Bintang, hanya saja sulit untuk menyelidiki hal itu, kita tidak bisa
“Wah, nasi yang kau bawa ini enak sekali Pasadena”. ucap Bintang lagi setelah menyelesaikan makanannya, kening Pasadena semakin berkerut saat melihat Bintang yang kini berdiri bahkan dengan tenangnya berjalan kearahnya. “Aku tidak tahu, apakah aku yang lupa memberitahukan padamu Pasadena, atau selama ini kau yang terlalu bodoh tidak pernah mendengar tentangku dari teman-temanmu selama ini kalau aku Ksatria Pengembara tidak akan bisa dilumpuhkan hanya dengan racun picisan seperti itu..”. ucap Bintang lagi tersenyum sinis. Dan kini sadarlah Pasadena akan keterjepitan dirinya, karena didepannya kini berdiri sosok Bintang yang jelas tidak mungkin untuk dilewatinya, sedangkan disebelah kanannya berdiri sosok Patih Suryo yang juga rasanya tidak mungkin untuk dilewatinya, dan disebelah kanannya juga telah menghadang sosok Tumenggung Sahdewa yang terlihat telah mencabut keris ditangannya, dan yang terakhir yang ada dibelakangnya adalah sosok Gusti Prabu Jagat Kencana.
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu