Kematian Bola Iblis tentu saja sangat mengejutkan bagi anak buahnya yang lain, apalagi kematian Bola Iblis sedemikian tragisnya, maka tanpa menunggu waktu lagi, hampir secara bersamaan mereka segera mengambil langkah seribu untuk meninggalkan tempat itu, meninggalkan sosok Dewi Topeng Perak yang saat itu hanya menatap sinis kearah lawan-lawannya.
Sejenak Dewi Topeng Perak terlihat menatapi keadaan di sekitarnya, Dewi Topeng Perak seakan baru menyadari kalau suara yang tadi telah berbisik ditelinganya yang telah menyelamatkan dirinya dan Dewi Topeng Perak yakin orang itu masih berada ditempat itu.
“Siapapun yang telah menolongku tadi, aku ucapkan terima kasih”. ucap Dewi Topeng Perak lagi seakan yakin kalau orang tersebut masih berada ditempat itu, tak ada jawaban selain suara angin bertiup ditempat itu, tapi dengan sabar Dewi Topeng Perak mencoba menunggu.
“Tidak perlu berterima kasih nisanak, apa yang kulakukan ini hanyalah bantuan kecil yang tiada artinya”.
Sore masih datang menjelang, mega-mega merah sudah terlihat menyeruak diufuk barat, segerombolan burung tampak terbang pulang kembali kesarangnya setelah seharian mencari makan, dibeberapa tempat dibelahan bumi inipun sebagian orang juga sudah mulai kembali kerumahnya masing-masing untuk beristirahat setelah seharian bekerja untuk melanjutkan hidup. Langkah sesosok tubuh tampak berhenti ditepian sebuah sungai yang cukup terbentang luas dihadapannya dan ternyata sosok itu adalah sosok seorang wanita bertubuh ramping yang tampak mengenakan sebuah topeng perak diwajahnya, dia tentu tak bukan adalah Dewi Topeng Perak adanya sebuah julukan yang akhir-akhir begitu amat terkenal dikalangan masyarakat awam, terutama tentang kehebatan ilmu kanuragannya dalam menghancurkan Gerombolan Kapak Merah. Sejenak terlihat Dewi Topeng Perak menatap kearah keadaan disekitarnya seakan mencoba untuk memastikan tempat itu aman atau tidak. Dan setelah memastikan ditempat itu tidak seorangpun
“Baiklah ketua, kalau begitu kami mohon diri dulu”. ucap kelimanya lagi seraya menjura hormat dan segera pergi meninggalkan tempat itu, sepeninggalan kelima anak buahnya, si Jarum Beracun tampak berbalik menatap kearah sosok Dewi Topeng Perak yang masih berdiri kaku. Dengan tatapan tajam, terlihat kedua mata si Jarum Beracun menatapi sekujur tubuh Dewi Topeng Perak yang ada dihadapannya dan terlihat beberapa kali si Jarum Beracun harus meneguk air ludahnya sendiri melihat keindahan tubuh Dewi Topeng Perak yang ada dihadapannya. “Aa...apa yang akan kau lakukan manusia bejat ?”. ucap Dewi Topeng Perak lagi. “He he he...! .kau sendiri yang mengatakan kalau aku adalah manusia bejat, jadi jangan salahkan aku kalau aku berbuat kurang ajar padamu.”. ucap si Jarum Beracun lagi seraya mengelilingi tubuh Dewi Topeng Perak yang ada dihadapannya. “Benar-benar tubuh yang sempurna, sudah lama sekali aku tidak merasakan kehangatan seorang wanita......dan sepertinya
“Ayo keluar ! jangan seperti pengecut”. teriak si Jarum Beracun kesal, tapi ; “Brusshhh.”. sebuah suara keras terdengar dari dalam gubuk tua itu hingga mengejutkan si Jarum Beracun yang segera berlari masuk kedalam gubuk tua tersebut. Dan wajah si Jarum Beracun semakin berubah saat tidak lagi menemukan sosok Dewi Topeng Perak ditempat peraduan itu, bahkan kini si Jarum Beracun dapat melihat atap gubuk tersebut terlihat berlobang besar, sepertinya orang yang telah menyelamatkan Dewi Topeng Perak melewati atap tersebut untuk membawa Dewi Topeng Perak pergi. Si Jarum Beracun hanya bisa memaki kesal tiada kepalang, dan kemarahannya ditumpahnya pada seluruh isi perabotan yang ada didalam gubuk tersebut, bagaimana tidak marah, bayangan kenikmatan yang akan segera diraihnya dari tubuh indah Dewi Topeng Perak kini pupus sudah. Sementara itu tak jauh dari gubuk tersebut, sesosok bayangan biru melesat cepat menerobos kepekatan malam, sementara itu dipundaknya terlihat
Disebuah tempat yang tersembunyi, terlihat sesosok tubuh yang tengah mengawasi keadaan didalam benteng tersebut, kedua matanya terlihat mengawasi disetiap sudut benteng tersebut, tidak ada yang terlepas dari pengawasannya. “Hem.....jumlah mereka ternyata begitu besar, pantas saja sangat sulit untuk dihancurkan”. ucap sosok yang tengah bersembunyi tersebut. “Tapi dimana si Jarum Beracun itu, sejak tadi aku tidak melihatnya”. ucap sosok itu lagi saat tidak menemukan orang yang tengah dicarinya. Hingga akhirnya kedua matanya membesar saat melihat satu sosok tubuh yang terlihat baru saja memasuki bangunan besar tersebut. “Jarum Beracun”. ucap sosok itu lagi saat mengenali sosok lelaki tua yang telah memasuki bangunan tersebut. Sesaat kemudian terlihat sosok itu kembali memperhatikan keadaan disekitarnya. “Penjagaan ditempat ini sungguh ketat sekali, tidak mungkin aku bisa masuk kedalam bangunan itu tanpa diketahui”. ucap sosok bersembunyi itu lagi. Cukup
“Hyyattt........wuuttt.....wuuttt”. sosok Dewi Topeng Perak melesat dengan jurus Pedang Anginnya, serangan yang dilancarkan oleh Dewi Topeng Perak terlihat begitu dasyat hingga menimbulkan kibaran angin yang cukup hebat mengiringi serangannya. Dihadapannya sosok Iblis Kapak Merah tampak masih berdiri tegar ditempatnya, pakaian yang dikenakannya terlihat berkibar-kibar karena terkena sambaran angin serangan Dewi Topeng Perak, tapi lagi-lagi Dewi Topeng Perak dibuat terkejut saat melihat sosok Iblis Kapak Merah tidak terlihat sedikitpun akan menghindari serangannya, apalagi menangkisnya karena saat itu Iblis Kapak Merah tidak memegang senjata apapun ditangannya. Aneh, mungkin itulah yang ada dibenak Dewi Topeng Perak saat ini, karena bagaimana tidak, saat serangannya sudah sedemikian dekatnya, sosok Iblis Kapak Merah tidak melakukan gerakan apa-apa dan sudah terlambat bagi Dewi Topeng Perak untuk menarik serangannya hingga ; “Traggg....traggg......akkhhhh” tapi apa yan
Kepulan asap tampak memenuhi tempat itu hingga tak lama kemudian kepulan asap itupun sirna dan terlihat kini sosok Iblis Kapak Merah masih berdiri tegar ditempatnya, hanya saja terlihat sekujur tubuh Iblis Kapak Merah terlihat gosong, bahkan pakaian yang dikenakannya terlihat telah robek terbakar akibat pukulan dasyat yang dilepaskan oleh Dewi Topeng Perak tadi, walau masih terlihat bugar, tapi terlihat rembesan darah keluar dari mulut Iblis Kapak Merah, rupanya pukulan yang dilepaskan oleh Dewi Topeng Perak cukup membuatnya terluka. Walau tidak terlalu parah. Sementara itu semua pengikutnya terlihat masih terpana melihat kejadian yang baru saja mereka saksikan, baru kali ini mereka melihat betapa kesaktian Iblis Kapak Merah sebagai ketua besar dari Gerombolan Kapak Merah benar-benar sangat luar biasa hebatnya, hingga pukulan yang sedemikian dasyat yang dilepaskan oleh Dewi Topeng Perak tidak berarti apa-apa padanya. Dan Iblis Kapak Merah terlihat segera memerintahkan untuk segera m
“Bersabarlah Arya, gusti shang Hiang whidi pasti akan membantu kita untuk menghancurkan mereka.”. ucap pemuda yang satunya lagi terlihat dengan bijak menasehatinya. “Maafkan aku Bayu, hatiku benar-benar telah terbakar dendam oleh keparat itu, aku takkan bisa hidup tenang sebelum membalas kematian saudara-saudara seperguruanku..... kalau saja saat itu aku ada disana......mungkin hal ini tidak akan terjadi.!!”. ucap pemuda yang disebut Arya itu lagi. “Yah aku mengerti perasaanmu Arya, semua ini bukan karena kesalahanmu tapi semua ini sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, tidak ada seorangpun yang dapat mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh sang pencipta.....yang penting sekarang kau harus menenangkan dirimu dulu, setelah itu baru kita susun kembali rencana kita.”. ucap pemuda yang dipanggil dengan sebutan Bayu itu lagi tersenyum. Pemuda yang bernama Arya terlihat balas tersenyum mendengar nasehat dari sahabat dekatnya itu. “Terima kasih Bayu, aku tidak
“Utsss.......setttt....setttt......settttt.”. untung saja aji Tatar Netra sudah mendarah daging disemua panca indra ditubuh Bintang, hingga saat lima anak panah yang tengah melesat cepat kearahnya dari arah sebelah kananya dapat dirasakan Bintang dengan cepat, tanpa berpaling Bintang yakin saat itu ada bahaya yang tengah mengincarnya, maka dengan cepat Bintang bergerak menghindar keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi baru saja Bintang menjejakkan kakinya kembali ketanah. “Set....sett...hey....huppp.”. kembali Bintang dikejutkan saat lima anak panah kembali memburunya, hingga mau tak mau Bintang kembali mengenjot tubuhnya untuk menghindari serangan kelima anak panah tersebut. Saat masih berada diudara, Bintang kembali dikejutkan saat melihat sosok yang telah menyerangnya adalah sosok pemuda yang sejak malam tadi telah diikutinya, bahkan kini Bintang kembali dikejutkan saat melihat pemuda yang diketahui Bintang bernama Arya itu tampak kembali meraih anak panahnya dan kali
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu