“Kanda tak perlu menyembunyikan apapun dari dinda, jika ada yang ingin kanda katakan, katakan saja” ucap Putri Samudra lagi dengan bijaknya.
Mendengar hal itu Bintang tampak menarik nafas panjang, dan dengan panjang lebar Bintangpun menceritakan tentang hubungan yang dimilikinya dengan Roro Putri dan Roro Ajeng, sepanjang Bintang bercerita, Putri Samudra hanya diam dengan wajah serius mendengarkan apa yang diceritakan oleh Bintang.
“Janji yang sudah terucap harus ditepati kanda, janji yang dulu kanda ucapkan pada Ajeng harus kanda penuhi.” ucap Putri Samudra akhirnya setelah Bintang menyelesaikan ucapannya.
“Tapi bagaimana dengan Roro Putri dinda? kanda sungguh tak tega jika harus memutuskan salah satu diantara mereka, lebih baik kanda tak memilih salah satu diantara mereka” ucap Bintang lagi, lagi-lagi Putri Samudra tersenyum.
“Apa kanda mencintai keduanya?” tanya Putri Samudra lagi hingga kembali membuat w
Pagi itu, seluruh keluarga besar Bintang, eyang putri, eyang Mandalaksana, Begawan Cakra Buana dan murid-muridnya juga termasuk kedua cucu eyang Mandalaksana, Roro Putri dan Roro Ajeng berkumpul diaula utama tempat kediaman Bintang.“Jadi bagaimana Bintang? Apakah istri-istrimu mengizinkanmu menikah lagi?” tanya eyang Mandalaksana tanpa basa basi lagi. Bintang terdiam dan tampak memandang kearah istri-istrinya.“Istri-istri hamba telah memberikan izin eyang” ucap Bintang dengan nafas berat.“Ya... kami mengizinkan suami kami untuk menikah lagi eyang” sambung Putri Samudra lagi. Kali ini wajah eyang Mandalaksana dan eyang putri yang berubah mendengar jawaban Putri Samudra.“Baiklah kalau memang itu keputusannya, sekarang katakan padaku Bintang, siapa yang kau pilih diantara kedua cucuku ini” ucap eyang Mandalaksana lagi kearah Roro Putri dan Roro Ajeng. Bintang menatap kearah Roro Putri dan Roro Ajeng secara
Roro Putri Srikandi duduk sendiri didepan meja rias yang ada didalam kamar pengantinnya, ditatapnya wajahnya yang cantik dari cermin yang ada dihadapannya, kecantikan Roro Putri yang memang sudah tak terbantahkan lagi, semakin terlihat cantik jelita dengan riasan penganten yang melekat didirinya, tak henti-hentinya bibir Roro mengumbar senyum bahagia mengingat proses ijab kabul yang tadi dilaksanakan. “Akhirnya kang Bintang menjadi suamiku.” ucap Roro Putri pelan, suatu kebahagiaan yang tak mampu oleh Roro dilukiskan dengan kata-kata, sejak hatinya terpaut kepada Bintang, keinginan Roro hanya satu yaitu menjadi istri Bintang dan kini semuanya sudah terwujud dan ini membuat hati Roro begitu bahagia tak terkira. Dengan senyum merona, Roro Putri mulai melepaskan satu demi satu perhiasan yang dikenakannya. “Kreaakkk” tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dari luar. Roro memalingkan wajahnya. “Kakang.” ucap Roro mengenali sosok lelaki tampan yang baru saja memasuki kamarnya. Roro segera ban
Yuki, putriku tercinta, Maaf bila ayah harus memberitahumu tentang hal ini baru sekarang. Sebenarnya ibumu berasal dari keluarga bangsawan dari kerajaan Keshogunan kÕgon dari kekaisaran utara negeri Muromachi. Ibumu memiliki seorang kakak bernama Go-kÕgon yang kemungkinan saat ini telah menjadi kaisar utara. Kakekmu kÕgon pernah mengatakan kalau pamanmu Go-kÕgon memiliki semacam penyakit yang membuatnya tidak akan bisa memiliki keturunan. Oleh karena itulah sebelum ayah dan ibu pergi meninggalkan negeri Muromachi, kakek mu berpesan agar kelak saat kami telah memiliki anak dan telah berumur 18
Lelaki yang mencengkram leher sipemilik rumah makan tampak berpaling dan menatap kearah rombongan orang asing tersebut.“Katakan pada mereka, orang asing jangan sombong disini, atau pulang hanya tinggal nama saja”. ucap lelaki tersebut seraya melemparkan sosok sipemilik rumah makan hingga jatuh terjengkang, tepat didekat rombongan orang asing tersebut.Salah seorang lelaki asing, yang sebelah matanya tertutup kain hitam tampak bangkit berdiri, dengan sangat tenang dia berjalan kearah kelima pendekar yang berada tak jauh dari mereka, saat berada tepat dihadapan lelaki yang tadi melempar sipemilik rumah makan, sosok lelaki bersarung tangan hitam ini tampak berhenti.“Coba katakan sekali lagi, apa yang barusan kamu katakan”. Ucap lelaki bermata satu ini tampak menatap tajam kearah lelaki yang ada dihadapannya, tatapannya yang begitu angker cukup membuat lelaki yang ada dihadapannya bergidik, tapi mana sudi dia memperlihatkan rasa gentarnya.
Di istana Blambang Sewu, ke-8 orang asing ini langsung di bawa menghadap gusti prabu Blambang Sewu yang saat itu sedang berkumpul dengan patih dan pembesar-pembesar istananya. Melihat kehadiran orang-orang asing tersebut tentu saja menjadi perhatian besar bagi mereka, termasuk pangeran Blambang Sewu yang saat itu matanya terus menatap takjub kearah sosok Mi hee yang memang begitu cantik dan menggoda.“Salam hormat saya gusti prabu, pangeran, mahapatih, patih” ucap senopati langsung menjura hormat.“Ada apa senopati, siapa orang asing yang kau bawa itu?” tanya seorang laki-laki tua yang penuh wibawa, dia adalah Mahapatih Ranggowo.“Mereka telah mengacau di pelabuhan Blambang Sewu mahapatih, 5 begal arit hitam telah menjadi korban mereka” ucap senopati menjelaskan.Salah seorang dari ke-8 orang tersebut tampak maju kedepan dan langsung menjura hormat. “Maafkan atas tindakan kami yang berlebihan tuan, tapi sungguh ka
Tak ingin kecolongan, Mahapatih Ranggowo bergerak menghindari serangan Iblis Tangan Besi dan langsung memberikan serangan balasan yang tak kalah cepat.“Degg” tapi serangan Mahapatih Ranggowo berhasil ditahan Iblis Tangan Besi dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.“Wuuwtt,.wuuttttt.”“Wussshhhhhhh” lagi-lagi Iblis Tangan Besi melancarkan serangan dahsyatnya. Kali ini Mahapatih Ranggowo langsung melompat menjauh karena tak ingin terkena serangan tersebut.“Wuuttttt,wssshhhhh” tapi rupanya Iblis Tangan Besi tak membiarkan hal itu terjadi begitu saja, Iblis Tangan Besi bergerak kedepan memburu sosok Mahapatih Ranggowo.“Buukkkk.” untung saja Mahapatih Ranggowo bergerak cepat menahan pukulan Iblis Tangan Besi dengan kedua lengannya, tapi walaupun begitu sosok Mahapatih Ranggowo tetap terpental jauh dibuatnya, Mahapatih Ranggowo berusaha mengendalikan gerak dirinya yang terseret keb
Di suatu tempat yang jauh, tepatnya disebuah pantai kecil yang tampak beberapa perahu nelayan ditambatkan disana, juga beberapa perahu penyeberangan juga tampak tertambat disana. Lalu lalang para nelayan dan para pendekar juga terlihat disana. Semua sibuk dengan urusan masing-masing, hingga sampai kehadiran sepasang pemuda pemudi yang menarik perhatian mereka.Kedua pemuda pemudi ini tampak menunggangi kuda mereka dengan pelan, karena cukup ramainya orang dipantai tersebut. Saat tiba ditepian pantai, keduanya menghentikan langkah kaki kuda mereka. Sosok keduanya tampak begitu menarik perhatian banyak orang, karena yang satu adalah sosok seorang pemuda tampan berusia 28 tahunan dengan penampilan yang rapi dan penuh wibawa, sedangkan yang wanita yang berusia kira-kira 22-23 tahunan tampak begitu anggun dan menawan, kecantikan wajahnya begitu alami, tersembul diantara kerudung selendang yang dikenakannya, tapi tetap tak mampu menyembunyikan kecantikan wajahnya. Hidung mancung, d
PAGI baru saja datang, kicau burungpun sudah ramai terdengar menyambut datangnya matahari pagi. Disalah satu kamar ditempat kediaman Bintang, Yuki tampak baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya sejak tadi malam. Beranjak bangun dari tempat peraduannya, langkah pertama yang dituju Yuki adalah jendela kamarnya.“Kreaaakkkk” Yuki membuka jendela kamarnya dan terlihatlah pemandangan indah taman bunga yang bermekaran, Yuki terlihat menarik nafasnya panjang-panjang, seakan ingin menikmatinya segarnya udara pagi itu.“Sett,tapp” tiba-tiba saja sebuah benda melesat dengan cepat dan menancap tepat didaun jendela kamar tersebut, hal ini tentu saja mengejutkan Yuki saat melihat sebuah benda yang telah menancap didaun jendelanya, sebuah shuriken berbentuk Bintang persegi 5. selembar kertas juga ikut menancap diujung senjata rahasia tersebut.Yuki dengan cepat mengedarkan pandangannya untuk mencari-cari siapa pelaku yang telah melemparkan senjata ra
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu